"Keep thy friend under thy own life's key"
- W. Shakespeare in All's Well That Ends Well
Sabtu, 28 Mei 2005. Pagi hari.
Me ornandum. Me ornandum. Me ornandum.
Aku lihat bayanganku di cermin besar milik Emma. Sudah masuk musim semi tapi wajahku masih saja pucat. Aku buka gulungan rambutku. Kusut di beberapa tempat.
Me ornandum.
Buat aku sedikit lebih cantik, please. Hanya untuk hari ini saja.
Lingkar hitam di bawah mataku masih terlihat jelas. Krim mata milik Emma sepertinya belum berfungsi dengan baik.
Me ornandum.
Mantra milik Grandma juga belum berfungsi dengan baik. Aku masih saja lusuh, kurus, wajahku cekung seperti tak bernyawa. Seperti mayat hidup. Aku terlihat seperti karakter di kartun stop-motion The Nightmare Before Chirstmas.
Me ornandum.
"Oh oh oh oh oh oh oh no no no Oh oh oh oh oh oh oh no no no got me lookin so crazy right now, your love's got me lookin so crazy right now, got me lookin so crazy right now your touch's, got me lookin so crazy right now oh oh oh oh oh oh oh no no no." Lirik lagu Crazy in Love milik Beyoncé digemakan oleh suara sopran dari dalam kamar mandi berdampingan dengan suara pengering rambut.
Dasar Emma. Ketika ia sedang bahagia seluruh dunia atau setidaknya seluruh penghuni lantai 3 asrama North Court yang masih terlelap tidur diajaknya bernyanyi.
Jariku menelusuri deretan foto-foto yang ditempel Emma di sisi-sisi cermin besarnya. Foto-foto disusun rapi dan direkatkan dengan lem glitter. Ada foto-foto kami di Vadsø Norwegia saat penelitian Original Tribe bulan Desember lalu. Sungguh dua minggu yang amazing. Kami hampir mati kedinginan tapi masih bertahan dalam kemah open-air. Emma memasang foto saat kami berlayar dan berburu ikan salmon bersama para nelayan yang kekar dan tampan di bagian utara Laut Norwegia yang sangat dingin. Jangan sekali-kali dibayangkan bisa skinny dipping.
Foto-foto Emma bersama Tom dan Sarah, kakak perempuan mereka. Emma punya wajah mirip dengan Sarah tapi senyumnya seperti Tom. Senyum yang bisa membuatku bahagia. Di sisi lain cermin aku tempel fotoku dengan Mom dan Dad saat ulang tahunku yang lima. Dad terlihat begitu bahagia di foto itu. Di bawahnya ada foto aku, Emma, dan Tom saat pesta Halloween tahun lalu. Malam itu kami bertiga sangat mabuk. Selalu ada rasa geli di perutku jika ingat apa yang terjadi malam itu.
Hidupku, ya hidupku selama enam bulan ini penuh dengan kejutan-kejutan. Kehidupan kampus yang terkadang liar, kelas-kelas yang membuatku hampir gila, bergabung bersama kelompok peneliti Prof. Pepper yang penuh inspirasi, pertunjukkan Shakespeare di Chapman Garden yang selalu jadi pelarianku saat stres, dan ada Emma, dan Tom.
Beyoncé masih saja bergema di dalam kamar mandi. Kali ini dengan lagu yang berbeda.
"Em... Emma, kau masih lama? Em... cepatlah," kataku sambil mengetuk pintu kamar mandi. Aku ada janji tepat jam 10 pagi ini dan sekarang sudah jam 9 lewat 15 menit. Aku ketuk terus pintu kamar mandi. Kali ini dengan ketukan yang semakin liar.
"Oh oh oh oh oh no no no hahaha... ada apa sih Liz? Sudah selesai kok!" Emma menjulurkan lidahnya kepadaku. Akhirnya, Emma membuka pintu kamar mandi sambil cekikikan. Wangi parfum cherry blossom langsung menyeruak keluar. Aku tekuk mukaku dan membuat ekspresi merengut.
"Haha maaf maaf..." Ciuman kilat yang basah mendarat di pipiku.
Aku melihat bayanganku di cermin kamar mandi. Tatapanku kosong. Atau mungkin aku hanya kelelahan. Kabut merah tua keluar menjalar dari ujung jari-jariku. Dalam cermin aku lihat mataku berubah jadi hitam pekat. Ada apa ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARLET Book 1
FanfictionIni adalah awal mula petualangan Elizabeth Scarlett sebagai seorang penyihir muda yang harus selalu menyembunyikan jati dirinya. Tentang persahabatan, jatuh cinta, patah hati dan rahasia kelam dalam keluarganya menunggu dalam tiap persimpangan hidup...