[02]

551 69 6
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian terkunci di gudang dan semua masih sama seperti biasanya.

"Eren, boleh tolong pinjamkan buku di perpustakaan?"

Eren menatap sahabat pirangnya yang sangat fokus pada buku yang ia sedang baca dan beberapa tumpukan buku lain di sebelahnya. Memang maniak belajar sahabat satunya ini.

"Rajin sekali kau, Armin."

"Nilaiku tidak boleh turun. Masa aku kalah denganmu yang tidak pernah belajar." Armin menghela nafas pelan, tidak di sangka dengan kenyataan yang ada, Eren lebih pintar darinya. Sedangkan Eren malah tertawa mendengar itu.

"Oke, oke. Buku apa yang kau mau pinjam?"



Kaki panjang pemuda manis itu berjalan santai menuju perpustakaan.

"Baru kali ini aku ke perpustakaan." Eren melihat-lihat keadaan perpustakaan yang luas, hanya ada beberapa orang yang duduk sembari membaca, "Damai sekali."

Eren terlalu asik mengelilingi perpustakaan sampai lupa tujuan awalnya kesana.

"Harusnya ada komik disini atau manga." Monolog Eren. Dirinya mengambil salah satu buku. Mata emeraldnya melirik pada celah dari rak buku mendapati Pria raven yang ia kenal di seberang sana sedang duduk membelakanginya. Berusaha tak peduli, Eren mengabaikannya. Masih sedikit malu dengan kejadian tempo lalu. Ingat, hanya se-di-kit.

Disisi lain.

Gadis tinggi dengan rambut hitam pendek melangkahkan kakinya dengan santai melewati koridor dengan seragam sekolah lain. Mata hitam keabu-abuan itu menatap lurus mengabaikan siswa-siswi yang memperhatikannya.

Di kelas.

Armin masih menunggu sahabat brunettenya. Menopang dagunya dengan satu tangan dan tangan lainnya membolak-balik buku. Rasa bosan mulai menyelimuti. Diliriknya keluar jendela menatap langit biru yang cerah. Dirinya melamun dan baru tersadar sampai seseorang menepuk bahunya. Reflek ia menoleh.

"Eren, kau—ehh?"

"Lama tak berjumpa, Armin."



Kembali ke tempat Eren. Ia malah tertidur dengan buku sebagai bantalan. Angin dari luar membuatnya semakin nyenyak untuk terlelap. Sampai tak sadar seseorang duduk di hadapannya. Memperhatikan wajah manisnya yang tertidur.

"Oii, bocah bodoh. Perpustakaan bukan tempat untuk tidur." Dengan santainya ia melempar buku berukuran kecil tepat mengenai kepala Eren.

"A-aww.. apa yang kau lakukan, cebol sialan." Eren langsung bangun. Mengusap kepalanya yang sakit. Menatap lawan bicaranya kesal, "Dan sejak kapan kau disini?"

"Belum lama." Jawab Levi santai, kemudian kembali membaca buku yang sempat ia tunda tadi.

Eren menopang dagunya dengan satu tangan, memiringkan kepalanya menatap Levi yang sibuk dengan bukunya, "Apa yang kau baca?"

"Reproduksi." Jawab Levi singkat sembari melirik pemuda manis di hadapannya yang menatapnya dengan sedikit rona merah menghiasi wajah manisnya, membuatnya terkekeh geli, "Bercanda."

"Sialan."

"Kenapa? Kau berpikir yang tidak-tidak, bocah?"

"T-tidak, tuh."

"Kau mau mencobanya?"

Eren menatap horror, "A-aku tidak mesum sepertimu, cebol!"

Levi balik menatap intens Eren.

LOVE OR HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang