Gema, Kamu kemana ?

102 3 0
                                    

Malam itu, sangatlah dingin, tapi tidak dengan hati, selalu di hangatkan oleh kejutan tak terduga olehmu, Gema. Sehabis makan bersama, aku langsung menuju ruang kecil, dimana aku bercerita, melamun, memandang indahnya dunia lewat jendela kecil, tempat ternyamanku selama ada di bumi, iya kamarku sendiri. Aku membuka tas dan meraih bingkisan itu, sangat hati-hati dalam membuka. Masih aku bertanya-tanya, isinya apa ? apakah sebuah cincin ? ah sudahlah Cik, hayalanmu terlalu meninggi, tidak usah berharap lebih. Isinya gantungan kunci berbentuk hati, namun hanya setengah, ada berupa kertas, mungkin cukup bisa menjelaskan dari maksud ini semua.

Cik, terima ya. Memang tidak seberapa, tapi bagiku sangatlah apa-apa. Kamu pasti bertanya, mengapa hanya sepatah, tidak hati yang lengkap bukan ? karna patahan yang satu-nya ada di aku, mustahil jika hanya seseorang bisa menyatukan satu hati, harus-lah dua orang saling berkompromi lalu menyatukan hati. Ada sedikit sajak untuk-mu. Di baca ya.

' Semenjak itu,

Setelah pertama bertemu,

Aku tidak bisa berkata,

Namun hati sudah memberi rasa,

Entahlah, namun perasaan sudah cukup menjelaskan,

Akan semua kerinduan,

Kelak yang selalu akan datang'

Ttd,

Gema.

Sungguh, aku tidak bisa berkata-kata. Dan tak pernah terpikirkan Gema menulis semua ini, memang benar, barang yang tak seberapa, harganya pun sangat bisa di jangkau oleh siapapun. Tapi hasil dari semua itu tidak bisa di nilai oleh apapun. Aku melayang-layang di buatnya. Ada-ada saja kamu ini, kenapa sih membuatku semakin terkagum ? aku hanya tersenyum di kamar sendiri. Tok-tok, bunyi ketukan pintu. Pintu itu terbuka.

"belum tidur dek ?" Mamah melongok dari pintu

"ini mau tidur Mah, ada apa ?"

"engga, Mamah hanya memastikan saja, yasudah jangan terlalu malam ya" lalu Mamah menutup pintu

Hampir saja Mamah tau, untung perihal menyembunyikan sesuatu aku ahlinya. Aku pikir-pikir lagi, seperti ada yang kurang, aku hampir lupa. Gema berpesan jika aku sudah membuka bingkisan itu lekas memberi dia kabar.

'Selamat malam, Gema. Bingkisannya sudah aku buka, aku tidak bisa berkata-kata sungguh. Bahkan untuk sekadar makasih pun rasanya kurang. Jadi aku harus bagaimana ? '

Tidak lama, dia cepat membalas.

'malam, Cika. Simpan baik-baik ya. Baru itu yang bisa aku berikan. Jangan lupa tidur. Tidak usah bermimpi, karna semua sudah nyata di dunia ini'

Aku tersenyum bahagia, aku menutup ponsel. Aku tidak bisa tidur malam itu. Apakah ini yang namanya mabuk asmara ? entahlah, aku hanya ingin tidur. Besok sekolah, pastinya cepat bertemu dia.

***

Pagi itu hujan turun, ingin rasanya ku tarik erat-erat selimut, terus berlalu lalang di mimpi. Tetapi sekolah tetap sekolah, berjalan seperti biasanya. Hari itu aku di antar oleh Papah, seharian aku tidak melihat Gema, aku bertanya-tanya. Gema ada dimana ? tidak seperti biasanya. Hari-hari yang lalu, sekadar lewat depan kelas, dengan alasan ke toilet dan menengokku, itu semua tingkahmu. Tidak melihat seharian saja aku merasa kehilangan. Dimana kah kamu Gema ? hari itu kala itu, sangat cepat berlalu. Tidak ada sedikit kisah yang bisa di ceritakan untuk hari ini. Hambar rasanya, kosong. Alena bertanya-tanya, ada apa dengan diriku, tidak seperti hari biasanya. Selalu ceria. Dia sudah paham dengan keadaan. Alena hanya bisa menghiburku, aku cukup terhibur, hatiku tidak. Gema, kamu kemana ? apakah baik-baik saja disana ? sungguh pikiranku tak tentu arah.

"Cik, daripada lu bengong mulu, mending kita ke warung Bu Umi yuk" bujuk Alena

"Hem, yaudah boleh yuk, gantian lu bayar ya" aku mempertegas

"santai gua lagi kaya nih, gua traktir lu sampe muntah dah" lagi-lagi Alena dengan tingkah konyolnya

Kami lalu pergi, berharap Gema ada di kantin. Suasana kelas lain juga ikut sepi tidak seperti biasanya. Memang musim hujan tidak asing dengan banjir. Itu semua yang semakin membuatku resah lalu gundah. Gema ? kamu benar baik-baik saja kan ? aku berharap begitu. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa, cukup baik baik saja, disana.

"siang Bu Umi" sambut Alena

"eh si eneng, siang. Tumben baru keliatan, kemana aja ?"

"iya nih bu, kan daritadi hujan, mana bisa ke sini hehe" tegasku

"yaudah sok mau beli apa, Ibu mau ke tempat bayar ya"

"siap bu !" kami sontak membalas

Aku tengok kanan-kiri sudah seperti orang kebingungan dan orang hilang. Aku masih mencari-cari Gema. Ternyata benar di kantin tidak ada. Aku hanya bisa berdoa semoga kamu tetap baik-baik saja. Aku dan Alena selesai memilih nasi rames dan beberapa jajanan yang akan kami santap. Ternyata benar Alena menepati janjinya untuk membayar. Kami beranjak pergi dan menuju kelas. Inginku hanya cepat pulang dan menanyakan kabarmu, Gema. Menanyakan lewat whatsapp. Sungguh pikiranku tak karuan.

Nafsu mu yang menggema, Bukan Cinta (ON REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang