Title : Waktu Kuat
Word : 2932 words
Written at August 20, 2021
Edited on December 22, 2021--- Waktu ku hidup sudah tidak banyak. Bisakah biarkan aku merasakan kehidupan yang indah sekali saja? ---
"Bun, kenapa harus aku? Kenapa bukan yang lain?"
Wanita yang dipanggil Bunda itu hanya terdiam. Sungguh ini sangat menyakitkan untuk dirinya, apalagi dia adalah seorang ibu. Dia tidak bisa melihat anaknya menangis, merasa bersalah dan terluka.
"Kenapa harus aku yang seperti ini Bun?"
"Tolong jawab aku Bun." lirihnya dengan mata sembab miliknya.
"Eliana." Anak yang dipanggil itu menatap ke arah Bundanya yang sejak tadi hanya diam berusaha menenangkannya.
"Kita gak pernah tau apa rencana Tuhan di dalam hidup kita. Apa pun yang terjadi di depan, kamu harus ingat ini. Anak kesayangan Bunda, Eliana, adalah perempuan yang paling kuat dan hebat di muka bumi."
Suara kicauan burung yang beralunan nan merdu mulai menyapa langit pagi. Sang matahari nampaknya masih enggan menampakkan diri. Aroma pagi buta terasa begitu menyejukkan, membawa siapa saja merasa begitu tenang.
Jendela dengan desain kayu terbuka secara perlahan. Menampilkan seorang gadis manis dengan rambut hitam yang terurai panjang, tengah menatap ke arah luar jendela. Semerbak aroma embun pagi masuk ke rongga hidung yang membuat gadis manis itu tersenyum samar. Perlahan semilir angin menyapa kulitnya membuat menggosokkan kedua jari tangannya. Udara yang dingin tidak menghalanginya untuk menikmati suasana pagi itu.
Denting jam dinding yang terus berdetak menjadi teman pagi di setiap harinya. Suara jam seolah beradu temu dengan suasana pagi yang begitu dingin. Menciptakan perasaan tenang namun juga dingin disaat yang bersamaan.
Tenang dan dingin adalah kombinasi dua rasa yang tercipta untuk menutupi keresahan dan emosi perasaan yang terpendam di dalam hati. Perihal perasaan yang bisa disembunyikan sedangkan pikiran tidak demikian. Pikiran tidak bisa berbohong mengenai banyaknya hal yang terjadi di dalam kehidupan.
Satu kalimat yang terlukis dalam benak gadis berusia 21 tahun itu, "bagaimana jika". Dalam satu kalimat yang terlihat sederhana dapat membentuk banyak tanda tanya di dalamnya. Bukan hanya tentang keresahan, emosi terpendam tapi juga tentang bahagia yang terangkai menjadi sebuah kesatuan cerita.
Saat pagi datang menyapa kembali, kalimat itu akan hadir tanpa diminta. Seolah kalimat tersebut sudah terpatri di dalam ingatannya. Bahkan saat malam mulai menunjukkan gelapnya, kalimat itu kembali hadir dan semakin menggema di dalam pikirannya. Tanpa sadar membuatnya merasa kesakitan secara perlahan.
Tok tok tok . . .
Suara ketukan pintu mengalihkan atensinya dari suasana pagi. Samar-samar terdengar suara merdu menyapa telinganya. Suara yang menjadi favoritnya setiap pagi. Ada satu doa yang selalu ia panjatkan setiap harinya, Tuhan aku selalu ingin mendengarkan suara ini setiap harinya.
"Eliana"
"Lana"
"Ya?" senyum manis terpatri dibibir tipis sang empunya nama kala menjawab seruan dari luar kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye
RandomBisakah Tuhan kabulkan satu doa ku. Aku ingin hidup di dunia lebih lama. Tugasku untuk membahagiakan orang di sekeliling ku belum selesai. Bisakah? Start : 22 December 2021 End : ~~~