Bagian II

21 2 0
                                    


Tittle : Mungkin nanti di waktu lain
Word : 2795 words

Written at August 25, 2021
Edited on December 28, 2021


--Banyak kemungkinan yang bisa terjadi dalam hidup, entah hari ini, esok atau seterusnya bagaimana hidup ini akan berjalan. Kita sebagai manusia hanya bisa bertahan dan bersyukur. ---


"Bun, Lana jahat ya?"

Bunda menatap Lana dengan ekspresi tanda tanya, "Siapa yang bilang begitu?"

"Kenapa Tuhan kasih Lana cobaan ini? Kenapa harus Lana?"

"Anak Bunda ini paling baik. Paling kuat." Tangan Bunda merapikan anak rambut yang ada di dahi Lana. "Bertahan ya sayang. Bunda yakin kamu bisa."



















Gemerlap bintang yang bersinar di langit terlihat begitu indah. Bulan berbentuk sabit di ujung langit sana tampak begitu cocok bersanding dengan sang bintang kecil di sekelilingnya. Sapuan angin malam terasa begitu dingin saat menerpa kulit, namun dinginnya tidak menusuk begitu dalam.

Gedung tua yang sudah berusia hampir 6 tahun itu menjadi tempat yang begitu menyenangkan untuk pemuda berusia 21 tahun. Lokasinya yang jauh dari keramaian kota menjadikan salah satu alasan mengapa gedung tua ini terasa nyaman untuknya. Rooftop merupakan tempat favoritnya di gedung tua ini. 

Rooftop gedung mengarah langsung pada kota sehingga gemerlap lampu terlihat begitu jelas dari sini. Cahaya kecil dari gedung-gedung bertingkat serta rumah penduduk terlihat begitu sepadan dengan gemerlap cahaya bintang.

Pemuda 21 tahun, tidak punya mimpi, tidak punya cinta dan kasih sayang, dan dingin. Begitu semua orang mengenal Dave. Seorang yang dingin dan tidak berperasaan. 

Andai semesta tau, andai semesta mengerti dirinya hanyalah manusia biasa. Dia bisa menangis dan juga lelah. Namun sepertinya semesta enggan mengerti tentang dirinya.

Ting!! /notif/

Deru suara motor terdengar saling beradu satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deru suara motor terdengar saling beradu satu sama lain. Kerumunan para penonton yang memenuhi sepanjang lokasi. Suara riuh penonton yang ada dilokasi semakin terdengar saat tokoh yang ditunggu-tunggu akhirnya hadir.

Ingat pembicaraan Dave dengan teman-temannya beberapa waktu  lalu tentang seseorang yang ingin bertanding dengannya. Maka inilah tempatnya, arena balapan motor.

Arena balapan motor sudah menjadi rumah kedua untuk seorang Dave Dirgantara. Hampir setiap malam dia bisa habiskan di arena ini. Entah untuk bertanding atau hanya sekedar balapan sendirian.

Last GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang