Bagaikan sebuah buku yang tak berjudul, pertemuan yang penuh misteri tidak ada yang mengetahui akan pertemuan itu, hanya Allah sang maha membolak-balikkan hati seorang hamba yang mengetahui.
Lutfan--seorang pria dengan wajah yang dikategorikan tampan itu, kini memulai harinya dengan mengunjungi klinik sang Ayah. Sesampainya di rumah saat dari bandara, beberapa saat bertemu sapa dengan kedua orang tuanya, pria bernetra hitam itu langsung memutuskan untuk pergi ke klinik.
Di sana ia langsung ingin berbenah, tentang apa-apa saja yang bisa ia atur, bahkan, dirinya langsung mulai bekerja hari ini. Padahal sang Ayah menyuruhnya untuk beristirahat terlebih dahulu dan masuk kerja besok. Namun, Lutfan mengatakan bahwa ia telah banyak tidur selama di pesawat, alhasil sang Ayah tidak bisa melarang keinginan putranya itu.
"Assalamu'alaikum, Dok. Selamat datang di Anshari Medical Clinic," ucap seorang staf bagian administrasi, menyambut kedatangan dokter baru mereka menggantikan dokter Hendri--Ayah Lutfan.
"Wa'alaikumussalam," jawab pria bernetra hitam itu, sembari melengkungkan sebuah senyuman ke arah staf tersebut.
"Mari, biar saya antar ke ruangan Anda, Dok." Staf administrasi itu pun menuntun Lutfan menuju ruangannya, sementara tak jarang pria tampan itu menjadi sorotan beberapa perawat wanita yang bekerja di sana, di setiap langkah mereka.
Lutfan pun mengikuti langkah staf tersebut, hingga mereka sampai di sebuah ruangan, tampak di dalam sana buku-buku berbau medis berjejer rapi di rak buku, pria itu menampakkan wajah kagum dengan apa yang ada dalam ruangan itu, yang tak lain adalah milik sang Ayah.
"Oh, ya, jam berapa klinik biasa buka?" tanya Lutfan.
"Biasanya buka jam delapan, Dok, tetapi hari ini kita akan buka jam sembilan. Berhubung Anda masih harus bersiap-siap terlebih dahulu," jelas staf administrasi tersebut.
"Oke, terima kasih. Siapa namamu?" kata Lutfan.
"Sama-sama, saya Ma'ruf Khalish, Dok. Anda bisa memanggil saya dengan Khalish saja," jawab pria bernama Khalish itu, "Kalau begitu saya permisi, Dok," lanjutnya, kemudian berlalu dari sana menuju tempatnya kembali. Lutfan hanya merespon dengan senyuman, sepertinya ia akan merasa nyaman di klinik ini, selain para pekerjanya yang ramah serta walaupun tidak seperti rumah sakit. Namun, desain klinik ini begitu elegan dipandang mata. Begitulah, jika sang Ayah yang ikut serta dalam pemilihan desain serta dekorasi klinik milik keluarganya ini.
Lutfan pun mulai membereskan beberapa barang di sana, sampai sebelum klinik buka nanti.
***
Di tempat lain, mobil Fatimah kini tiba di sekolah sang adik setelah perjalanan belasan menit.
"Belajar baik-baik, ya, Ril," ucap Fatimah sebelum adik laki-lakinya itu keluar dari mobil. Sharil pun mengangguk dengan tersenyum, sembari meraih tangan sang Kakak dan menyalaminya.
"Siap, Kak. Sharil masuk dulu. Assalamu'alaikum," kata adiknya itu, kemudian berlalu ke luar dari mobil.
"Wa'alaikumussalam," jawab Fatimah. Setelah Sharil masuk ke dalam sekolah, ia pun langsung menancapkan gas menuju kampus tempat ia mengajar.
Mobil wanita berjilbab itu melaju di jalanan kota dengan laju yang standar. Di kepalanya kini hanya berputar-putar ucapan Abi dan Umi, mengenai perjodohan. Ia masih sangat ragu dengan adanya perjodohan tersebut, karena dirinya masih sangat ingin melanjutkan pendidikan terlebih dahulu.
Sebelum menuju kampus, wanita berjilbab itu menepikan mobilnya untuk singgah sebentar ke sebuah supermarket untuk membeli minuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Snow
Spiritual(TELAH DITERBITKAN) Pertemuan yang penuh misteri, mempertemukan Muhammad Lutfan Anshari dengan seorang wanita bernama Fatimah Zulfitri Al-Fariz. Demi melanjutkan profesi sang ayah, Lutfan mengabdi dalam dunia medis untuk menyalurkan kemampuannya yan...