BAB 5

10 2 0
                                    

            Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Saat ini aku sedang berada di rumah Nara dan memerhatikan dirinya yang sedang membereskan semua keperluan yang akan dibawa ke Colombia. Nara beberapa kali menoleh padaku dan menatapku lama, sebelum akhirnya kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Lo ngapain ngelihatin gue kayak gitu?" tanyaku pada akhirnya.

Nara yang mendengar pertanyaanku sedikit meringis. Cowok itu kemudian menghentikan pergerakannya dan berpindah posisi menjadi duduk di sisiku.

"Gue jadi nggak mau pergi, sumpah," katanya dengan nada sedikit merengek.

Aku mendelik. "Nggak usah macam-macam lo, kampret!"

Sumpah, setelah kejadian di rumahku waktu itu, Nara benar-benar menjadi sosok yang lebay. Bahkan Nara jadi lebih sering menginap di rumahku hanya sekadar untuk memastikan jika aku baik-baik saja.

Beberapa kali Nara menginap, beberapa kali juga wanita itu membawa laki-laki yang berbeda hingga membuat Nara menyumpah serapah karena kelakuannya. Nara pun sampai tidak menyapa wanita itu untuk beberapa momen, dan aku justru menegurnya untuk tidak melakukan hal yang sama seperti apa yang aku lakukan.

Aku tidak mau Nara mengikuti sikap burukku yang tidak sopan atau membenci dirinya, aku ingin Nara tetap menjadi sosok yang sama walaupun dia tahu betapa buruknya wanita itu. Tapi aku sendiri tidak bisa memaksakan Nara untuk melakukan hal itu, seperti apa yang selalu Nara lakukan padaku. Saat aku tidak mau melakukan hal yang aku tidak suka, Nara tidak akan pernah memaksa sekalipun dirinya akan berujung marah padaku.

"Mama belum pulang dari dinasnya?"

"Belum, belum pulang dari ketemuan sama selingkuhannya yang lain," jawabku yang justru berbeda dari apa yang Nara tanya.

Nara mendengus.

Aku hanya tertawa untuk menanggapi.

Untuk hal ini, aku memang sudah benar-benar terbuka pada Nara, bahkan Nara sudah menyaksikan sendiri bagaimana kelakuan wanita itu. Di saat ada keberadaan Nara di rumah, wanita itu justru tanpa malu memperkenalkan semua teman laki-laki yang ia bawa itu pada Nara, dan sungguh aku benar-benar tertawa puas saat Nara mengungkapkan bagaimana kesalnya dia melihat kelakuan wanita itu.

"Lo ikut gue aja deh, daripada ada di sini," ucap Nara sembari bangkit dari duduknya dan menutup koper miliknya setelah dia memasukan barang terakhir yang akan dibawanya.

"Mau ngapain gue ikut? Jadi pembantu?" tanyaku bercanda.

"Ya sekolah di sana juga, bodoh!"

"Nah, itu tahu kalau gue bodoh, ngapain masih ngajak gue untuk sekolah di sana? Nggak akan masuk juga," jawabku sembari mengedikkan bahu.

Nara mendelik kesal. Dia langsung melangkah cepat mendekatiku, dan tanpa aba-aba langsung menyentil dahiku hingga aku mengaduh kencang.

"Sakit, bangsat!"

"Udah tahu bodoh ya belajar, lah! Jangan udah tahu kalau lo bodoh malah nyerah kayak gitu. Lagian di dunia ini tuh nggak ada orang bodoh, adanya orang malas! Lo itu pintar, cuma malas aja makanya terlihat bodoh," cerocos Nara tanpa henti.

Mulai ceramah dia.

"Iya, Pak, maaf," kataku dengan nada mengejek.

"Kenya, anjing! Dinasehatin mesti kelakukannya kayak anak setan!"

Aku tergelak hingga membanting tubuhku berbaring di kasur. Aku menatap Nara yang masih mendelik, tak mau menghentikan tawaku justru semakin membuat Nara kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kenya SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang