1.

33 11 2
                                    

"Nay!"

Kanaya Deandra, siswi 18 tahun yang sedang tidak dalam mood baik itu menoleh ke sumber suara, lalu menghela napas.

"Kenapa, Jun?" tanya Naya pada orang yang ada di hadapannya dengan dahi berkerut.

"Itu Nathan nungguin lo didepan sekolah," Naya mendengus sambil memutar bola matanya.

"Kenapa sih? Berantem mulu lo berdua," tanya Renan Juna, atau yang biasa dipanggil Renjun.

"Lagian, tadi dia bilang gabisa anter gue balik, gara-gara urusan osis, yaudah gue pulang duluan. Gue udah sampe sini, dia malah nungguin gue," ujar Naya dengan emosi.

Renjun memijat pelipisnya, lalu bertanya "coba cek hp lo, aktif ga?" raut wajah yang tadinya berkerut langsung berubah sedikit panik dan merogoh tas ranselnya.

Cengiran lebar tercetak di wajah manis gadis tersebut, "Oiya, hp gue lowbat hehe"

"Yaudah susul tuh temen gue, kasian nunggu. Sekalian tolong bilangin, nanti jam 7 jangan lupa ke rumah Haidan," ujar Renjun yang hanya dibalas anggukan oleh Naya

Gadis itu berlari kecil kembali ke sekolah, untuk menyusul Nathan.

•••

"Nana!" teriak Naya, yang dipanggil langsung menoleh dan melambaikan tangan disertai senyuman yang jika dilihat siapapun pasti langsung jatuh hati. Oh, itu cukup berlebihan.

Naya baru ingat, kalau ia sedang dalam mode 'ngambek' seketika raut wajahnya berubah, yang tadinya ceria menjadi sedikit menekuk, hal itu membuat Nathan alias Nana mengernyit bingung.

"Loh, Kenapa? Kok gitu mukanya?" pertanyaan Nana tidak di indahkan oleh Naya, gadis itu diam saja sambil meraih helm yang dipegang oleh Nana, lalu menaiki motor yang dikendarai Nana.

Nana hanya menggelengkan kepalanya,

5 menit perjalanan, tidak ada yang memulai pembicaraan, pada akhirnya suara Nana memecah keheningan diantara mereka, "mau mampir dulu ga?"

"Engga."

"Kamu kenapa sih, Nay?"

"Gapapa."

"Sumpah kamu aneh."

Naya mendengus.

Tiba-tiba motor yang dikendarai Nana berhenti tepat di depan rumah makan yang jaraknya tidak jauh lagi dari rumah Naya.

"Mampir dulu ya, aku laper tau," ujar Nana sembari melepas helm nya.

"Kan bisa makan di rumah aku, Na," balas Naya pelan. Bukan, bukan karena masih dalam mode 'ngambek' dia hanya sedang malas saja, ingin cepat ada di rumah, bosan saja rasanya.

"Aku minum aja ya, lagi ga pengen makan," ujar Naya yang hanya dibalas anggukan oleh Nana.

Sunyi, hanya suara deruman motor dan mobil yang lewat di luar rumah makan tersebut. Tidak ada yang memulai pembicaraan, dari Naya maupun Nana. Hanya diam dalam dunianya masing-masing

Usai makan, keduanya bergegas pulang, lagi-lagi selama perjalanan tidak ada yang berbicara.

Tepat pukul 16.30, motor Nana berhenti di depan rumah Naya, "Nah,udah sampai" ujar Nana yang ikut turun dari motor, setelah Naya.

Tangan Nana terulur membuka kaitan helm yang dipakai oleh Naya, sambil tersenyum.

"Makasih ya, Na. Oiya, kata Renjun nanti jam 7 ke rumah Haidan," ujar Naya sembari menata rambutnya yang sedikit berantakan karena helm.

"Renjun? tadi ketemu?"

"Iya, tadi kamu kan ada urusan osis, aku jalan kaki aja ke halte, ketemu sama Renjun. Katanya kamu nungguin di depan sekolah, kan aku jadi balik lagi." celoteh Naya

Nana nya tersenyum lagi, "lagian kamu di telfon berkali-kali ga di angkat, whatsapp aku ga dibaca."

"Nih! lowbat tau!" ujar Naya sambil menunjukan ponsel nya yang mati.

Hening.

"Nay, aku mau tanya sama kamu,"

"Tanya aja, biasanya juga nanya ga pake ngomong dulu, Na. Suka aneh deh," balas Naya

"Hmm, kamu masih sayang ga sih, sama aku?"

Deg!

sumpah gajelas banget kan ceritanya huhuu ): tapi makasi banget yang udah baca, makasih bgt juga yang udah votment <33!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sumpah gajelas banget kan ceritanya huhuu ): tapi makasi banget yang udah baca, makasih bgt juga yang udah votment <33!

Lewat LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang