3.

21 7 0
                                    

"Ma, Naya berangkat ya," pamit Naya menghampiri sang mama yang sedang merapihkan meja makan.

"Tumben pagi banget, gamau makan dulu?" Naya menggeleng, "Emang udah dijemput sama Nana?" Ia hanya diam, saat mama menanyakan soal Nana.

"Ga sama dia ma, udah ya, aku berangkat, Assalamualaikum," gadis itu bergegas keluar rumah, ia takut Renjun sudah menunggu nya ditempat yang sudah dijanjikan tadi malam.

"Waalaikumsalam, hati-hati ya!"

Tidak butuh waktu lama bagi Naya untuk sampai pertigaan, dan benar saja, karena terlalu dekat dengan rumahnya, Naya yang lebih dulu sampai dibanding Renjun.

Gapapa deh, paling bentar lagi juga sampe, ucap Naya dalam hati.

Naya menyalakan ponsel nya, 23 miss call dari Nana tertera disana. Cih, bodo amat.

"Nay, udah daritadi?" mendengar namanya disebut, kepala Naya yang sedari tadi menunduk memainkan ponsel nya, kini terangkat.

"Eh, engga kok, baru aja. Baru banget malah,"

"Yaudah, ayo langsung berangkat aja. Udah bilang Nathan? Kalo lo berangkat sama gue?" tanya Renjun sembari menyerahkan helm pada Naya.

"Lah ngapain bilang, santai aja ayo ah," jawab Naya

•••

Nana mengerjapkan mata perlahan, badannya seperti remuk, ya ampun gue ketiduran di meja, ujar Nana dalam hati. Begitu nyawanya sudah terkumpul, ia panik mencari ponselnya.

Nah ketemu! Alis Nana bertaut.

Tanda centang itu belum berubah menjadi warna biru, Nana memutuskan untuk mengirim pesan lagi, namun hasilnya malah centang satu.

Nana panik, dan menghubungi Naya, berkali-kali. tapi nihil, ponsel Naya tidak aktif.

Memang sudah hampir sebulan ini ia sangat sibuk dengan laporan-laporan osis nya itu. Tapi, sebisa mungkin ia meluangkan waktu untuk Naya nya.

Hanya sebulan, tidak lebih.

Nana bergegas mandi dan membereskan segala keperluan yang harus dibawa ke sekolah.

Setengah jam yang ia butuhkan untuk benar-benar siap, ia harus berangkat lebih pagi hari ini.

Mau jemput Naya dulu, katanya.

"Bun, aku berangkat ya! Mau ke rumah Naya dulu, Assalamualaikum," ucap Nana terburu-buru

Selama perjalanan matanya terus melirik ke arah arloji hitam ditangan kirinya. Sekitar 5 menit Nana sampai didepan rumah Naya,

"Assalamualaikum,"

Seorang gadis kecil keluar dari rumah tersebut, sambil menjawab salam, "Waalaikumsalam, eh kak Nathan, kak Naya nya udah berangkat tadi,"

"Loh, sama siapa?" tanya Nana dengan dahi berkerut

"Kurang tau sih, dia tadi jalan sendiri, kak" jawab Aileen adik Naya, Nana semakin bingung, "Oh gitu ya? Makasi ya, Leen."

Nana pun bergegas menuju sekolah, pikirannya hanya tertuju pada satu orang. Naya.

Baru saja ia memakirkan motornya, hatinya mencelos saat ia melihat Naya tidak sendirian, melainkan bersama Renjun.

Lewat LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang