Kuhampiri engkau meski kau jauh
Sendiri ku tempuh
Hanya tuk bertemu dengan mu
Kuhampiri engkau meski kau jauh
Namun hatimu tlah runtuh
Dan buatku terjatuhKau tak pernah tahu
Betapa hati yakin untukmu
Kau tak pernah tahu
Betapa aku merindukanmu- Yura Yunita -
***>>>>✤✤✤✤✤✤<<<<***
Rose telah selesai dengan kelasnya hari ini. Beberapa menit sebelum kelasnya selesai, Jian memberitahunya lewat pesan teks, kalau dirinya sedang berada di kantin universitas. Sekarang Rose berniat untuk menemui Jian, namun belum sampai di kantin, dirinya malah sudah berpapasan dengan orangnya.
"Kok?" Rose bertanya-tanya sambil menatap kekasihnya yang malah berjalan berlawanan dengannya. Sedangkan Jian mengurungkan niatnya untuk ke kelas saat melihat Rose yang hendak menghampirinya ke kantin, kemudian memilih untuk mengajak Rose ke pendopo kampus saja.
"Jangan ke kantin, banyak setan nya." Jian berbicara tanpa melihat Rose, melainkan tangan Rose yang sedang di genggamnya. Terlihat sangat cantik bagi Jian, padahal biasa saja.
"Hah? Habis ada yang berantem ya? Kamu nggak ikutan kan?"
"Kamu liat wajah aku? Masih ganteng kan?" Kepedean Jian sedang muncul ke permukaan. Jian mendekatkan wajahnya ke Rose, supaya kekasihnya itu bisa melihat ketampanannya. Namun, dalam hitungan detik, Rose segera mendorong tubuh Jian menjauh. Dirinya memilih aman untuk kesehatan jantungnya.
"Kamu ngerasa ganteng?"
"Kata Lukas aku ganteng kok."
Jian berkata jujur, beberapa minggu yang lalu Lukas pernah memuji nya tampan. Jian tidak peduli pujian dari Lukas tulus atau tidak. Toh, siapa juga yang nggak suka di puji.
"Terserah deh, mas ganteng." Rose mengucapkannya dengan nada mengejek.
"Kamu udah sarapan?""Barusan kan aku sarapan, kamu belum?"
"Sama, aku juga udah, malahan tadi aku bikin sambal buat orang rumah."
"Kamu kan bisanya cuma itu." Jian terlalu jujur kepada Rose. Jian mengejek Rose yang hanya bisa membuat sambal, padahal Rose juga bisa masak beberapa makanan, seperti telur dadar, telur mata sapi, telur rebus, dan air? Menurut Rose sendiri, bukankah hal seperti itu lebih penting daripada bisa masak nasi goreng?
"Siapa bilang? Aku udah belajar banyak resep makanan dari Mbak Jasmin kok."
"Oiya? Belajar doang, emang udah bisa?"
"Bisa kok, nggak semua sih." Rose memberikan senyuman pepsodentnya.
"Bagus dong kalau gitu!" Jian mengusap lembut kepala Rose sambil membenarkan beberapa helai rambut perempuan itu yang sempat tertiup angin. Cantik, batin Jian yang saat ini tersenyum menatap kekasihnya.
"Kamu juga belajar masak dong Ji, nanti biar bisa lomba masak sama aku."
Jian yang mendapat ajakan seperti itu dari kekasihnya, langsung menolak dengan menggelengkan kepalanya cepat. Dirinya masih trauma dengan minyak goreng.
Flashback On
Saat Jian masih duduk di bangku sekolah dasar, dirinya pernah mengikuti ekstra kulikuler pramuka di sekolahnya. Waktu itu ada lomba pramuka tingkat daerah, dimana setiap sekolah akan mengadakan seleksi untuk anggota regu perwakilan yang akan ikut berpartisipasi dalam perlombaan itu. Jian terpilih untuk bergabung dengan regu lomba putra dari sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frekuensi || Circle Of Love
Short Story"Le, nduk, setiap orang punya pemahaman sendiri tentang kebahagiaan. Ingat judul bukunya Ibu Kartini nggak? Seperti roda kehidupan kan? Kadang di atas, kadang di bawah. Tapi bapak harap, anak-anak bapak bisa selalu bahagia dengan cara kalian sendiri...