[39]

28.5K 3.4K 462
                                    

"Gua pindah."

Kalimat itu ngebuat Aldean mematung sebentar. Pindah? Arsen tau darimana masalah dia bakalan dipindah? Terus Arsen marah karena dia dipindah? Atau..?

"Kita duduk di sana dulu ayo," ajak Dean melembut begitupula sama tatapan dia yang mulai agak menyendu.

Arsen geleng kepala still dengan mata memerah dan wajah kaya nahan untuk gak nangis. Dean yang lihat itu buang nafas kasar dan ngangguk nurut sama permintaan Arsen.

"Se___"

"Lo buat kecewa. Kata lo, lo bakal usahain untuk buat kita gak pisah tapi nyatanya apa? Gue sama lo, bakal pisah Al! Kata-kata lo gak seharusnya gue percaya, kata-kata lo gak seharusnya gue anggap penenang kalau pada akhirnya endingnya kaya gini," kata Arsen dengan mata natap lurus Aldean.

"Gue udah yakin lo bakal perjuangin ini. Tapi apa?! Lo nyerah Al! Lo gak ngebuktiin semuanya!"

Aldean narik rambutnya ke belakang sama decih untuk nahan emosinya. "Aku udah berusaha Sen, aku gak mau egois, aku gak mau buat hubungan kita jadi toxic untuk hubungan kamu sama keluarga kamu. Aku gak mau."

"Lo tau kalo gua bakal dipindah kaya gini?"

Cowok itu mau gak mau ngangguk yang makin buat emosi Arsen meledak. "Aku lagi berusaha makannya aku gak mau kasih tau kamu soal ini. Aku takut Sen kamu makin kenapa-kenapa," kata Dean.

"Jadi lu udah tau?! Kenapa lo diem aja anjing?!" Arsen kembali ngeluarin nada tinggi.

"Lo tau darimana gue diam aja soal ini? Spekulasi darimana? Sen, gue bukan mau kelihatan berjuang di depan lo. Tapi gue mau keliatan berjuang depan ortu lo. Gue peran penenang kalau di depan lo, gue gak mau lo kepikiran," balas Aldean gak lagi pake nada lembut, panggilan aku-kamu. Bahkan mata dia udah tajam banget natap lawan di depan.

Arsen keliatan kesentak pelan terus ngepijat pelipisnya karena kepala dia mendadak pusing. "Tapi Al, gak semua harus lo tanggung sendiri! Kalo lo cerita soal ini gue juga bisa handle, apalagi itu nyangkut gue banget."

"Tadi lo marah-marah karena gue gak berjuang sekarang lo minta kita berjuang sama-sama. Mau lo apa sih Sen?"

Kena balasan gitu Arsen neguk ludah gugup. Ini Aldean lebih parah dari yang minta break. "Al_____"

"Gua bakal maklumin kalo marah-marah biasa aja tapi tadi bener-bener udah berlebihan. Lo kaya mandang gue gak bisa merjuangin lo."

"Lo tau pastikan gimana perasaan gue lo maki-maki kaya tadi tanpa gue tau salah gue di mana?"

"Gue juga gak mau jadi peran penenang doang, gue juga mau lebih dari itu tapi gue gak mampu sekaligus. Lo sadar gak sih lama-lama lo nuntut gue banyak banget tanpa tau keadaan gue juga sama kacau kaya lo."

"Kayanya emang kita gak pernah cocok Sen. Kita udah dikasih kesempatan buat perbaiki semuanya tapi malah jadi berantakan."

Aldean diam gak ngelanjutin omongan dia buat Arsen yang tadinya ngerasa bersalah jadi emosi kembali karena tau arah tujuan kata-kata Aldean di akhir tadi.

"Terus lu mau apa? Putus?" tanya Arsen tajam.

Dean neguk ludahnya dengan perlahan ngangguk. "Hm, lebih baik kita putus," kata Aldean final dan natap Arsen terang-terangan. "Bahagia lo bukan gue ternyata. Gue gak mau maksa takdir. Gue duluan."

Dean pamit gitu aja tanpa kasih salam perpisahan apapun. Ciuman? Pelukan? Elusan di rambut? Gak. Gak ada semua itu. Cowok jangkung itu ninggalin Arsen yang dunianya kembali berantakan.

Arsen masih berdiri dengan pandangan lurus ke depan dan mata mulai mengembun tanda siap ngeluarin tetesan bening yang sedari tadi dia tahan.

"Bohong Al, takdir lagi bohongin kita. Lo bahagianya gue, gue bahagianya lo!" lirih Arsen berusaha untuk teriak tapi gak bisa. Berusaha untuk ngebuat Aldeannya balik kaya dulu tapi gak bisa.

"Yan darimana lo izin sampe lama gitu? Untung aja tuh guru cuek jadi bodoamat," kata Kayla pas Dean baru aja duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yan darimana lo izin sampe lama gitu? Untung aja tuh guru cuek jadi bodoamat," kata Kayla pas Dean baru aja duduk. Cewek itu belum notice sama wajah mengkeruh Aldean.

"Kay gue mau sendirian," kata dia dingin.

Kayla natap lekat wajah Dean dan saat itu dia sadar wajahnya Dean kaya gak mau diganggu sama ada luka robek kecil di ujung bibir. Cewek itu mau memundurkan diri cuman dia gak bisa, Dean sepupunya. Mana tega dia.

"Kenapa? Lo tadi keluar kaya panik gitu, sekarang berantakan gini. Why?"

"Tinggalin gue dulu Kay."

Kayla geleng. Cewek itu narik bangku untuk duduk di samping meja Dean. "Gue tau lo gak okay, betternya lo pulang aja."

"Gak Kay, bentar lagi juga pulang."

"Gak Yan. Lo keliatan kacau. Sia-sia lo nunggu bel pulang makin buat lo kacau ntar. Pulang sono ah," paksa Kayla sambil beresin alat tulisnya Dean.

Dean dengus kecil. "Apasih Kay. Bentar lagi balik juga."

"Gue panggil Via ke sini biar lo nurut ya?"

"Ck. Jangan bawa-bawa Via lah."

"Makannya nurut. Ayo gue anter buat izin," kata Kayla narik Dean paksa.

Cowok itu mau gak mau tertarik pasrah dengan wajah agak merunduk untuk nutupin keadaan dia yang kacau. Mata memerah, ada robekan di ujung bibirnya, hidung dia juga memerah.

Pas cowok itu mau agak dongak takdir malah nemuin tatapan dia sama tatapan Arsen di depan sana, tapi Dean buru-buru mutus kontak mata mereka dan jalan berbelok.

"Masalah lo sama Arsen jangan buat lo drop lagi Yan. Kasian bunda," kata Kayla pelan.

Dean noleh. Pasti cewek itu notice ke tatapan Dean ke Arsen tadi. "Hm."

"Lo naik taksi. Dah gue pesan tadi."

"Loh Kay??"

"Ntar lo jatoh gimana?"

"Ck gue bukan anak kecil kali."

"Di mata gue lo tetap adik kecil gue, Yan."

"Geli gue."

"Bacot ah."

Setidaknya ada sepupu-sepupunya yang buat dia agak sedikit tenang soal masalah yang beneran lagi gak mau dia pikirkan saat ini. Terlalu capek.

 Terlalu capek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

14•01•21


🐕 anjing, gue nangis nulis chap ini.

-giaca 🍵

ColdBoy vs BadBoy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang