[41]

24.2K 3K 487
                                    

"CK," decak Dean kuat sambil ngacakin rambutnya. "Kenapa gak dibalas sih? Kan udah malam," dumel cowok itu.

Padahal Dean baru aja bangun tidur terus buru-buru cek hape buat liat ada notif dari cowok itu gak. Ternyata gak ada sama sekali. Ya oke pindah, tapi masa selama itu proses pindahannya. Kan cuman pindah sekolah bukan pindah rumah.

Bisa aja sekolahnya tuh cowok masih satu lingkungan sama sekolah mereka, kenapa sampe lama gini. Kan gak mungkin.

Dean: lo pindah kemana?
Dean: sekolah dekat sekolah kita?
Dean: lo sekolah tempat amel ya?
Dean: sen balas coba
Dean: lo masih marah sama gue?
Dean: sen gue emosi
Dean: sen kalo emang ortu lo gak bolehin kita pacaran oke gue terima
Dean: tapi please izinin gue berjuang lagi
Dean: sen besok bisa ketemu?
Dean: arsenio balas tolong

Dan masih banyak lagi pesan yang dia kirim ke Arsen tapi tetap hanya centang satu yang keliatan, gak ada tanda read di situ. Ini Dean kenapa jadi khawatir gini sih kan dia bukan siapa-siapanya cowok itu. Mereka bahkan putus, bukan break lagi.

Ah sial. Gak gini seharusnya, memang dia yang buat ribet semuanya. Coba aja kalo dia gak sekasar itu sama Arsen, pasti dia tau keberadaan Arsen sekarang.

"Mau makan Al?"

Dean yang lagi ngambil nasi jadi noleh ke bunda yang kelihatan masih fresh padahal ini udah jam satu pagi tapi bunda kayanya masih belum tidur terus dia ngangguk dan jawab iya.

"Bunda kenapa belom tidur sih?" omel dia.

"Masih banyak kerjaan Al. Deadlinenya bentar lagi."

Aldean ngehela nafas. "Ayah gak pulang?" jawaban dari pertanyaan Al dijawab bunda dengan gelengan. "Bukannya besok harus ke Berlin?"

"Gak jadi. Udah ada yang handle di sana karena yang di sini mau pindah ke sana," kata bunda.

"Oh gitu. Bunda udah makan?"

"Udah barusan aja."

Siap Aldean ngambil lauk dan segala macam buat dia makan, cowok itu langsung duduk di meja makan. Bunda sama Dean sama sekali gak ngobrol apapun karena bunda pengennya ngobrol sama Dean pas siap makan.

"Al gimana bisa?"

Dean yang kembali duduk karena siap naruh piring kotor natap bunda bingung. "Kenapa bun?"

"Kamu sama Arsen kenapa bisa putus?"

Cowok yang ditanya gitu ngehela nafas pelan dengan tatapan agak kosong. "Al yang minta bun."

"Bunda tau, kan, kamu tadi bilang sama bunda," kata bunda ringan. "Bunda cuma mau alasan yang jelas. Bukan maksud bunda ikut campur, bunda cuma gak pengen kalian jadi saling nyakitin lagi."

"Udah bun, udah. Kita udah saling nyakitin satu sama lain. Gak ada yang perlu diperbaiki lagi bun."

"Bunda gak paksa kalian buat ngeperbaiki hal yang gak bisa dipaksa balik. Bunda cuman mau dengar alasan kalian putus, Al."

"Arsen pindah bun, Al udah tau hal itu sebelum Arsen dan Arsen marah karena Al gak ceritain hal yang Al tau padahal itu nyangkut Arsen banget." Cowok itu narik nafas pelan. "Kita sama-sama emosi, Arsen nuntut Al ini-itu tanpa tau Al juga sama capeknya, sama hancurnya kaya dia."

Bunda ngelus bahu anak cowoknya itu. "Lalu?"

"Al udah gak sanggup dan ya, Al mutusin hubungan kita.." lirih Aldean di akhir kalimat yang buat bunda agak gemetar pelan.

"Bukannya kalau kamu putusin Arsen di keadaan dia kaya gini itu sama aja kamu makin nyakitin Arsen?"

Dean ngangguk lemah. "I know," jawab cowok itu pelan. "Al gak bisa kontrol emosi Al bun. Al sekarang nyesel banget."

Bunda mejemin mata bentar dan ikutan narik nafas pelan. "Udah coba hubungin Arsennya?"

"Al udah telfonin, Al udah spam chat tapi tetap gak ada balasan. Al takut bunda.."

"Arsen gak bilang mau pindah ke mana?"

Aldean geleng kepala. "Kita terlanjur udah putus."

Bunda narik Aldean ke pelukan dia. "Al, dua minggu lagi kamu ujian buat naik kelas. Bunda gak mau kamu stres karena belajar dengan keadaanmu kaya gini." Al diam dengarin perkataan bunda.

"Kamu tau kan, Ayah sama Bunda gak pernah nuntut ranking kamu bagus atau gak. So, bunda minta kamu jangan terlalu over di saat kaya gini." Bunda jeda omongannya. "Bukan berarti bunda izinin kamu mikirin hal ini terus. Gak, Al. Kamu juga harus kontrol pikiranmu."

"Iya. Sebisa mungkin Bun."

"Setelah ujian kamu baru boleh cari tahu tentang Arsen lagi. Bunda mau selama ujian kamu belajar sama istirahat bukan cari info soal Arsen. Bunda gak mau kamu kenapa-kenapa."

Aldean ngebalas pelukan bunda. "Bunda tenang aja, sebisa mungkin Al usahain untuk gak fokus ke situ dulu."

"Bunda tau itu gak gampang, bunda bakal always by your side Al."

Arsen natap ke jendela kecil pesawat yang padahal dia tutup dengan pandangan kosong dan mata sedikit merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arsen natap ke jendela kecil pesawat yang padahal dia tutup dengan pandangan kosong dan mata sedikit merah. Cowok itu ngepalin tangan sedari tadi.

Ya, Arsen masih di dalam pesawat sedari sore tadi. Cowok itu dari pergi sampe masih di pesawat gak ngerubah ekspresi datar milik dia. Ha kenapa juga dia harus kaya gini coba.

Bukannya ini keinginan dia, bukannya ini tujuan dia ngebuat drama kaya tadi biar ending hubungan mereka kaya tadi. Karena berhasil aturan ya Arsen senang kan? Kok ini gak. Harusnya gak gini.

Ah, Arsen bego.

Dia udah kaya anak-anak banget, gak berhubungan sama siapa-siapa, nurut perkataan orang tua banget. Dulu Arsen mah gak gini, apa yang dia gak suka ya dia bantah. Sial.

"Maaf Al, semuanya udah direncanain."

0

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

0

9-02-21


🐕 Tebak berapa chap lagi?

-giaca 🍵

ColdBoy vs BadBoy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang