plz, actived the black theme
sudah seminggu sejak Mirae tak sadarkan diri di rumah sakit.
tak ada perkembangan, tubuh nya masih terbaring lemas, dan tak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan sadar.
Dongji udah nangis 3 hari 3 malam karena kakaknya.
dia yang melihat kakak nya tertabrak truk, tubuh nya terpental beberapa meter dari tempat dia di tabrak.
saat itu, Dongji tak bisa berkata-kata, tungkai nya lemas seketika.
setelah itu, dia hanya terduduk di trotoar, melihat kakak nya di ujung jalan sana, terbaring tidak bergerak.
orang-orang berbondong-bondong mengerumuni Mirae yang berbalut darah, sedangkan Dongji masih di sini tak berani bergerak.
sampai sekarang, Dongji hanya diam, dia duduk di samping bangsal sang kakak.
menunggu kakak nya bangun.
makan tak teratur, tidur tak teratur, tidak berbicara, bahkan bergerak dari duduk nya saja tidak.
perawakan nya tak terawat, bibir nya kering, kantung matanya sudah sangat menghitam.
eugh.
sesekali dia menangis tanpa sebab, lalu diam seperti batu dengan tatapan lesu terarah ke kakak nya yang terbaring lemah di bangsal.
tubuh Mirae di pasang alat medis yang lumayan banyak, Dongji gatau nama nya apa aja.
selang sana sini, alat yang bunyinya sangat menggangu, dan perban di mana-mana.
sang ibu sudah memujuk Dongji, di bilang, "kakak akan baik-baik saja, kamu yang ga baik-baik saja, kalau kakak bangun, ngeliat kamu yang kaya gini, pasti dia sedih, Dongji"
gak mempan, laki-laki itu tetap dengan pendiriannya, kaya nya, mendengar kan ibu nya berbicara saja mungkin enggak.
Dongji hampir menyerah, tapi tidak, dia tidak menyerah hingga saat ini.
kakak pasti bangun, aku tunggu.
"ga mau! lepasin!, Dongji mau sama kakak!" Dongji memberontak kepada suster laki-laki yang menarik nya keluar dari ruangan Mirae.
"Dongji..., nurut ya?, kakak ada yang jaga, kamu makan dan mandi dulu, nanti baru ke sini lagi, ya?" sang ibu lagi-lagi membujuk Dongji, dia juga kali ini sedikit lebih tegas.
"gamau mama....Dongji mau sama kakak....." Dongji menangis lagi, suaranya hampir habis, dia tak punya tenaga untuk menangis, apalagi melawan. tubuh nya sangat lemah, maka itu, dia menangis untuk melawan.
sang ibu mengela nafas pelan, dia sangat iba, semua anak nya dalam kondisi yang tak baik-baik saja, yang satu ga bangun-bangun, yang satu kaya mayat hidup.
situasi ini membuat dirinya ingin mengurung dirinya saja, menangis tersedu-sedu meratapi nasib, tapi tak bisa, anak-anak membutuhkan dirinya.
wanita itu menunduk ke bawah, melihat lantai, menahan diri untuk tidak menangis.
suara alat yang terpasang di tubuh Mirae, menggema di telinga nya, dia berbalik, menatap anak gadis nya yang tak ikut membantu nya untuk menarik Dongji dari sini.
terlambat, air matanya sudah lolos, membuat nya sadar akan lamunannya, dia melihat ke depan lagi.
Dongji sudah tak ada di ruangan ini, ah.. anak itu sudah keluar.
Suzy berjalan keluar, lalu untuk terakhir kalinya sebelum keluar, dia melihat ke arah Mirae, tatapan nya tertuju ke sana beberapa saat.
"ahhh.." hela Suzy dengan suara yang bergetar, dia harus keluar, ada anak yang lain yang harus dia urus.
air mata Mirae keluar begitu saja, matanya yang terpejam tidak menghentikannya untuk menangis, dia sedih, dia ingin bangun, tapi tubuh nya bisa bergerak sekeras apapun dia mencoba.
maafkan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
mutualism
Fanfiction; saling menguntungkan. aku bahkan gatau kalau ini benar saling menguntungkan "bukan karena kamu, itu sudah jelas. jangan siksa diri sendiri, aku udah tenang di sini, karena kamu yang seperti itu, aku harus berbuat sesuatu."