plz, actived the black theme
jika kalian bertanya-tanya
'siapa James?'
nah, pertanyaan bagus.
sebenernya, Mirae sendiri juga gatau siapa dia, dia ga jelas asal usulnya, dia datang dan pergi tanpa jejak, dan keberadaan juga Mirae pertanyakan.
dia pertma kali datang ke Mirae saat... ya, 3 tahun lalu, saat Mirae duduk di sendiri di padang rumput, tempat yang sama seperti kemarin.
James bilang kalau dia ga punya teman, dan waktu ngeliat Mirae duduk sendiri doang dari jendela kamarnya, dia memberanikan diri buat kenalan supaya dia ada teman.
ya, James laki-laki remaja yang sudah besar, di banding kan dengan Mirae yang masih kecil pada saat itu, jujur James kaya pedofil.☝️😂
tapi sekarang mereka hampir seumuran, kaya nya, Mirae ga pernah nanya umur james berapa.
ga penting katanya.
tapi kaya nya, Mirae merasa kalau James itu tak pernah tumbuh, besar nya selalu sama sejak mereka pertama kali bertemu.
cukup aneh, layak di pertanyakan.
tapi sayang nya Mirae tak terlalu peduli.
"aku kangen kamu deh," kata James tiba-tiba.
Mirae mengerut kan dahi, dia tau kalau James itu emang aneh dari setelan pabrik, tapi seumur hidup mereka temenan selama ini, laki-laki itu tak pernah sekalipun menyebut kata itu, 'kangen'.
"kangen?"
James berbaring di samping Mirae, merebahkan tubuh nya di hamparan rumput, lalu menyanggah kepalanya dengan lengan tangan, "iyaaa, kamu datang ke sini cuma setahun sekali, itu pun sebentar aja, kamu selalu pulang sebelum festival kembang api di sini,"
ah, iya.
Mirae selalu pulang sebelum festival kembang api, selalu, ntah sehari sebelum atau 2 hari sebelum.
ngeselin sih, padahal Mirae juga pengen pergi ke Bazaar yang di Adain di sini setiap ada festival itu, tapi ibunya itu, hadehhh.
"padahal aku mau ngajak kamu ke bazar nya dari kapan tau, tapi setiap aku pengen ajak kamu, aku selalu telat, besok nya kamu udah pulang," kata James dengan wajah cemberut.
Mirae terkekeh remeh, "gimana lagi, aku di jemput nya selalu di time segitu."
"ya makanya aku ajak nya sekarang, biar kamu bisa kasih tau ibu kamu buat jemput setelah festival,"
oh.
Mirae tidak menyangka kalau James akan mengatakan itu, ia langsung menoleh ke arah James yang tengah baring di sebelahnya dengan raut wajah kaget.
James pun juga ikut menyorot kan pandangan nya ke sang gadis, "gimana, mau 'kan?" tanya nya sekali lagi.
raut wajah Mirae mulai melembut, ia mengalihkan wajah nya dari James, lebih memilih melihat ke arah danau yang kunjung surut itu, "bakal aku pikir-pikir lagi."
"BENERAN?!??!" seketika laki-laki itu langsung bangun dari tidur nya saat mendengar jawaban Mirae.
"...ya"
"baik deh, aku harap kamu mau, soal nya aku udah mau ajak kamu dari 3 tahun lalu, kalau kamu tolak, aku bakal sedih banget," tutur James sembari memberi rait wajah sedih yang di imut-imut kan.
Mirae yang melihat itu langsung bergidik, "lebay."
"iya sedihh banget sampai keluar air mata darah."
mulai lagi deh.
"ok, aku mau pulang dulu, soal nya bentar lagi aku mau les piano," James bangun sambil membersihkan baju nya yang tertempel rumput dan bunga dandelion.
Mirae memutar bola mata malas, "ga heran."
James terkekeh geli, "heheh, biar bisa main lagu kesukaan kamu, apa tuh judul nya? One Summer's week?"
"one summer's day kali"
"nah iya itu pokoknya, sampai ketemu lagi Mirae, dadah," katanya tatkala menghilang dari pandangan Mirae, berlari menuju kerumahnya melewati danau surut itu.
Mirae hanya memperhitungkan dari belakang seraya laki-laki itu menjauh, tak terlihat lagi punggung lebar nya.
tiba-tiba angin bertiup kencang, membuatku Mirae terpejam, topi yang ia gunakan juga ikut tertiup, membuat rambutnya menutupi wajah Mirae.
gadis itu buru-buru memasang kembali topi ke kepalanya, dan membetulkan rambut yang menutupi wajah mungil nya.
setelah itu dia kembali melihat ke arah James tadi pergi.
ah.
dia sudah hilang.
Mirae mencari laki-laki itu, tapi jejak nya benar-benar sudah hilang seperti terbawa angin yang berhembus kencang tadi.
apakah dengan durasi sependek itu, James berhasil sampai kerumah nya dengan jarak yang lumayan itu?
Lupakan kejadian tadi, saat Mirae sampai ke rumah bibi nya.
gadis itu sepersekian detik langsung mencari telepon untuk menelepon ibunya.
suara telepon terus mendominasi telinga Mirae, menunggu untuk tersambung ke penerima telepon tersebut.
Tut.
"halo ibu, boleh ga jemput Mirae habis festival kembang api di sini?" kata gadis itu tanpa jeda setelah tau telepon akhirnya tersambung.
"ah halo, tadi Mirae bilang apa? ibu ga denger"
Mirae menarik nafas kesal, "ibu, boleh jemput Mirae habis festival kembang api di sini ga?"
"ohhhh, kenapa memang nya?, Mirae mau pergi ke bazar nya ya?"
gadis itu tertegun, kok ibu nya bisa tau ya?, "i-iya, Mirae mau pergi ke bazar nya, boleh kan Bu?"
"boleh, nanti ibu jemput kalian habis festival itu, di sini ibu juga lagi sibuk, mungkin ibu jemput kalian agak telat ga kaya biasanya."
Mirae meringis, mengingat ibu nya banyak cuti untuk mengurus nya di rumah sakit kemarin, pasti pekerjaan menumpuk gara-gara itu.
"oh iya, kalian di sana apakabar?"
"MIRAEEE, BANTU BUNDA SAMA DONGJO BUAT PANEN BUAH DONG DI BELAKANG," teriakan bunda sampai ke ruang tengah, Mungkin sampai ke telepon juga.
"kita baik, nanti Mirae telepon lagi ya bu, bunda manggil Mirae buat bantu panen buah persik nih"
"hahah, iya-iya, kamu sama Dongji baik-baik ya di sana, kamu jangan lupa minum obat, jangan banyak gerak, jangan sampai sakit lagi, sama liatin adek kamu di sana ya."
...
"iya Bu, ibu juga di sana jaga diri."
"iyaaa, ibu tutup telepon nya ya"
Tut.. Tut..
"iya, Bu...," Kata Mirae tepat sesudah telepon terputus.
gadis itu mematung di tempat, kejadian hari itu terputar lagi di kepala nya, seperti hanya terjadi kemarin.
kini rasa bersalah menggerogoti hati nya, di sambung dengan rasa nyeri yang kambuh di tangan nya.
setelah meringis kesakitan, Mirae hanya menghela nafas
dia berusaha untuk tidak berlarut-larut dalam rasa itu, gadis itu segera berlari ke belakang untuk membantu Bunda dan Dongji.
dia seharusnya tidak melakukan hal itu, tapi dengan semua akal sehat nya, dia tak bisa menahan dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
mutualism
Fanfiction; saling menguntungkan. aku bahkan gatau kalau ini benar saling menguntungkan "bukan karena kamu, itu sudah jelas. jangan siksa diri sendiri, aku udah tenang di sini, karena kamu yang seperti itu, aku harus berbuat sesuatu."