Dari Mata

8 0 0
                                    

Park Jimin POV

Aku mengingatnya dengan jelas. Wanita yang memiliki mata indah itu. Mata yang membuatku tidak berselera meminum wine kesukaanku. Aku melihatnya lagi. Malam ini. Dia menolongku, mengajakku ke dalam apartemennya lalu ia membuat minuman cokelat panas untukku. Akhirnya aku tahu namanya adalah Kim Sora. Kami baru saja berkenalan. Anehnya dia tidak tahu sama sekali aku ini siapa. Kemungkinan dia tidak mengikuti dunia boyband Korea karena dia tinggal di New York. Aku jadi penasaran dia pernah mendengarkan lagu dari boyband asal Korea atau tidak.

Dia menyodorkan minuman cokelat panas di meja, "Minumlah, ini bagus untuk menghangatkan badan."

"Terima kasih." Ucapku sambil meraih minuman itu. Lalu menyeruputnya. Nikmat sekali.

"Aku menolongmu karena kamu pernah menolongku juga waktu itu. Anggap saja kita impas." wanita itu berbicara. Dia memerhatikan koper yang kubawa. "Kamu... mau pergi ke suatu tempat?"

Lalu kuceritakan semua kepadanya. Tidak semua sih, hanya bagian aku dirampok oleh supir taksi saja yang kuceritakan. Aku juga bilang tasku yang berisi paspor, dompet, dan kartu-kartu penting lenyap. Matanya memancarkan rasa kasihan setelah mendengarkan ceritaku.

Dia menyodorkan ponselnya ke arahku, karena aku bilang ingin meminjam ponselnya untuk menghubungi keluargaku. Kuraih ponselnya. Kutekan tombol nomor Ibuku.

"Halo, Eomma. Ini aku Jimin."

"Jimin-ah, apa kabarmu? Nomormu ganti?"

"Aku baik, Eomma. Bagaimana keadaan Appa? Tidak, ini aku pinjam nomor temanku, hapeku sedang diperbaiki, Eomma." Aku terpaksa berbohong. Aku tidak mau Ibuku mengkhawatirkanku.

"Appa sudah lebih baik. Kamu sudah bicara pada managermu? Kapan kamu akan pulang ke Korea?"

"Syukurlah. Ya, sudah, Eomma. Aku disuruh menginap di hotel dulu selama dua minggu agar pikiranku jernih, Eomma."

"Maafkan Eomma ya. Kamu pasti dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Tapi, kamu adalah penerus perusahaan keluarga Park. Tidak ada jalan lain."

Terdengar Ibuku menghela napasnya di seberang sana diikuti dengan isakan lembut.

"Eomma, jaga kesehatan ya. Jangan khawatir. Aku akan segera pulang ke Korea." Aku berusaha menenangkan Ibuku. Setelah mendengar Ibuku sudah lebih tenang, kututup teleponnya.

Tadinya kuingin menelepon Manager Jung dan memberitahu padanya tentang keadaanku, tapi setelah melihat wajah wanita itu yang sedang tersenyum mengelus-elus kucingnya di hadapanku, kuurungkan niatku untuk menelepon.

Lebih baik aku tidak memberitahu mereka dulu. Lebih baik aku tinggal di sini dulu untuk sementara waktu. Kudekati wanita itu. Aku berlutut di hadapannya dan ikut mengelus kucingnya. Wanita itu sontak kaget melihatku sudah berada di depannya dan berlutut menjangkau kucingnya.

"Boleh aku tinggal di sini selama dua minggu? Anggap saja aku peliharaan barumu."

"Eh?"

Serendipity ( PJM fanfic )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang