SAH! (1)

2K 94 1
                                    

Cekidot!!!

♡♡♡

POV RINDRA

"Saya terima nikah dan kawinnya Khalisa Ayudya binti Makmur dengan mas kawin seperangkat alat salat serta seperangkat perhiasan berlian dibayar tunai."

Dalam satu kali tarikan napas, kalimat sakral meluncur cepat tanpa tersendat dari bibirku pagi ini. Akhirnya aku bisa juga mengucapkannya dengan benar, nama gadis itu.

Fiuh! Lega banget.

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah."

"Yang lain bagaimana?"

"Sah."

"Sah. Alhamdulillah."

"Alhamdulillah. Sah. Alfatihah."

Tepuk tangan serta hamdalah pun menggema di ruang ijab yang terlihat begitu anggun dipandang mata. Namun, kegembiraan yang terlihat berbanding terbalik dengan pasangan yang duduk di sebelahku.

Huft!

"Hikss, gue nggak mau nikah sama om-om."

Asem! Gue dibilang om-om.

"Nak, udah. Itu didengar penghulu, lho."

Suara wanita yang merupakan ibu kandung dari gadis yang aku nikahi barusan, terdengar menegur anaknya yang artinya itu ibu mertuaku. Ini seperti pernikahan sepihak saja ceritanya jika mendengar suara yang--sayangnya bisa aku dengar karena lebih mirip ucapan jelas ketimbang suara bisikan.

"Khalisa mogok bicara!" ucap si Khalisa tepat di kupingku usai suara ibunya menegur.

Dasar anak abege!

Aku mengabaikan bisikan Khalisa dan memilih melempar senyum lebar serta tangan yang terus mengusap wajah karena telah melalui tahap ini.

"Nah, sekarang sungkeman sama orang tua."

Itu suara Bude Nindya yang mendapat tugas dari Ayah untuk mengurus semuanya sampai ijab ini bisa dilaksanakan.

Setengah jam berlalu, seluruh rangkaian ijab sederhana yang hanya dihadiri pihak dari keluargaku juga keluarga Khalisa selesai dilaksanakan. Waktunya pulang.

"Ayah, Ibu, Rindra balik ke kantor kalau gitu." Aku memang berencana ke kantor usai acara ini.

"Cepet banget," ungkap Ibu dengan bibir yang terlihat lebih maju.

"Ibuuu ... Khalisa langsung ke tempat latihan, ya. Bye."

"Eh, siapa yang nyuruh lo--eh, maksud saya, siapa yang nyuruh kamu ikut pulang?"

Dia berhenti. Ia dia, si Khalisa itu, lebih tepatnya istri yang baru kunikahi sejam lalu. Dia menoleh ke arahku, memasang raut jutek.

"Ngapain nanya-nanya? Perjanjiannya setelah nikah kita bebas mau ngapain tanpa perlu mengekang, bukan?"

Ya ampun. Aku lupa kalau ada janji pra nikah. Huft! Begini rasanya nikah dengan gadis yang belum cukup umur?

Wait! Bukan belum cukup umur, ya, Gaes. Khalisa itu udah tujuh belas tahun. Inget, tujuh belas tahun, tetapi dia masih duduk di kelas 11. Yups. Istriku masih memakai seragam putih abu-abu aka masih anak sekolah dua SMU tepatnya.

Tepok jidat.

Aku meneguk saliva setelah barisan kata-kata tanpa terfilter keluar dari bibir merah delima pinokio eh merah delima tanpa pinokio maksudku. Khalisa memang benar, aku sama dia sudah menandatangani janji pra nikah yang isinya tak ada saling melarang pada pasangan usai ijab qobul serta ...

Gadis Kecil Itu, Istriku! (Siap Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang