"Kak?"
Begitu memasuki ruang tamu, Velin bukannya mendapati Kun, malahan dua orang yang sedang sibuk masing–masing dengan sebuah koper besar yang diyakininya adalah barang–barang milik tuan rumah.
Sudah dipastikan jika mereka berdua datang untuk membantu kawannya berkemas sebelum keberangkatannya.
"Ee.. Kun kemana?" Tanya Velin setelah merasa diperhatikan cukup lekat oleh Ten dan Doyoung.
"Di kamar." Jawab Ten, "masuk aja. Tadi nungguin kamu."
"Oh, ok makasih."
Tanpa menoleh, Velin segera berlalu kedalam kamar dan menemukan kekasihnya itu tengah membereskan tumpukan kertas di meja kerjanya.
Raut wajahnya tak ceria, Velin bisa melihat itu.
"Kak?"
Mendengarnya, Kun menoleh. Segera meninggalkan apa yang dia kerjakan dan menghambur kedalam pelukan wanitanya. Mencari ketenangan yang bercampur ketidakrelaan untuk menghadapi hari–hari selanjutnya tanpa sang kekasih.
"Gak papa, cuma beberapa bulan aja kan?"
"Aku gak bisa jauh–jauh." Ujar Kun, "takut kamu gak betah."
"Kan tiap hari bisa Vidcall, sayang. Gak bakal kerasa kok."
Kun tak menjawab lagi, masih terus mengeratkan pelukannya pada Velin hingga Perempuan itu lebih dulu melepaskan.
"Kak, kita ini cuma mau pisah medan jakarta. Bukan Arab Indonesia."
"Maaf, kemarin Aku janji kalo bulan depan kita main ke bali, tapi sekarang malah dipindah gini."
"Its okei, babe. Kan bisa ditunda sampe pulang nanti."
Velin baru tau jika Kun semanja ini terhadapnya. Jujur dia tidak masalah kok, mau ditinggal 3 bulan, 4 bulan, setahun, asal jangan selamanya saja.
"Sini Aku bantu packing juga."
"Gak. Tunggu dulu."
"Apa?"
"Kamu harus janji sama Aku."
"Janji? Buat?"
"Buat selalu sama Aku."
"Iya.. kan sekarang udah."
"Vel, kamu harus janji dulu."
"Firasatku gak baik.""Ngaco. Udah ya, gak ada janji janjian. Kesannya tuh kayak kamu belum percaya sama Aku."
"Aku emang gak percaya sama kamu."
"Karena Aku tau, kamu itu sulit jaga hati buat orang yang tulus.";-;
sekali–sekali si Velin di jleb kan. biar gak seenaknya juga.