🌸

2.4K 106 64
                                    

⚠️ [ Mengandung plot twist yang harus dibaca baik–baik; bisa jadi memancing umpatan; dilarang untuk berpikir keras agar tidak berkespetasi lebih wkwk. ] ⚠️ ps: ini aku ngga baca ulang, jadi maaf kalo typo atau penulisan ulanh kalimat yang ngga masuk diakal :p

/___________/

Sore ini Jaemin merasakan udara disekitarnya berhembus lebih kencang, langit mulai menghitam dan rintikan air hujan jatuh mengenai rambutnya. Pria itu pun mulai beranjak dari duduknya, memakai topi dan maskernya kembali dan sesegera mungkin menjauhi tempat terbuka sebelum kehujanan.

Setelah berteduh, dari kejauhan dia melihat beberapa truk terus berdatangan, beroperasi tanpa henti dengan tujuan mengirimkan banyaknya barang untuk kebutuhan impor. Kapal–kapal besar terus maju bergantian, mengangkut seluruh barang yang ada di bea cukai disertai buruh–buruh yang terus bergerak cepat sebelum derasnya hujan menghambat pekerjaan.

Hingga Jaemin tak tersadar jika saat ini ada seseorang disampingnya, tengah berdiri menatap semua yang apa Jaemin lihat pula. "Udah lama ngga ngerasain hujan di pelabuhan."

Cukup terkejut, menolehkan wajahnya sebentar pada pemilik suara. Lalu kembali mengalihkan atensinya pada lautan yang diguyur air hujan.

"Sejak kapan disini?"

"Barusan." Jawab si Pria disebelahnya, "ayo cabut."

"Ngapain cabut sama lo? Kayak gak ada kerjaan aja."

Si Pria disebelahnya terkekeh kecil, menepuk pelan pundak Jaemin, namun segera ditepis langsung olehnya.

"Jangan pegang gue, Yutanjing."

"Eits, kasar banget sepupu."

Yuta. Pria menyebalkan yang Jaemin kenal setelah Lucas. Bahkan sudah dia benci, tapi sayang keduanya adalah sepupu.

"Gak usah panggil gue sepupu!"

"Cih, ngambekan."
"Gue kesini karena khawatir, mana tadi ngeliat lo meratapi nasib mulu. Kasihan banget sih Adik gue satu ini."

"Anjing, gue bukan Adik lo!"

Yuta tak bergeming, memilih duduk disebelah Jaemin dan melepaskan topinya.

"He, gini–gini kita pernah mandi bareng, tidur bareng, jalan–jalan bareng—"

"Itu dulu, sebelum lo sekeluarga hancurin kehidupan gue."

"Iya Jaemin, gue kan—"

"Apa? Maaf? Cih, basi. Inget, lo juga bikin Velin menderita. Semuanya, Yuta! Gue, bahkan orang yang gue sayang. Lo buat perasaan kita hancur, dasar setan!"

Yuta terdiam. Dia begitu ingat jelas, Jaemin kecil yang dia kenal tidak pernah kasar, Jaemin kecil yang dia kenal begitu lugu, Jaemin kecil yang selalu bermain bersamanya adalah anak yang santai, pendiam, dan tidak bisa mendendam pada siapapun.

Kali ini Yuta menyesal. Yuta merindukan Jaemin yang dulu.

"Jaemin, lo boleh marah sama Ayah. Tapi jangan sama gue, okei? Gue harus apa lagi biar dimaafin? Cium kaki? Basuh kaki? Tolong, gue gak suka kayak gini. Cukup sebelas tahun lalu, sekarang gue gak mau lagi."

"Gue juga terlanjur benci sama lo." Sarkas Jaemin, "kalo mau dapet maaf gue, coba balikin waktu, bisa?"

"Gak mungkin."

"Yaudah terima aja rasa penyesalan lo."
"Rasa penyesalan yang Tuhan atur, bahkan buat kalian semua."

Yuta menunduk dalam, merasakan sesak dadanya yang tertahan selama 7 tahun lamanya.

"Yuta, gue bakal peringati lo untuk yang terakhir kali dalam 7 tahun—"

"—berhenti suka sama Velin, berhenti cinta sama dia."

"Jaemin, tapi gue—"

"Termasuk Doyoung!"
"Bilangin ke dia, jangan ikutin Velin pake dalih ketemu Sejeong dan suaminya."

"Doyoung gak bisa dibilangin."

"Harus bisa, anjing! Gue emosi! Gue marah waktu dia gak bisa dapetin hati Sejeong! Gue marah saat Doyoung bilang Sejeong nikah sama orang lain! Ah, bangsat! Kenapa juga karma lo semua harus suka sama satu cewek?! Kenapa?! Kenapa, brengsek?! Kenapa harus Ravelin?!"

Begitu emosi, hingga tak dapat Yuta kendalikan, Jaemin membuang seluruh benda yang terdapat diatas meja. Menendang kursi yang dia duduki dan menghantam dinding hingga tangannya lebam.

"Jaem, maaf—"

"Maaf, maaf, maaf! Terus aja gitu! Lo, Lucas, Ten, Doyoung, bahkan diri gue sendiri?! Ah, anjing! Pokoknya Ravelin harus nikah sama Kun gimanapun caranya! Gue gak mau orang–orang kayak lo semua maju bahkan selangkahpun buat narik perhatian Velin!"

"IYA GUE NGERTI, GUE BERSUMPAH SAMA DOYOUNG GAK BAKAL DAPETIN VELIN. TAPI PIKIRIN PERASAANNYA TEN, DIA YANG NOLONGIN LO BERDUA. BUKAN LUCAS, BUKAN KUN. TAPI, TEN! DIA CINTA MATI SAMA RAVELIN BAHKAN MAU BUNUH DIRI KARENA GAK KUAT MUSUHAN SAMA TEMENNYA SENDIRI. ANJING JEM, TOLONG BUKA PIKIRAN LO, BIARIN TEN BERJUANG LAGI DAN LIAT SAMA SIAPA VELIN BERAKHIR NANTI. INGET, LO BUKAN TUHAN YANG NENTUIN SIAPA JODOH ORANG!"

Sungguh tak menyangka jika Yuta akan menarik ujung hoodienya dan membentaknya kasar. Lalu segera Jaemin mendorongnya kasar, hingga dia dapat mendengar rintihan sakit karena punggung Pria itu menghantam dinding.

"Haha, andai aja ya, Yut. Lo berempat gak nyakitin Velin. Lo gak permainin perasaannya Velin dan bercandain soal fisiknya."

Masih belum selesai, Jaemin melanjutkan kata–katanya. "Emang sih, Ten si penyelamat yang sebenarnya. Tapi Velin doang yang berjuang sendiri demi perubahan fisiknya! Biar apa? Ya biar gak diremehin sama orang–orang kayak lo lagi."

"Asal lo tau, Yuta. Pada awalnya gue gak pernah melarang Ten masuk, tapi gobloknya dia malah ngoper si Velin ke Lucas. So? Bukan salah gue kan kalo mereka saling cinta?"

"Dan sekarang? Wow, gue bener–bener speechless sama alur yang Tuhan bikin. Bahwasanya Lo, Doyoung dan Ten, sama–sama nahan buat gak memusuhi satu sama lain, haha. Untung si Taeyong gak kena tuh, bisa lah ya lo mintain pendapat."

"Pokoknya kalian bertiga harus pinter jaga rahasia, jangan sampe Kun tau, atau dia bakalan sakit hati. Sekarang gembok buat Ten udah gue buka, jadi silahkan dia bersaing sama Kun secara sehat tanpa cerita kejadian apapun yang udah terjadi, sekalipun dia gak sepenuhnya salah disini. Ngerti kan lo?!"

raveten for life 🌼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang