Jam menunjukkan pukul 22.00, kedua sepasang kekasih tersebut saat ini tengah bercengkrama santai setelah Kun benar–benar telah menyelesaikan pekerjaannya. Berbaring diatas tempat tidur sembari membicarakan kehidupan sehari–hari memang seenak itu, ya mungkin saja ini lebih disebut sebagai deep talk?
"Aku kangen banget sama rumah lama, kangen sama tetangga baik yang dulu bantu Aku, kangen ibu–ibu pasar yang suaranya kayak toa kalo Aku anterin pesenan. Aku juga kangen Ayah Ibu, tapi sayang Aku gak bisa ketemu mereka lagi:("
Kun diam, mendengarkan Perempuan yang sedang bersandar di dadanya, kini tengah bercerita soal keluh kesah yang mustahil untuk tersampaikan.
"Seiring waktu memang hidup kita berputar, jadi beberapa yang kita temui di masa lalu ngga akan bisa lagi kita temui di masa depan. Aku tau kamu sedih, tapi sekarang sama–sama kita jalan bareng ya. Feel free buat ngeluh dan semuanya pasti Aku tampung. Apapun buat kamu, asal itu bikin lega. Okey?"
Sebenarnya Velin tak merasa cukup lega. Namun seakan menyihir hatinya, Perempuan itu mengangguk paham, memeluk Kun lebih erat hingga dia dapat merasakan jelas deru nafas sang kekasih.
"Kak, peluk Aku semaleman boleh?" Pinta Velin, "Aku kangen rasanya dipeluk waktu mau tidur. Terakhir beberapa tahun lalu... sama Lucas:("
"Iya, disuruh pelukin kamu selamanya juga sanggup." Ucap Kun tertawa setelah menyanggupi.
"Ish, bisa aja kalo gombalin cewek." Jawab Velin, "pacar Kakak yang dulu juga gini? Sering digombalin tiap hari?"
"Wkwk, engga juga. Kaku banget sih kalo sama mantan, bapak ibuknya galak."
"Galak gimana? Dibatasi gitu pacarannya? Masa iya sih, kan udah dewasa?"
"Bukan dibatasi, kita lebih dari sewajarnya ya pernah. Cuma bapaknya agak cerewet kalo Aku lagi berantem sama Sakura. Ibuknya sering omelin Aku di telfon tengah malam padahal lagi lembur. Serius gak betah, tapi ternyata dia duluan yang mutusin Aku. Ya syukur deh."
"Oh, namanya Sakura. Unik banget ya, orang Jepang?"
"Kakeknya iya. Tapi wajahnya gak Jepang banget kok, mungkin karena dia orang lokal asli."
Velin ber–oh lagi, tapi rasa penasarannya belum sepenuhnya terjawabkan. "Kak Kun, pertama kenal Sakura darimana?"
"Pertama kali dari Ten." Membuatnya mengernyit bingung, "dia mantannya Ten juga."
"What? Dioper... eh, sorry maksudku... habis pacaran sama Kak Ten, terus pacaran sama Kakak gitu?"
Kun mengagguk, "bahasa kasarnya emang dioper. Katanya dia gak betah pacaran sama Ten."
"Kok gak betah kenapa? Terus Kak Kun jadi pelariannya gitu?"
"Bukan. Malah Sakura yang cerita kalo selama ini dia jadi pelarian. Btw, setelah dua tahun di kampus, Ten macarin banyak cewek dan satupun gak ada yang diseriusin."
Teringat jika beberapa tahun lalu Ten adalah seorang playboy, Kun merasa miris jika Sahabatnya itu pasti tidak kunjung menemukan jodohnya dalam waktu dekat. Tapi untung saja semenjak enam bulan terakhir Ten mulai berubah, tidak memainkan hati banyak Wanita lagi dalam sekaligus.
"Sebentar, kalo Kak Ten gak pernah serius sama pacar–pacarnya sebelum Sakura, terus kenapa harus merasa jadi pelarian?" Mendadak Velin berasumsi, "oh mungkin aja waktu itu Kak Ten lagi pacaran sama Sakura, tapi pacaran sama orang lain?"
"Engga engga! Saat mereka berdua pacaran, setauku Ten beneran serius sama Sakura. Bahkan pacar–pacarnya ditinggalin semua." Jelas Kun. "Tapi kamu bener juga, sejak kapan seorang playboy gak bisa move on?"
Seingat Kun, tidak ada pacar lain yang Ten perlakukan sewajarnya selain Sakura. Yang dia tau, dulu Ten merupakan orang yang tak punya perasaan pada siapapun. Bahkan Sakura saja mengaku jika dia merupakan pelarian.
Jadi sekarang pertanyaannya,
Siapakah Perempuan yang telah membuat hati Ten tidak bisa berpaling, bahkan pada semua kekasih barunya sekalipun?