Jina Team

173 22 2
                                    


Yuhuu~~ aku kembali hehe..

Tanpa banyak bacot lansungg ke ceritanya ajah lah.

Happy Reading-!!

"Udah sampai, turun lu." Motor yang ditumpangi kembar Wijaya itu berhenti di depan halte busway.

"Lu pulang duluan aja, gak usah nungguin gue. Soalnya gue ada acara ma temen - temen gue." Ucap Jina begitu turun dari motor yang ditumpangin.

"Hemm,... gue duluan kalau gitu. Ntar ada yang liat malah berabe." Jino menyalakan mesin motornya dan melaju memasuki area sekolah. Sedangkan Jina berjalan menuju warung Kang Juki yang berada tepat di sebrang jalan.

"Kang nitip helm yah." Kata yang terucap oleh Jina kepada si akang penjaga warung.

"Iya neng, taruh ajah disitu gak bakal ada yang maling kok, warung akang mah terpercaya" katanya di sertai tawa garing khas bapak - bapak.

"Ya udah, kalau gitu saya kesekolah dulu kang. Assalamualaikum." ucap Jina sedikit berteriak karena dirasa jarak antara dirinya dan warung sudah agak jauh.

"Waalaikumsalam."

•°•°•°•

Jina memasuki area sekolah dengan riang. Tipikal anak - anak yang lebih menikmati waktu pada jam kosong dari pada liburan dirumah.

"Hoii-!!" Jina dikejutkan oleh teriakan yang terdengar tepat disamping telinganya.

"Bisa gak sih sekali aja kalau teriak jangan di samping telinga gue, budeg gue entar." Jina menatap tajam cowok yang berdiri di samping kirinya itu. Sedangkan cowok bername tag Haidar itu hanya membalas dengan senyum.

"Kek gak kenal Haidar ajah luh Ji." Jina kembali terkejut dengan seseorang yang kini menepuk-nepuk bahunya.

"Sumpah yah, keknya dalam kamus gue gak ada yang namanya pagi yang tentram." Jina menghela nafas, mengelus dadanya guna menangkan diri.

"Ji lu tuh harusnya bersyukur punya temen kek kita." Ucap Haindar dengan penuh bangga.

"Bersyukur bibir bibirmu, yang ada gue serangan jantung tiap pagi dikagetin." Cubitan pada bibir kini didapatkan oleh Haidar, anggap saja hadiah dari Jina

"Dih lunya aja yang kagetan Jinara." Kompak dua insan manusia yang tenga berada di depan Jina.

"Diem yah luh berdua, gak gue pinjemin PR tau rasa luh" Jina berjalan meninggalkan dua cowok itu

"Eh gak gitu, Jinara cantik" Hanif merengkul Jina dari belakang.

"Sekali lagi lu ngomong gue cocolin sambel mulut luh, Han" ucapnya seraya berusaha melepas rangkulan Hanif.

"Gara gara luh sih Han" bising Haidar.

"Dih gara gara lu juga anjir" Dan pertengakaran itu terus terjadi sampai mereka bertiga berada di depan kelas.

"Wih udah dateng nih. Buang sampah sana, dah tau piket bisa bisanya dateng jam segini"

"Sabar atuh Ryu, gue tadi malem kebablasan main gamenya" ucap Haidar, dan mengambil alih tempat sampah pada genggaman Rahayu.

Wijaya FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang