Pria bersurai jingga idiosinkratik bumantara di saat senja itu terbaring lemas di kasurnya. Seberapa keras ia mencoba, Osamu dan [Name] tetap saling membenci layaknya air dan minyak di wadah yang sama.
Mentraktir mereka es krim, mengajak mereka ke bioskop, bertamasya ke kebun binatang, memancing, menonton pertandingan bola, berbelanja. Apa pun yang diusahakan Chuuya untuk mereka selalu berakhir dengan perdebatan di antara mereka, memaksa Chuuya untuk menjadi penengah.
Ponselnya berdering, mencoba untuk menarik perhatian pemiliknya. Penyebab ponsel itu berdering adalah karena Chuuya memasang pengingat bahwa hari ini hari terakhir pendaftaran acara unjuk bakat itu.
Chuuya benar-benar lupa, kini ia ragu harus ikut atau tidak.
Ia memijat keningnya yang sedang pusing sambil bergumam pada dirinya sendiri. Chuuya kembali teringat janjinya pada diri sendiri; tidak ada guna-nya untuk terjebak di masa lalu, ia harus terus bergerak maju dan tidak membiarkan waktu merampas kesempatan-kesempatan emasnya lagi.
Itu dia, hal yang harus Chuuya lakukan.
Jemari Chuuya menari di papan ketik ponselnya, mengisi formulir yang ada untuk kontes itu. Ia menekan tombol kirim dengan penuh percaya diri.
Ia menyambar gitarnya kemudian mulai menulis apa pun yang muncul di benaknya saat itu juga. Puas dengan hasilnya, Chuuya mulai menyusun kalimat dan nada dengan gitarnya. Ia akan menyanyikan lagunya sendiri di ajang nanti.
*
“Nee, [Name], bisakah kamu datang ke ajang itu besok? Aku membutuhkan dukunganmu.”
Gadis itu berdiri di depan bangunan Port Mafia menatapnya dengan kagum, perkataan Chuuya adalah alasannya ada di sini. Sebagai sahabat yang baik tentu saja [Name] tidak akan melewatkan masa emas Chuuya.
Di depan ruangan aula di mana ajang itu dilaksanakan ada dua penjaga yang berjaga, memeriksa tiket semua orang. [Name] dipersilahkan masuk karena ia membawa tiket penonton pemberian Chuuya.
Tempat duduk bahkan juga sudah diatur, jadi semua orang yang memegang tiket bisa melihat di kursi nomor berapa mereka akan duduk. [Name] beruntung dapat barisan depan hingga ia bisa menonton Chuuya dan mendukungnya dengan leluasa.
Kursi kosong di sebelah [Name] kini terisi membuat sang gadis menoleh untuk melihat siapa yang duduk di sebelahnya.
“Osamu ....” gumamnya dengan penuh rasa dendam.
Yang empunya nama mendengar hal itu; hanya melirik. Netranya membulat sejenak kemudian berubah menjadi tatapan kepedihan. Osamu langsung membuang mukanya dari [Name] begitu pula sebaliknya.
[Name] Menghela napasnya kasar, sudah jelas Chuuya akan mengundang Osamu. Akhir-akhir ini Chuuya sangat sering mengundang mereka berdua, gadis itu tahu betul apa yang direncanakan Chuuya. Ia ingin mereka kembali bersama.
Entah kenapa ego [Name] selalu berkata tidak untuk berbaikkan dengan Osamu, semua berkat Osamu sendiri.
Di sisi lain, Osamu sangat menyesal sehingga tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk [Name].
Kedua orang itu sangat ingin meninggalkan aula sekarang, namun ini untuk Chuuya. Chuuya sudah melakukan banyak untuk mereka, mereka tidak ingin Chuuya kecewa.
Acara dimulai, mereka hanya bisa bergelut dengan intelek mereka masing-masing sampai giliran Chuuya tiba.
“... Lagu ini kutulis sendiri, terinspirasi dengan kisah persahabatan kami dan kupersembahkan khusus untuk kedua sahabatku yang sudah hadir di sini.”
Suara maskulin yang familier itu membuat [Name] tersadar dari lamunannya, musik pun dimulai dan Chuuya mulai bernyanyi.
torimodoshitai hiiroo mitai ni
(I want to go back to how it was, like a hero)nigawarai baibai wa mou ii yo
(Please, no more forced smiled bye-byes)naku toki wa oshiete yo zettai
(Make sure to let me know when you are about to cry)Arti dari lagu itu membuat Osamu tersentuh, ditambah dengan foto-foto mereka yang berupa slide show ditampilkan di layar belakang Chuuya membuatnya kembali bernostalgia.
tsunageyou dansen shita sutoorii
(Let’s reconnect the disconnected stories)susumeyou wantenpo nichijou ni
(Let’s take a step towards our everyday lives)kimi o sasu sono hari wa watashi ga ubatte ageru kara
(I will take out the needLes that stab you)“[Name], ini bukanlah saat yang tepat namun, maafkan aku.”
Sang empunya menoleh, menatap Osamu dengan mata yang berkaca-kaca, ia tersenyum. “Ya! Ayo kita hubungkan kembali kisah kita yang sempat terputus!”
kantan ni ai wa owaranai yo
(Love doesn’t end that easily)Osamu mengomentari liriknya, “Chuuya benar, cinta tidak berakhir semudah itu.”
Kedua orang itu tertawa bersama kemudian meneriakkan nama Chuuya untuk mendukungnya. Setelah lagu selesai, penonton berdiri dan memberikan Chuuya tepuk tangan yang meriah. Sang surai senja itu tidak peduli dengan sorakan mereka, yang penting sahabatnya sudah kembali bersama.
*
"Turut berduka cita kau tidak menang Chibi!" Osamu merangkul Chuuya dan membuat Chuuya hampir saja menjatuhkan es krimnya.
Chuuya melirik Osamu dengan sinis karena hampir saja menjatuhkan es krimnya. "Yang penting aku menempati janjiku untuk menjadi pahlawan dan memperbaiki persahabatan kita."
[Name] terkekeh pelan. "Aku tidak percaya lirikmu itu benar-benar menyentuh hati kami."
"Nakahara Chuuya."
Mendengar namanya dipanggil sang surai jingga menoleh, mendapati seorang lelaki tua mendekat ke arah mereka. Itu adalah pemilik dari Port Mafia—Mori Ougai.
"Sayang kau tidak menang dalam pentas itu ... " ujarnya, " ... namun Port Mafia menyambutmu jika kau ingin menjadi salah satu idola disini."
Netra Chuuya membulat—mendengar perkataan Mori tidak percaya, ia ditawari untuk menjadi salah satu trainee di Port Mafia. Ia terdiam.
"Untuk sekarang, aku ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan sahabat sahabatku. Terima kasih tawarannya, namun aku menolaknya."
"Chuuya! Itu tawaran yang bagus!" protes Osamu.
"Osamu benar!" sahut [Name].
Mori terkekeh pelan. "Baiklah jika kau menolaknya, Port Mafia tetap akan membukakan pintu untukmu Nakahara, bakatmu luar biasa!" Lelaki itu tersenyum kemudian meninggalkan mereka bertiga.
"Kau yakin menolaknya, Chuuya?" [Name] memastikan.
Sang empunya nama hanya tersenyum. "Kalian lebih berharga," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
needLe┊N. Chuuya ✔︎
FanficMari kita hubungkan kembali lakon yang sempat memudar, ucapkan "selamat tinggal!" kepada senyuman palsu itu. Aku akan mencabut jarum yang menusukmu, pastikan untuk memberitahuku jika kau ingin menangis. Karena cinta tidak berakhir semudah itu. --- 【...