James menyeringai, kakinya kemudian melangkah menjauh menuju kamar mandi namun langkahnya terhenti saat ponsel pria itu yang terletak di atas nakas berdering. Ia langsung melihat siapa penelpon tersebut, setelahnya langsung mengangkat panggilan itu sembari berjalan ke arah balkon kamar dengan atasan polos tanpa pakaian.
Hal itu tak luput dari perhatian Alessandra, banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya, salah satunya cara untuk keluar dari mansion itu. Dirinya tidak boleh terlalu lama tinggal di sini, James bukanlah pria baik, bisa saja sewaktu-waktu pria itu akan membunuhnya atau kemungkinan buruk lainnya.
Lamunan Alessandra buyar saat melihat James kembali dan memakai kemejanya yang sebelumnya ia tanggalkan, tampaknya pria itu tidak jadi mandi. Dan benar saja, alih-alih masuk ke kamar mandi, James malah kembali keluar dari kamar dengan langkah gontainya.
Alessandra bertaruh pasti ada sesuatu yang terjadi, sebab James tampak sedikit kesal, hal itu tampak jelas dari raut wajahnya sebelum pergi tadi. Tapi Alessandra tidak ingin pusing untuk hal yang tidak ada kaitannya dengannya, kakinya memijak pada lantai dan turun dari tempat tidur. Berjalan ke arah kamar mandi dan menghilang di balik pintu.
***
James melangkah gontai menuju halaman belakang, matanya menatap jam yang melekat pada salah satu tangannya. Bibirnya mendecih saat tahu malam sudah hampir larut, seharusnya sekarang ia sedang mandi dan akan beristirahat.
Namun sebuah urusan memaksanya untuk mengundur kedua hal itu. James sampai di sana, tampak anak buahnya yang sedang berdiri dengan siaga di sisi kanan dan kiri seorang pria yang terlihat sedang terikat pada kursi di sana.
James menarik kursi tepat di hadapan pria itu, memainkan jemarinya sebelum menatap ke arah orang tersebut. ‘’Seharusnya aku sudah bersiap untuk terlelap malam ini,’’ sahutnya dengan sedikit kekesalan, menatap jenuh pria yang lemah tepat di depannya itu.
James tertawa lirih, saat melihat betapa tidak berdaya pria di depannya itu, tangan kaki yang terikat oleh tali yang cukup tebal, tubuhnya lemas dengan percikan darah di mana-mana yang menimbulkan sedikit bau amis, tidak ketinggalan dengan wajahnya yang membiru di sekitaran mata. Sangat membengkak.
James menegakkan duduknya, senyumannya muncul saat melihat pria yang tengah menjadi korbannya masih tidak ingin mengeluarkan barang sepatah katapun, bahkan pria itu tampak tak berniat untuk meminta belas kasihan yang entah masih ada atau tidak pada diri James.
‘’Aku tanya sekali lagi … siapa orang yang memintamu melakukan semua ini?’’ tanya James, namun tampaknya pria di depannya masih memilih bungkam.
‘’Karena aku pria baik, kuberi kau waktu untuk bicara,’’ seru James. ‘’Waktumu hanya dua menit.’’
James terus menatap jam tangan seharga miliaran miliknya itu, bibirnya bergerak tipis seakan menghitung setiap detik dengan ketukan.
‘’Satu menit dua puluh detik.’’
Bagi James, waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Untuk menghadapati target yang berlagak diam seakan menyerah itu bukanlah hal yang sulit, pria dengan IQ di atas rata-rata itu memang tidak bisa dikibuli dengan mudah.
‘’Satu menit empat puluh detik.’’
‘’TOLONG LEPASKAN AKU!’’
James tersenyum senang, ancaman waktunya tidak sia-sia untuk membuat suara keluar dari mulut menjijikkan pria di depannya itu. Sebagai seorang mafia, James benci melihat seseorang yang menyerah tanpa sebuah perlawanan begitu saja. Setelah nyawanya berada di tangan James, si korban akan menampakkan wajah memelas meminta belas kasihan untuk melanjutkan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Billionaire's Love Life
RomanceTakdir yang mempertemukan mereka, terkemas melalui kesengajaan yang dibuat oleh James untuk Alessandra. Mengikat Alessandra melaui kontrak di masa lalu tanpa sepengatahuan gadis itu, dan menyeretnya ke dalam permainan cinta yang panas dan menggairah...