Part 2 - A Fact

848 67 38
                                    


Cahaya remang-remang menyambutnya. Cahaya lampu tidur berwarna kuning keemasan adalah satu-satunya penerangan diantara tempat gelap di mana gadis itu berada.

Tangan lentiknya bergerak mengelus seprai berwarna putih bersih di bawahnya. Lembut...

Dahi Alessandra mengernyit dalam keadaan remang, seprei di kamarnya tidak pernah sehalus ini. Tubuhnya bergerak nyaman, rasanya selimut yang membungkus tubuhnyapun sangat lembut. Dia merasa sangat asing.

Matanya kembali mengerjap, kepalanya pening. Irisnya bergerak menatap sekeliling. Langit-langit kamar bercorak mewah dan mahal menyambutnya.

Tubuhnya bergerak bangun, duduk dengan bingung menatap ruangan dengan cahaya remang tempatnya berada, ia kemudian beranjak. Berjalan ke arah jendela besar di sana dan menyingkap kain gordennya.

Alessandra terkejut, matahari tampak sudah menyapa di ufuk timur menandakan hari sudah pagi. Tapi bukan hal itu yang membuatnya terkejut, melainkan pemandangan di bawah sana, sebuah hamparan halaman luas nan bersih, Artinya dia berada di sebuah rumah bertingkat?

Dia... dimana?

Alessandra berbalik, menatap ke arah pintu dan berjalan ke sana. Tanpa ragu tangannya langsung memutar gagang pintu.

Sial!

Dia mengumpat saat tahu bahwa pintunya terkunci, artinya dia terkurung. Tapi dikurung oleh siapa? Karena apa? Dan di mana? Pertanyaan-pertanyaan itu seketika memenuhi pikirannya

Bagaimana jika dia dikurung oleh orang jahat? Orang yang berniat menjualnya pada orang jahat lainnya, menjadikannya budak atau bahkan menjadikannya pelacur di club malam? Atau orang yang akan menjual organ tubuhnya? Tidak-tidak, Alessandra segera menghapus kemungkinan-kemungkinan buruk itu dari pikirannya. Berusaha untuk berpikir postif.

Berjam-jam lamanya Alessandra habiskan di dalam kamar itu hanya dengan berbaring, berjalan kesana kemari, duduk dan kembali berbaring. Hingga tak lama kemudian matanya menangkap bayangan yang terpantul dari bawah pintu dan terdengar suara pintu yang dikunci, beberapa detik bayangan itu kemudian kembali menghilang.

Alessandra berdiri dari duduknya, melangkah hati-hati menuju pintu dan memutar gagang pintu itu perlahan. Terbuka, pintunya terbuka. Dia kemudian mengintip keluar dan mendapati keadaan sepi.

Dia melangkah keluar, lorong menjadi pemandangan pertama yang ia dapati, kakinya kembali melangkah menyusuri lorong itu dengan perlahan. Sangat luas, kata itu yang menjadi defenisi untuk tempat ini.

Alessandra berusaha mencari jalan keluar dari Mansion mewah nan sepi itu, sedari tadi kakinya sudah melangkah ke sana dan kemari. Namun nihil, dia tidak juga menemukan jalan keluar dari sana. Tapi gadis berdarah Inggris itu tidak menyerah dengan mudah, ada satu lorong lagi yang tampak begitu mencurigakan baginya, tanpa pikir panjang ia langsung melangkah menuju lorong tersebut.

Sesampainya di sana, Alessandra membelalakkan matanya tak percaya, peluh seketika membanjiri tubuhnya, kakinya melemas seolah kehilangan tenaga untuk menopang tubuhnya. Di sana, di ruangan itu, penuh dengan foto wajahnya. Dia melangkah mundur namun tertahan oleh seseorang yang tepat berada di belakangnya.

''Are you lost Baby girl?"

Alessandra terpaku, tubuhnya mengkaku mendengar suara berat yang tepat berada di belakang tubuhnya. Dapat dia rasakan deru nafas mengenai daun telinganya. Demi apa dia sungguh ketakutan saat ini, ditambah saat sebuah tangan mengelus lengannya dari bawah ke atas.

Mr. Billionaire's Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang