Prolog;

63 10 0
                                    

Pertengahan Agustus. Pukul setengah sebelas malam. Rintik hujan datang ramai-ramai saling berlomba membasahi bumi. Tikus-tikus malam yang sebelumnya berkeliaran mencari makan segera berhamburan kembali ke tempatnya. Dibarengi dengan suara gelegar petir yang saling bersahut-sahutan. Mark menghentikan mobilnya dengan terpaksa karena melihat seseorang yang ia kenali berdiri di tengah jalan-di depan mobilnya.

Mark menyipitkan matanya guna melihat dengan jelas, apakah yang ia pikirkan adalah benar atau tidak.

Seseorang di depannya itu mengangkat kepalanya perlahan.

"Haechan?" gumam Mark melihat seseorang yang di depan mobil nya.

Masih ditemani rintik hujan serta suara petir yang bersahut-sahutan. Mark menggenggam setir mobil nya erat.

Kumohon jangan terulang lagi, tolong jangan... Pekik batin Mark.

Mark dengan cepat melepas selfbet-nya, keluar dari mobilnya lalu menerjang hujan menghampiri seseorang yang Mark kira itu Haechan, yang nyatanya sudah bukan.

Haechan mengulum senyumnya ketika Mark mendekat ke arahnya.

"Selamat datang, Mark." suara Haechan terdengar parau di telinga Mark. Juga, terdengar menusuk secara bersamaan. Dengan degupan jantung yang berdetak semakin cepat.

Haechan menatap Mark masih dengan senyuman yang sama. Senyum yang berbeda, bukan senyuman manis yang biasanya ditampilkan Haechan, senyuman kali ini terlihat mengerikan dengan tatapan yang tajam. Tidak, ini bukan Haechan yang ia kenal.

Mark sengaja menatap mata Haechan. Memastikan apa yang ia pikirkan adalah salah, dan Mark berharap semoga pemikiran nya kali ini salah.

Di malam ini, Mark ingin memutar kembali waktu, kembali disaat ia yang mengalami hal ini. Tidak, sudah cukup! Cukup Mark saja yang mengalami hal ini, tidak! Jangan adik nya.

Dengan cepat kaki milik Haechan melesat pergi meninggalkan Mark yang menatap nya dengan pilu. Haechan berlari menembus deras nya hujan dan hilang tidak terlihat ditelan dalam gelapnya malam.

Mark tertegun. Kakinya terasa lemas, semakin lama, semakin lemas dan akhirnya kakinya merosot di dekat ban mobilnya. Dengan tubuh yang basah terkena air langit. Mark tidak tau lagi apa yang harus dilakukannya. Mark menangis, berharap semoga air langit dapat membantunya menutupi kesedihan yang menimpanya.

Mark hanya ingin hidup. Tapi ia juga ingin saudara nya hidup. Bukan seperti sekarang, disaat dirinya hidup seperti biasanya. Tetapi, adiknya menjadi sepertinya dulu.

Mark tidak tau kesalahan apa yang telah di perbuat nya. Mark tidak tau apa yang telah dilakukan Haechan sampai seperti ini. Mark tidak tau harus bagaimana lagi sekarang.

Separuh raga Haechan, bukan dimiliki Haechan lagi.

***

Hay, mau cerita dikit. Jadi ini project aku sama destiahrln udah lama banget dan akhirnya kita kenalkan ke kalian sekarang.

Selamat menunggu chapter selanjutnya, dan ayo pecahin misteri bersama-sama.

Oh iya, untuk jadwal update-nya nanti aku kabari lewat wall, so kalian bisa follow buat tau info selanjutnya.

Terimakasih 💗

***

Bad DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang