O1

37 10 0
                                    

Senin pagi, angin berhembus kencang menerjang jendela kamar Haechan. Sebagai pemilik kamar, Haechan terasa diayunkan di atas kasurnya yang empuk dengan angin sebagai pemanisnya. Haechan semakin memejamkan matanya, meneruskan mimpinya.

"Haechan!!! Sekolah kagak!!!???"

"Woiii, Haechan!!! Haechan bangun!"

"Bodo ah, gue tinggal aja udah."

Mark mengerang frustasi, sambil menutup kencang pintu kamar Haechan dengan kesal karena orang yang dibangunkan tidak menunjukan tanda bahwa akan segera bangun.

Si pemilik kamar terbangun terkejut karena suara pintu yang di tutup Mark sangat kencang hingga merasuk ke dalam gendang telinganya.

Haechan membuka matanya dan meregangkan otot serta tulang-tulang nya. Setiap kali bangun tidur kalau tidak melakukannya terasa seperti ada yang kurang.

Haechan melihat ke arah jam di sampingnya di atas meja yang menunjukan bahwa mereka pasti terlambat masuk ke sekolah hari ini, untuk kesekian kalinya. Dan itu semua sudah pasti karena dirinya. Tapi Haechan tidak pernah mengambil pusing masalah keterlambatan nya itu, paling hanya mendapatkan hukuman saja, pikirnya.

"Kak Mark! Tungguin!" seru Haechan dari dalam kamarnya dan segera bangkit dari kasur kesayangan itu, berlari menuju kamar mandi.

"Kebiasaan," gerutu Mark sambil duduk di sofa dengan kesal.

Mark menunggu Haechan yang tengah bersiap-siap menuju sekolah. Dan seperti biasa Haechan selalu saja sulit bangun pagi, membuat Mark yang bernotabene sebagai kakak dari Haechan kesal menunggu dan membuatnya sering mendapatkan hukuman karena terlambat.

Pukul tujuh lebih lima menit. Mark menghela napas di depan gerbang sekolah nyaㅡSMA Bakti. Akibat kesantuy-an Haechan. Mark terpaksa harus mendapat point di catatan BK, untuk kesekian kali nya, ingat itu. Dan itu semua karena ulah adik nya —Haechan. 

"Lagi?" erang Mark seraya mengacak rambutnya frustasi.

Sementara Haechan di sebelah Mark hanya tertawa kecil seraya memandang ke luar jendela mobil. Haechan sudah sering terlambat jadi biasa saja, tidak se-frustasi Mark saat ini. Bagi Haechan, lakukan lah hal yang membuat mu senang.

"Besok berangkat sendiri-sendiri aja!" Lugas Mark melirik Haechan kesal.

Haechan seketika mengalihkan pandangan nya menatap Mark. "Eh, jangan dong. Lagi hemat ini," tolak Haechan.

Mark memutar bola matanya jengah. "Alasan! Kalau sampe besok telat lagi, gue usir lo dari rumah!"

"Hehehe, iya besok berangkat subuh deh."

Mark hanya menghela napas mendengar ucapan adik nya yang menyebalkan itu.

Samar-samar, terdengar suara knalpot sepeda motor yang begitu keras, rasanya bila terus mendengar bisa membuat gendang telinga rusak dan tuli.

Haechan dan Mark serempak memandang ke luar jendela. Dua sepeda motor datang bersamaan mengarah ke mereka.

"Liat noh, ada yang lebih terlambat dari kita." Haechan tersenyum bangga kepada Mark sambil menunjuk kearah dua sepeda motor yang sama terlambat nya dengan mereka berdua.

Mark yang mendengar langsung melayangkan sebuah pukulan kecil ke kepala bagian belakang Haechan.

"Persoalan telat lo banggain."

"Ya setidak nya ada yang di banggain kan," balas Haechan sambil menaik turun kan alisnya meledek Mark.

"Udah diem."

Bad DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang