5. Brothers Matter

23 4 0
                                    

Tensi diantara Jungkook dan Taehyung membangun tembok pembatas yang membuat keduanya hanya sekedar berpapasan di depan pintu kamar mandi, atau di pantry tanpa bersahut sapa, atau sekedar mengucap kata maaf ketika Taehyung tak sengaja menyenggol siku Jungkook yang ia sandarkan diujung meja. 

Saat itu Jungkook tengah menyantap pasta buatannya. Jungkook hampir saja meledak dibuatnya, tapi ia berusaha menahan amarahnya.

Jungkook tak mengerti.

Benarkah? Benarkah ia tak mengetahui apa yang menyebabkan Taehyung menjadi seperti ini?

Semenjak kejadian semalam, Jungkook berusaha bersikap biasa saja agar keadaan rumah menjadi dingin. Namun Jungkook sendiri tidak tahu masalahnya ada dipihak siapa.

Sooyeon sudah meninggalkan apartemen sejak pukul delapan. Kini tinggal ada Taehyung dan Jungkook yang belum pergi ke kampus.

Setelah selesai dengan pastanya, Jungkook membersihkan tumpukan piring yang ada di wastafel. Namun Jungkook teringat akan sesuatu. Taehyung baru keluar dari kamarnya. Ia belum menyentuh makanan sedikitpun sejak tadi malam.

Ada kurang lebih 100 gram pasta yang belum di masak. Jungkook memutuskan untuk membuat makan siang untuk Taehyung.

Selama ini Jungkook memang terbiasa merawat Taehyung yang kadang lupa mengisi perutnya. Satu piring pasta ia sajikan dengan saus carbonara.

Jungkook mengetuk pelan pintu kamar Taehyung.

Satu kali.

Dua kali.

Tidak ada respon. Maka Jungkook memutuskan untuk membukanya.

Terlihat Taehyung dengan kacamatanya sedang berkutat dengan laptop di meja belajar.

Ternyata Taehyung sedang fokus dengan revisian skripsinya.

''Hyung maaf. Ku kira kau tak mendengar ketukan pintunya. Kau belum makan kan dari pagi. Ini ada pasta carbonara. Jangan skip makan hyung. Prioritaskan kesehatanmu juga. Kalau asam lambungmu naik nanti tidak bisa konsentrasi menyelesaikan skripsi.''

''Hyung nanti kuambilkan air. Maaf aku lupa bawa minumnya. Sebentar aku ambil dulu.''

''Jungkook.''

Datar dan tegas.

Panggilan Taehyung menghentikan langkah Jungkook.

''Ya?''

''Sorry.''

Perkataan yang keluar dari mulut Taehyung membuat Jungkook kehabisan kata.

''Sorry for what happened last night. I just lost my shit but I can't tell you.''

Jungkook tersenyum. Tabiat Taehyung yang tak tertebak memang sudah Jungkook ketahui. Namun Jungkook pikir Taehyung marah karena Jungkook ketahuan mencium adiknya.

''Hyung jangan terlalu overthinking tentang skripsimu. Tak masalah tidak lulus 4 tahun. Do it slowly for sure. You are matter too hyung. Not only your study.''

Jari-jari Taehyung yang semula memegang mouse dengan erat, kini melemas.

''Am i? am I matter for you Jeon?''

''Sure. You are my best friend. My roommate. My brother, I considered.''

''Ah. Brother matter. Aight I see.''

Ekspresi Taehyung benar-benar tak dimengerti Jungkook. Apa yang salah dengan ucapan Jungkook. Memang selama ini mereka memilki hubungan seperti itu bukan?

''Memang kenapa hyung? Yeah that's what we are.''

''So brother. Kau yang lebih muda. Kau harus menurut pada kakakmu ini Jeon Jungkook. Or should i call you Kim Jungkook 'cause you are my brother?

Jungkook menyerah, Ia kehabisan ide dengan apa yang sedang Taehyung permainkan.

''Hyung. What is it? Aku bukan cenayang. Katakan apa masalahmu. Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini? We're just fine before Sooyeon .. tunggu! Apa benar ini karena Sooyeon.''

''No Jungkook. Ini tidak ada hubungannya dengan Sooyeon. Tapi kau dan aku.''

''Kita kenapa?''

Rahang Taehyung kembali mengeras. Jungkook tidak menuntut Taehyung untuk menceritakan masalahnya, tetapi ia hanya ingin semuanya clear.

''Lupakan. Silahkan keluar Jungkook. Thanks for the food.''

Jeda beberapa saat.

''Brother.''

Jungkook mendengarnya tepat sebelum ia menutup pintu kamar Taehyung. []





















I'm sorry for the very short chapter. Aku ga sabar aja buat up karena merasa bersalah udah ga update lamaa banget :"(

Hope you like it.

Kalian suka chapter yang pendek apa panjang?


MORE ORDERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang