Prologue

156 17 5
                                    

       Melihat dua orang pemuda mengurusi keperluan mereka sehari-hari memang tak mudah. Menyaksikan mereka berusaha mengatur rumah agar tetap rapi serta mempertahankan ketampanan di waktu yang sama agak sulit rasanya.

Kemarin, penutup lensa kamera milik Jungkook kandas terhisap vacuum cleaner berkekuatan turbo yang baru Taehyung coba.

Ia mendapatkan vacuum tersebut melalui telekuis di salah satu acara online shop kesukaannya.

Entah kenapa dari banyaknya variety show yang berlalu lalang di layar kacanya, Taehyung lebih betah menyaksikan  demo perabotan rumah tangga yang fungsinya sebetulnya sama saja.

Menurutnya segala macam hal yang memudahkan manusia dalam beraktivitas patut kita hargai dan manfaatkan.

Karena ia adalah mahasiswa jurusan IT yang sangat mengagungkan teknologi.
Tapi tidak dengan benda yang satu ini.

Penyebabnya adalah hari ini Jungkook hampir menghisap paper Taehyung yang harus ia serahkan besok pagi.

''Oke Jungkook, besok kau free kan?'' Taehyung berusaha tenang sambil memijat pelipisnya.

Suara vacuum berkekuatan turbo itu meredam suara Taehyung. Dengan mengkerutkan kedua alisnya Jungkook mematikan mesin vacuum, ''apa hyung? Tadi kau bilang apa?''

Sekali lagi Taehyung menarik nafas dalam-dalam dan masih berusaha tenang, ''kubilang, kau besok tidak akan melakukan apa-apa kan?''

''Eoh wae?''

''Berikan benda ini pada ibumu.'' Ia menunjuk kearah mesin vacuum dengan paper yang hampir kandas terhisap, ''jika benda ini terus berada di sini, bisa-bisa aset kita juga bisa terhisap.''

Jungkook mengedipkan matanya beberapa kali. Memasang wajah polos seperti tak terjadi hal yang fatal. Padahal beberapa detik sebelumnya bisa saja membuat Taehyung harus mengulang mata kuliahnya di semester depan.

''Aset? Maksudmu makalahmu itu?''

''Tidak. Bukan yang ini. Tapi ini,'' ucap Taehyung dengan menggerakkan bola matanya ke arah bagian bawah perutnya, ''masa depan istri kita nanti.''

Kekhawatiran Taehyung tak main-main. Memang daya hisap vacuum ini sangatlah kuat. Siput yang sedang hinggap di kacapun dapat terhisap dengan mudah olehnya.

Mendengar kekhawatiran Taehyung, Jungkook terkekeh dan meletakkan kembali vacuum tersebut.

''Arrasseo hyung. Besok aku akan memberikannya pada ibuku.'' Sambil mendorong vacuum tersebut tawa Jungkook belum berakhir.

Kim Taehyung jjinja.

Setelah tragedi vacuum selesai, Taehyung mengembalikan fokusnya pada tugas akhir semester yang harus ia selesaikan malam ini juga.

Jungkook memilih memesan makanan cepat saji sebagai menu makan malamnya. Juga untuk Taehyung.

Taehyung duduk di bawah sofa dengan menekuk sebelah lututnya. Jungkook duduk bersandar santai diatas sofa sambil memandangi ponselnya memilih menu makan malamnya.

''Hyung yangyeom chicken untuk malam ini. Bagaimana?''

Tanpa memutuskan fokus dari layar notebookenya ia merespon semaunya, ''Eoh. Boleh. Call.'' Lebih terdengar 'terserah. Aku, tak peduli'.

''Dwesseo. Dwesseo.''

Selagi menunggu pesannannya tiba, Jungkook menonton streaming pertandingan basket NBA antara Los Angeles Lakers dan Houston Rockets.

Mata bulatnya dengan jeli meneliti setiap strategi yang dilakukan oleh para atlet panutannya yang nantinya akan ia terapkan di setiap pertandingan yang akan ia hadapi.

Jungkook telah menjadi pemain basket sejak sekolah menengah pertama. Kecintaan sang ayah terhadap dunia basket dan sering mengajak Jungkook menonton pertandingannya, membuat Jungkook menjadi bagian dari dunia itu.

Ketika euphoria kebahagiaan saat tim kesayangan ayahnya menang, Jungkook sangat senang dengan momen tersebut.

Melihat ayahnya tersenyum lebar serta memeluknya dan mengangkatnya ditengah euphoria penonton yang sedang bersuka cita, membuat hati Jungkook semakin terpikat dengan permainan bola ring tersebut.

Saat ini ia telah bergabung dengan tim basket di Universitas di mana ia sedang menempuh studinya sebagai mahasiswa jurusan IT. Terhitung sudah empat semester ia tempuh. Berarti sudah dua tahun ia lalui tinggal bersama Taehyung dalam satu apartemen.

Awalnya bagaimana mereka bisa tinggal bersama adalah ketika Jungkook membantu seniornya yang tak lain Kim Taehyung membawa komputer rakitannya ke apartemen Taehyung.

Dan kebetulan Jungkook sebagai mahasiswa baru sedang mencari hunian yang akan ditempatinya selama belajar di ibu kota.

Sebetulnya Taehyung adalah senior yang baik. Bukan tipe senior superior yang suka menindas adik tingkat. Kebetulan saja Jungkook berpapasan dengan Taehyung yang kerepotan dan dengan sukarela membantunya. Dengan maksud siapa tahu Taehyung bisa membantunya mencarikan tempat tinggal.

Akhirnya Taehyung menawarkan untuk tinggal bersama dengan Jungkook yang langsung diiyakan oleh Jungkook karena mendengar ia hanya perlu membayar 30% uang sewa.

Dalam benak Taehyung, Jungkook bisa berguna juga nantinya dengan statusnya sebagai sunbae, Jungkook pasti akan bersedia membantunya.

Pikiran Taehyung layaknya rencana yang disiapkan dengan apik.

Karena pada akhirnya, Jungkook memang akan benar-benar berguna bagi Taehyung.

Hanyalah Jungkook seorang yang dapat memenuhi permintaannya.










Gak terlalu yakin prologuenya bisa menggoda kalian untuk lanjut baca.

Tapi mungkin kalau baca chap satu bisa nagih buat suruh aku update. Hwehehe.

So, I need your support guys.

Be nice juseyo. :)

MORE ORDERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang