Chapter 7 - end-

401 48 24
                                    

Hening.

Lama tak ada yang bersuara.

Brandon tetap menghindari mata Wira.

Wira menatap nanar pada tangan mereka yang masih saling menggenggam.

Mungkin inilah saatnya.

Perlahan Wira melepaskan genggaman tangannya pada tangan Brandon.

Namun tiba-tiba Brandon menarik tubuh Wira ke dalam pelukannya, mengukung tubuh pucat itu dengan kedua kaki dan lengannya. Kepala Wira ia letakkan di dadanya, sedangkan kepalanya sendiri ia tumpukan pada kepala Wira.

Brandon memeluk Wira seperti sebuah boneka, benar-benar tidak membiarkan pemuda manis itu pergi kemana pun.

"Bran-"

"Ssstt"

Brandon menghentikan Wira yang hendak berbicara, saat ini ia tidak ingin mendengar apapun.

Wira pun diam. Ia dapat dengan jelas mendengar suara detak jantung Brandon.

Brandon hangat dan hidup, tidak seperti dirinya.

Berandon memejamkan matanya, air matanya perlahan menetes. Ia gigit bibirnya sendiri demi meredam isakan yang akan keluar. Pelukannya pada tubuh Wira mengerat.

**

Juan bingung.

Dewa baru saja menceritakan semua yang ia ketahui tentang Brandon dan Wira.

Jika memang Wira sudah meninggal, lalu kemana Brandon?

Dewa sempat mengatakan bahwa ada kemungkinan Wira datang menemui Brandon. Tapi bagaimana? Apa mungkin Brandon berkomunikasi dengan Wira yang sudah menjadi hantu?

Setahunya, Brandon tidak bisa melihat hal-hal semacam itu. Apa kemampuan itu muncul setelah Brandon menginjak usia 17 tahun?

Juan menggaruk belakang kepalanya, semakin bingung karena pemikirannya sendiri.

Dewa yang duduk di sebelahnya hanya melirik sekilas ke arahnya.

"Memang kedengarannya aneh dan gak masuk akal kak. Tapi terkadang sesuatu yang gak kita percayai pun memang benar adanya." Ucap Dewa kemudian.

"Lalu sekarang aku harus cari Brandon kemana??" Tanya Juan gemas.

"Kak, bisa kasih waktu untuk mereka bertemu sebentar lagi?" Dewa memohon.

"Masku sudah menunggu lama untuk ini." Ucapnya lagi.

Juan diam, berfikir. Jika memang benar seperti itu keadaannya, ia tak tega juga harus memisahkan adiknya dengan pemuda bernama Wira itu secepat ini.

Tapi hari sudah sore dan sebentar lagi gelap. Ia tidak ingin kedua orang tuanya khawatir lebih lama lagi.

"Lagi pula percuma, kita gak akan menemukan kak Brandon kecuali dia memang ingin menunjukan dirinya pada kita."

**

"Brandon."

"Ya?"

Brandon melonggarkan pelukannya pada tubuh Wira. Jujur, tubuhnya sedikit pegal karena entah berapa lama ia dalam posisi seperti itu.

"Kamu gak takut?" Wira bertanya. Jemarinya memainkan jemari Brandon di pangkuannya.

"Takut apa?" Brandon balik bertanya.

"Takut sama aku?"

"Enggak. Kenapa juga harus takut? Kamu kan Wira." Brandon meniup-niup pucuk kepala Wira, usil.

Rainy Days [BrightWin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang