Ceklek..
"Mama.. ma." Teriak Daniel memasuki rumah diikuti Lou yang grasak grusuk di belakangnya karena membawa bahan belanja yang tercecer dari rangkulan.
"Di dapur sayang." Jawab Luna ikut berteriak. "Ya Tuhan, ini kenapa titipan mama pada berantakan semua?" Tambahnya saat melihat keduannya memasuki dapur.
"Ini nih biang keroknya ma, gara-gara nyari lollipop gak liat jalan jadinya nabrak kursi depan minimarket terus robek deh plastiknya."
"Hehe, maafin Lou ya ma"
Tersenyum maklum "sudah, yang penting gak ada yang rusak"
"Makasih Lou sayang mama Luna." Teriaknya girang sambil memeletkan lidah pada Daniel.
Daniel menyerngitkan sedikit alisnya kemudian mengeluarkan smirk tak lama terdengar seruan aduan kesakitan dari Lou karena jitakan maut Daniel, sang empunya langsung melarikan diri menuju tangga sambil terbahak melihat penderitaan Lou yang berusaha mengejarnya.
Luna melihat mereka sambil tersenyum menggelengkan kepala atas tingkah laku keduanya.
..
"Kata kak Agam kemarin lo tidur waktu bu Maria ngajar ya?"
"Yeee dasar demit ember banget jadi orang." Gerutu Daniel dengan suara rendah namun masih terdengar oleh Lou.
"Jangan gitu dong, kalo Daniel nakal Lou laporin mama Luna biar kapok."
" Eh janganlah, gak kasian apa sama gue nanti uang jajan gue dipotong gimana? Nanti motor gue disita gimana?"serbunya panik.
"Biarin wleee."
Saat ini mereka sedang berada dikamar Daniel menemani si pemilik kamar bermain game di ponsel sedangkan Lou tengkurap di atas kasur menghadap layar televisi yang menampilkan film Tangled.
Mereka berteman sejak kecil, lebih tepatnya sekolah dasar waktu Lou baru pindah untuk menempati rumah kosong sebelah rumah Daniel. Mereka berteman setelah insiden bunda Lou mengantar makanan ke rumah Daniel, dikarenakan masih baru pindah bunda Lou berinisiatif untuk berkenalan dengan membagikan makanan kepada para tetangga. Lou kecil mengikuti bunda dengan riang dan senyum sehangat mentari menyinari dunia.
Tepat didepan pagar rumah, Lou melihat anak lelaki sedang cemberut duduk dibawah pohon palm yang rindang dengan penasaran Lou menghampirinya dengan pelan dan duduk disebelahnya.
"Kamu kenapa?"
"Apa?"
"Ha?"
"Apaan sih?"
"Gimana sih?Lou jadi gak paham."
"Ishhh diem deh, akutuh lagi kesel sama kak Adriel. Dia rusakin robot mainan aku buat bahan percobaannya, sekarang gak mau ganti yaudah aku pergi aja."
Lou mendengarkan dengan seksama meski nggak mengenal siapa kak Adriel itu. Mata bulatnya yang jernih seakan cemerlang dengan tercetusnya ide mengajak berteman anak lelaki itu agar bisa bermain kapan aja yang dibalas anggukan oleh Daniel.
Sejak saat itu mereka bersahabat sampai menginjak remaja. Dengan kepolosan Lou yang melebihi bayi membuat Daniel harus ekstra sabar menjaga Lou.
"Anak-anak ayo turun waktunya makan siang." Teriak Luna dari dapur.
"YIPIIII." Seru mereka bareng saat mendengar Luna memanggil dan berebut turun tangga dengan tergesa.
"Hati-hati nanti jatuh."