Seperti yang dijanjikan Huang Ziteng, lelaki itu memberitahu kekurangan yang ada dalam tulisan Xiao Zhan. Dia sendiri tahu betul akan hal itu. Setiap editor yang ia temui selalu mengatakan hal sama. Tidak memiliki perasaan, asyik sendiri, tidak bercharacter, entah apapun itu yang mencerminkan seorang anti sosial. Sampai semua character terlihat mirip dengannya. Xiao Zhan mulai mengerti, beberapa hari mengganggu Wang Yibo, membuatnya memiliki perasaan layaknya manusia.
Sebelumnya Xiao Zhan akan berpikir hanya dari sudut pandanya saja. Dia yang membenci keramaian tidak pernah paham tentang sifat-sifat orang lain, terutama tentang sifat seorang yang jatuh cinta.
Duduk di atas lantai, dengan meja rendah, Xiao Zhan membawa serta laptopnya, mendengarkan dengan saksama. Mencatat sesuatu yang menurutnya penting. Dia sendiri tidak banyak berbicara, terutama setelah lelaki yang tak diundang itu datang dengan keluhan sepanjang lorong sampai duduk di sampingnya membawa satu kantong makanan ringan.
"Cafeku sedang sepi, dan aku tidak akan bersuara, jadi anggap saja aku tidak ada di sini."
Xiao Zhan menuruti perkataan itu. Mengabaikan makhluk yang sedari tadi memerhatikannya. Rambutnya dirapikan dipotong sampai pangkal membuat leher jenjangnya terlihat dengan jelas, terutama bekas gigitan yang kini tampak di mata Wang Yibo. Lelaki itu memakan es krim, duduk bersila sambil mengangguk-angguk. Ziteng sedikit terganggu dengan kehadiran cucunya, yang berarti Yibo benar-benar tidak percaya dengannya. Takut terjadi apa-apa.
"Kau bisa memerhatikan hal-hal itu untuk kedepannya. Sebelum kau serahkan naskahmu ke penerbit ada baiknya kau berikan dulu padaku, aku bersedia untuk memeriksanya."
"Ah, mungkin aku akan menulis cerpen malam nanti, apa besok kau bisa datang ke rumah untuk memeriksanya?"
"Ke rumahmu? Tidak." Sela Wang Yibo.
"Baiklah, aku akan datang," jawab Huang Ziteng, mengabaikan Yibo. Keduanya berdiri, kemudian Xiao Zhan keluar dari apartemen Ziteng, benar-benar menganggap Yibo tidak ada.
"Sial!"
~
Untuk kesekian kali mata Xiao Zhan mencuri pandang lelaki yang tertawa bersama Xiao Qing. Padahal dia mengundang Ziteng datang ke apartemennya karena tidak mau diganggu Wang Yibo lagi.
Tapi apa yang didapat?
Lelaki itu datang membawa makanan ringan dan es krim yang sangat disukai Xiao Qing sambil berujar, "Ah Qing yang mengundangku."
Dan ketika Xiao Zhan meminta penjelasan, adiknya menjawab dengan santai. "Sudah aku bilang aku memihaknya karena dia tampan. Oh, dan dia meneraktirku es krim."
Sekarang Xiao Zhan harus mengabaikan kehadiran lelaki itu, meski sangat mengganggu. Duduk di ruangan yang sama namun membentuk kelompok berbeda. Xiao Zhan bersama Huang Ziteng fokus pada naskah. Sementara Wang Yibo dan Xiao Qing hanya mengobrolkan hal tidak penting sambil tertawa lepas.
"Jarang ada seorang yang menulis fiksi sejarah seperti ini, aku rasa karakternya cukup baik. Sebab yang menonjol di sini hanya si tuan muda atau korban, sedangkan untuk si cultivator, kau hanya menegaskan tentang deskripsi pembantaian yang dia lakukan."
Mendengar sesuatu yang tak asing, sontak Wang Yibo dan Xiao Qing turut serta dalam percakapan tersebut.
"Itu kan.." ujar Yibo dan ah Qing bersamaan kemudian saling tatap, kemudian sama-sama berkata, "Mimpi."
"Eh, mimpi?" tanya Ziteng bingung.
"En, Gege memimpikan itu, kemudian berkata dia akan menjadikan naskah novel. Bukannya itu konyol?"