Sudah satu bulan Wang Yibo tidak melihat Xiao Zhan. Tanpa kabar atau pun niatan untuk mencari tahu. Merutuki pengakuannya pada Ziteng, membuatnya kehilangan muka. Xiao Qing juga tidak lagi datang atau menelpon. Setiap Yibo mengirim pesan, selalu dibalas sewajarnya saja. "Gege sedang fokus menyelesaikan novelnya." Hanya itu yang didapat Wang Yibo.
Pernah suatu ketika dirinya begitu inginnya mendengar kabar Xiao Zhan sampai datang ke apartemen pemuda itu namun yang didapatnya hanya si adik. Wang Yibo tidak bisa berkata bahwa dia merindukan Xiao Zhan. Duduk di sofa sesekali melongok ke dalam, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Xiao Qing mengatakan, "Gege sedang fokus menyelesaikan novelnya." Kata-kata sampai muak Yibo mendengarnya.
Bahkan ketika meruntuhkan harga dirinya untuk bertanya pada kakeknya, lelaki tua itu juga menjawab hal yang sama. "Xiao Zhan sedang fokus menyelesaikan novelnya. Dia tidak menemuiku beberapa hari—" Wang Yibo menutup sepihak panggilan telponnya.
Sekarang dia memilih melihat-lihat akun Instagram Xiao Zhan sambil bersantai di kantornya. Masih sepuluh postingan. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka biasanya akan memposting foto selfie bahkan menu makan siang pun tidak terlewat untuk diunggah. Wang Yibo teringat seorang teman yang gila-gilaan memposting segala kegiatannya di akun instagram. Meng Ziyi, seorang dokter psikolog.
Jika dipikir-pikir, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan Ziyi. Datang ke kliniknya sebagai pasien dan mencurhatkan semuanya sampai wanita itu mengulumkan senyum ambigu.
"Huh.. siapa Namanya? Lotus?"
"Kau melihat videonya?"
"Tentu saja, memangnya aku tipe orang yang tidak tahu berita terkini? Apa lagi tentang selebgram sepertimu. Fansmu begitu mengerikan menghardik pemuda yang butuh penanganan khusus seperti dia. Oh, kau juga sangat kejam ketika menyuruhnya untuk pergi ke rumah sakit jiwa." Meng Ziyi bersungut-sungut.
"Mau bagaimana lagi. Dia berteriak seperti itu, memangnya aku sudah berbuat sesuatu dengannya? Padahal kita baru bertemu. Diteriaki oleh orang yang dikenal pun pasti akan aku berikan perlakuan seperti itu."
"Kau tidak melaporkannya ke polisi, kan?"
"Tidak.. aku tidak tega melakukannya. Lagi pula dia itu cukup manis. Aku sedikit terhibur dengan tingkahnya."
Seperti dugaan Meng Ziyi, wanita itu menyamankan posisi duduknya sambil memerhatikan ekspresi Wang Yibo yang terlihat asing baginya. "Sebelumnya kau tidak pernah bercerita padaku tentang siapa saja orang yang kau kencani. Meski tanpa perlu kau ceritakan pun aku pasti mengetahui kau sedang menjalin hubungan. Tapi seorang playboy sepertimu, memuji pemuda dengan kata manis, itu hal yang langka. Kau menyukainya, kan?"
"En."
"Eh.. tanpa mengelak sedikit pun? Ayolah, aku ingin menggodamu. Apa kau sudah tidur dengannya?"
"Tentu saja."
"Dengan orang gila?"
"Hey!" Wang Yibo memekik tidak suka.
"Kau sendiri yang mengatakan dia gila, bukan? Kau terganggu dengannya? Pusing memikirkannya? Otakmu itu sudah dikuasai oleh si Lotus itu. Aku yakin kau datang ke sini dan menceritakan semua hanya karena kau ingin mengelak bahwa kau merindukannya, bukan?"
"Sialan."
Wajah Meng Ziyi semakin antusias untuk menggoda Yibo. "Hihi.. kau pasti berpikir lebih suka ketika Lotus mengganggumu dari pada diam tanpa kabar seperti ini, kan? Kau ingin melihatnya, memegang tangannya, ingin menyentuhnya, ingin menciumnya. Eh, tunggu dulu. Jika hubunganmu dengannya hanya cinta bertepuk sebelah tangan bagaimana kalian bisa melakukan seks? Hey, kau tidak memperkosanya, kan?"