Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Attention : Ceritaini sama sekalitidak ada hubungannyadengankehidupan asli idol. Semuakarakter dan jalan hidupmerekamurnihasilimajinasi author semata. Mohonpengertiannya ya ❤
Bel masuk telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Jam pertama adalah Fisika. Pak Park Seo-Joon sedang mengajar di papan tulis.
Ah, iya. Tentang murid baru yang hadir di kelas XI IPA-3 sebelumnya sudah Pak Seo-Joon perkenalkan.
Song Hara namanya. Dia pindahan dari Australia. Pantas saja wajahnya terlihat seperti bule.
"Baiklah anak-anak, setelah bapak panjang lebar menjelaskan, apakah ada pertanyaan?"
Semua murid menunduk diam. Bahkan ada yang pura-pura tidak mendengar ucapan Pak Seo-Joon barusan. Entah karna mereka yang terlalu takut atau malu untuk bertanya.
"Baiklah jika tidak ada. Bapak minta salah satu dari kalian menjawab pertanyaan di depan. Jika benar, bapak akan kosongkan sisa jam bapak sampai istirahat."
Sesuai dengan dugaan Pak Seo-Joon, mulai terdengar bisik-bisik diantara para murid. Ada yang memekik kegirangan, ada juga yang malah menyuruh temannya untuk segera menjawab soal di papan.
"Tapi jika salah, kalian akan mendapatkan jadwal piket satu minggu full. Tentu saja bapak sendiri yang akan mengawasi,"
Suara bisik-bisik semakin terdengar jelas. Bahkan mereka tidak segan-segan mengeluh secara terang-terangan. Membuat Pak Seo-Joon pusing sendiri.
"MOHON DIAM! TENANGKAN SUARA KALIAN!!"
Ck. Suara bariton yang terdengar sangat melengking itu membuat Sehun seakan ditarik paksa untuk kembali ke alam dunia.
Padahal perlu waktu sedikit lagi saja untuk Sehun dapat melahap habis mie gorengnya. Tentu saja di alam mimpi. Sehun mendengus kecewa kemudian mengelap sudut bibirnya yang berliur.
Ah, benar. Apa kalian pikir selama ini Sehun menyimak semuanya? Tentu saja tidak. Ia sibuk berkeliling di dalam alam mimpi nya.
Untung saja ada anak laki-laki bertubuh besar sekaligus tinggi yang duduk di depan Sehun. Sehun benar-benar bersyukur atas kehadiran anak itu. Ah, bukan. Bersyukur atas kondisi tubuhnya.