TOK TOK TOK...
Terdengar suara pintu diketuk, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar.
"apakah dia kabur??" gumam Ruby. "Ah!! tidak mungkin!!" refleks, Ruby mendobrak pintu kamar itu, tak lain dan tak bukan adalah kamar anak laki laki yang keberadaannya masih misterius. tetapi Ruby salah faham karena ternyata ia melihatnya masih tertidur lelap.
Ruby mendekati ranjang yang ada dalam ruangan tersebut, tempat anak laki laki itu tertidur. namun ia mendengar suara ringkihan seseorang, Ruby berlari kecil mendekati ranjang mencob melihat tubuh laki laki kecil itu.
Anak itu menangis dalam tidurnya, bulu mata lentik berwarna silver itu basah, digenangi dengan air mata yang berkilaukan. Hidung mancungnya merah, dan alisnya mengerut sedih. Ruby menepuk pipinya, "hey, kamu tidak apa apa?".
"ibu..." Gumamnya dalam tidur.
"apakah ia merindukan ibunya? bukannya ia tak mengingat apapun? apakah ia berbohong?" gumam Ruby.
"IBU!!!" Anak laki laki itu mendadak membuka mata terkejut, mata merahnya nampak jelas, disertai pupilnya yang mengecil, air matanya mengalir bak air terjun. ia mendudukan tubuhnya, terdiam melamun seraya menggumamkan lagi kata "ibu...".
"Apakah kamu mengingat kembali keluargamu?" tanya Ruby mengusap air matanya yang masih mengalir itu.
"Tidak... aku hanya mengingat ibuku saja... itu, mengerikan..." anak itu menatap kebawah, menatap selimut yang ia pakai pada malam. Ia nampak bersedih karena mimpi buruk yang ia alami itu.
"tidak apa apa, menangislah jika kamu perlu itu, puaskan dahulu yaa, aku akan menunggumu, kalau sudah selesai, kita bersiap siap oke??", anak laki laki itu mengangguk.
🌹🌹🌹
"sudah selesai, Terima kasih ruby... sudah menungguku dulu" Anak itu merapihkan pakaiannya.
"Tidak menerima terimakasih, Aku meminta Imbalannya ya!!" Ruby menutup matanya dengan senyuman usilnya, dan menyilangkan tangannya.
"a-apa itu..." gugupnya."Aku akan memberimu Nama untuk sementara disaat ingatanmu masih hilang, Boleh?" senyum Ruby begitu mempesona.
Pupil anak itu membesar, hatinya berdebar dengan aura Ruby, senyuman sehangat matahari menyentuh hatinya, terasa sangat tulus.
"te-tentu saja... aku merasa sangat diberkati, Ruby" bibir merah mudanya kini tak lagi cemberut, ia membalas senyumannya yang tampan. Ruby sedikit terbelalak dengan senyuman manis itu, tapi ia melanjutkan topiknya.
"e-emm, baiklah!! akan ku cari yang paling bagus!!!" Ruby menutup matanya, menggenggam kedua tangannnya dan meletakannya di depan dadanya, angin mulai menghembus kecil, bak puting beliung yang memutar lalu berpusat di Ruby.
angin itu kemudian mereda, ruby melepaskan kedua tangan dan membuka matanya, terlihat mata birunya sedikit glitch dengan mata merahnya, namun itu tidak lama dan kembali ke mata biru Lautannya. "aku sudah menemukannya!!!"
"Ezykiel zycilion Altary".
"Nama yang indah Ruby, Apakah aku pantas mendapatkan Nama yang terlalu indah seperti itu?"
"Tentu saja kamu pantas Ezy, parasmu juga seindah namamu. ah tidak, bahkan lebih indah dari itu" balas Ruby.
"be-benarkah?" ia menatap sepatunya.
"Ezy, kupu kupu tidak bisa melihat keindahan sayapnya, tetapi orang lain bisa!! karena itulah aku bisa melihat keindahan yang kamu miliki" Ruby menggapai kedua tangan Ezy.
Ezy menatap gapaian tangan tersebut, lalu menatap wajah Ruby. ia menarik nafasnya dan tersenyum seraya berkata "Terimakasih karena sudah baik padaku, meskipun kamu tak tahu aku ini siapa, dan akupun tak tahu diriku siapa".
"bukankah kita harus memanusiakan manusia, apapun jenisnya?!" Ruby memiringkan kepalanya dan tersenyum tulus.
Ezy mengangguk "ayo kita ke Lab".
USHTUIEHTE
Keduanya berjalan di koridor untuk menuju menara Labotarium Penelitian, yang tidak jauh dari kastil. Ruby tak berhenti berbicara, sedangkan Ezykiel menyimak sembari mengangguk mendengarkan.
"Hahhh, aku benar benar tidak sabar untuk segera bersekolah di Academy!!!" ruby menggeliat meregangkan tangan dan tubuhnyaa sembari berjalan.
"Academy? maksudmu sekolah SMP??" balas ezy.
"SMP?? apa ituu?? apakah itu sekolah??"jari telunjuk ruby menyentuh dagunya, bola matanya melihat kearah kiri, seakan sedang berfikir.
"ah!! itu, SMP itu kalau di dunia ku Sekolah Dasar Pertama... jadi semacam sekolahan untuk remaja berumur sekitar 13-15 tahun, sekedar bersekolah saja, berangkat pagi lalu pulang jam yang sudah di tentukan oleh sekolah" jelas Ezy.
"Ahh iya! mirip sekali dengan Academy!! ternyata di semua dimensi sama saja yaa!!" Ruby tersenyum sembari berlompat lompat kecil.
tak sadar, mereka sudah sampai sudah berada di depan pintu menara itu, para penjaga menundukan kepalanya dan langsung membuka menara tersebut. keduanya masuk dan menaiki tangga lekungan yang meliuk liuk, dan sampai di atas.
Disana terdapat perpustakaan yang begitu luas, banyak sihir sihir seperti di novel yang ia baca dulu, benda benda yang berterbangan, bergerak tanpa adanya aktifitas manusia, benar benar tak berkutik.
Ezy terbelalak, matanya tak bisa lepas dari keunikan yang tak pernah ia lihat sebelumnya, langkahnya pelan dan mengamati setiap sisi dari perpustakaan sekaligus lab yang tak jauh dari jangkauan mata.
"Hey ezy, kemari!!! perkenalkan dia adalah guru ku!!!" Ruby memanggil anak lelaki yang sedang berjalan pelan karena terkesan dengan pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
"Ah i-iya maaf" ia menghampiri sembari sedikit berlari kecil, saat sudah ada di depan meja di ujung ruangan tersebut, ia tidak melihat seorangpun selain dirimya dan ruby, lantas siapa yang Ruby maksud guru itu?.
"m-mana Ruby?? apakah beliau-"
!!!!
Sebuah bentuk jari jemari tiba tiba mencengkram leher Ezykiel, hingga tubuh kecilnya terangkat, ia dicekik oleh seseorang yang tak terlihat eksistensinya.
"SIAPA KAU??!!"
bentaknya
~• to be continue•~

KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy World
Fantasia"Hah, kenapa bisa ia diangkat menjadi Putri Mahkota? keberadaan ibunya saja tidak jelas! kenapa bisa anak haram sepertinya mendapatkan gelar setinggi itu?!" desas desus para bangsawan mulai terdengar ketika Ruby Celenia Altary diangkat menjadi Putri...