CHAPTER 3 ( Chance )

101 24 49
                                        

Seketika, ruangan dipenuhi keheningan karena kebingungan diantara mereka. Lelaki kecil itu bersuara "I-izinkan saya... untuk membela diri, Tuan..." meskipun takut dan diiringi dengan suaranya yang bergetar, Ruby sangat senang karena ia membuka suaranya.

"Ya" ucap Emerald dengan menatap tajam.

"Saya bersumpah, saya bukan dari dunia ini... yang saya terakhir ingat, saya hidup di zaman teknologi seperti robot robotan berkembang. disini... ini sangat jauh berbeda dengan duniaku tuan. Aku... aku bingung, dimana aku sebenarnya sekarang..." Lelaki kecil tertunduk menangis, menatap lantai keramik yang mewah.

Hestia mengusap lembut pucuk kepala Anak itu, kemudian menatap Emerald dan tersenyum "sebaiknya, kita teliti dahulu apa yang sebenarnya terjadi pada anak ini nak, bukankan seorang anak kecil tidak pernah berbohong?" senyumnya.

"Tapi mereka bukan anak kecil lagi bu" Emerald mengusap usap alisnya, meletakkan jari jemari di keningnya, layaknya orang Frustasi.

"karena umur kaumku hidup beribu ribu tahun lamanya. jadi umur mereka masih sangat kecil bagiku" hestia menatap Emerald dengan lembut.

"Hah... Ya baiklah. Tapi ingat, jika saja kau membahayakan rakyatku atau bahkan mengincar putriku, Aku tidak akan segan segan membunuhmu dan menghancurkan tubuhmu hingga ke debu!" Lelaki itu membalikan tubuhnya, mengibaskan jubah merahnya lalu menghampiri tempat duduknya.

"Ayahhh!!! apa ayah tidak merindukankuu?!?!?" Ruby berlari kecil kearah ayahnya yang kini duduk di kursi untuk makan, mencoba mencairkan suasana.

"hmmpp!" Emerald menyilangkan tangannya, mengembungkan pipinya dan melirik ke arah kiri, seakan akan enggan melirik sang anak kesayangannya. rasanya, sedikit menggelikan untuk seorang pria paru baya dengan badan besar ngambek layaknya seorang gadis.

"Aihhhh ayah marah yaa, ayah sudah tidak sayang aku lagi hmpp!!" namun, Ruby bukannya membujuk sang ayah, ia malah ikut ikutan marah.

"Da-dasar perempuan..." dalam hati pria kecil itu.

🌹🌹🌹

Ruby dan pria kecil itu berjalan dilorong kerajaan yang mewah, dengan saling bergandeng tangan satu sama lain. satu persatu pelayan kerajaan dan para pengawal menundukan kepalanya, menujukan betapa terhormanya gelar yang Ruby miliki.

"Apakah aku boleh banyak bertanya padamu??" pria kecil itu sedikit menunduk sambil menatap kearah lantai.

"Kenapa?" Senyum Ruby.

"Sebenarnya kita ada dimana? lalu, kamu, ayahmu, nenekmu, dan semua yang ada disini itu apa? aku masih sedikit tidak mengerti keadaan ini..."

"Hmm... kalau masalah kita ada dimana,  aku tidak yakin kalau kita hidup dimana. maksudku, entah kita sedang hidup di zaman dulu, di dunia asli ataupun dunia dongeng, semuanya tergantung sudut pandang! yang pasti, kalau kita masih diberi kehidupan, berarti kita hidup di dunia nyata, dunia yang benar benar ada keberadaanya" balas ruby disetai senyuman.

"lalu perkenalkan, Namaku Ruby Celenia Altary!! Aku adalah anak dari pemimpin ras Demigod atau yang dikenal sebagai ras campuran manusia dan dewa dewi. Ras demigod ini adalah salah satu ras yang mampu mendirikan Kerajaan!!"

"J-jadi, ayahmu itu seorang Raja?! dan kamu adalah tuan putri?!" segera, pria krcil itu melepaskan gandengan tangannya. ia sadar kalau ia tak sopan karena telah seenaknya bergandengan dengan tuan putri kerajaan.

"iyaa, ngomong-ngomong kenapa dilepas?! kamu tidak ingin berteman lagi ya?" raut wajah Ruby sedih sambil cemberut.

"B-bukan begitu tuan putri!! maaf aku sudah lancang memegang tanganmu, mengacaukan makan bersama dengan raja, aku tidak sadar kalau ayahmu adalah sosok yang sangat penting!!"

"benar juga, dari pakaian ayah Ruby saja, harusnya aku sadar kalau dia adalah sosok penting, kenapa aku tidak sadar sih" gerutu pria kecil itu dalam hati.

"ah, tak perlu formal seperti itu!! lagian ayah dan nenek pun tak keberatan kok!!" santainya.

"tidak! mana ada santai... keluargamu begitu terpandang tuan putri!!! dibandingkan dengan aku yang bahkan keberadaanya saja sangat tidak jelas, aku pasti mengganggu"

"Hei, Ayah dan Nenekku bukan orang yang memandang seseorang lewat gelar seseorang, karena kita semua sama rata!! ayah dan nenekku hanya menyandang status sebagai pemimpin saja, tapi kami tidak gila hormat kok"

pria itu terdiam, melihat kerendahan hati Ruby bersama keluarganya membuat dadanya tiba tiba sedikit sesak, "kenapa ini?? dadaku sedikit sesak...", pria kecil itu meremas dadanya.

"Hei! ini kamarmu!! aku meminta para pelayan untuk menyiapkan kamarmu disamping kamarku!! mehehehe!!" Ruby menyimpan kedua tangannya di sisi pinggang, dengan wajah mengangkat dan dada membusung, seolah olah ia sedang bangga.

Pria kecil itu tersenyum, "terima kasih sudah mau menerimaku walau keberadaanku tidak jelas".

"menurutku... keberadaanmu bukan tidak jelas, tetapi belum jelas. karena aku yakin, sesuatu yang terjadi, pasti ada pesan dan arti didalamnya!! entah itu didatangkan suatu kejadian atau seseorang, semuanya pasti memiliki arti!! dan kehadiranmu sekarang, adalah sebuah pesan yang masih menjadi rahasia!!" Ruby tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.

Ruby sudah mengetuk hati pria kecil itu untuk kedua kalinya, Gadis yang ceria dan selalu berfikir positif itu benar benar menyejukan hatinya, ia adalah gadis yang sangat rendah hati, ia yakin hidupnya sangat bahagia fikirnya.

"baiklah, selamat beristirahat ya!! jangan lupa besok pukul 9 kita harus ke Lab penelitian, untuk meneliti tubuhmu itu"

"iya, terimakasih Tuan putri"

"jangan panggil aku seperti itu, panggil saja aku Ruby! kita kan teman!! hehhe" Ruby mengacungkan jempol pada Pria kecil itu, lalu keduanya tertawa di depan pintu kamar tamu.

"baiklah, selamat malam!! sampai jumpa besok"

"baik, selamat malam juga"

~• to be continue •~

Fantasy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang