satu.

1.2K 255 6
                                    

Sampai di kosan, Karina udah siap ngeluh ke Aeri yang masih berbunga-bunga akibat sisa pertemuan dengan Lucas tadi. Kalau jatuh cinta emang bahagia ya? dengan catatan perasaan kedua belah pihak saling berbalas dan nggak naksir sahabat sendiri, nggak dipendem sendiri.

"Kenapa nggak lo duluan yang confess ke Juna? Dia jomblo kan sekarang?"

Karina melotot, pertama, nggak mungkin. Kedua, nggak akan mungkin. Klisenya masalah seorang cewe yang naksir sahabat sendiri adalah, kita nggak siap buat kehilangan seorang crush dan juga seorang sahabat dalam waktu yang bersamaan.

Juna memperjelas jika ia tidak akan pernah menganggap Karina lebih dari sekedar sahabat yang harus ia jaga, gestur yang diberikan Juna mungkin dianggap berlebihan sebagai seorang teman bagi orang lain. Tapi tidak jika Juna yang melakukannya, Juna yang memang suka sekali menepuk puncak kepala temannya yang lebih muda sebagai tanda afeksi. Juna yang memang hobi memeluk orang, merentangkan tangan jika bertemu orang lain. He always been like that to everyone, including Karina. She knew it.

Tapi terkadang, perhatian Juna yang berlebihan membuat Karina sedikit banyak berharap bukan hanya detak jantung Karina saja yang tidak karuan saat Juna membawakan makanan favoritnya, mengingatkan Lucas untuk pesan makanan yang tidak pedas karena Karina nggak bisa makan pedas, atau Juna yang lebih memilih menghabiskan hari minggunya bersama Karina dibanding temannya yang lain.

But he always knows where to cut her, where to draw a line.

"Jangan gangguin sahabat gue ya!"

"Kenalin temen gue, Karina."

"Mending gue ngaku suka Lucas," gantian Aeri yang melotot, hampir ngelempar Karina pakai sendok plastik.

Menerima fakta kalau Juna nggak akan pernah membalas perasaan Karina sepertinya lebih mudah untuk diproses dibanding kehilangan Juna dari kehidupan Karina. Peran Juna amat sangat berpengaruh bagi si puan, salah memang terlalu bertumpu ke orang lain tapi ini Juna... Junanya Nina, Juna yang juga selalu datang ke Karina jika senang maupun susah. Jika keduanya bertumpu tidak akan ada yang tersakiti kan?


+++

"Ririnya mana?"

Tanya Juna yang baru sampai di kosan Karina, seenaknya masuk tanpa mengetuk pintu dan salam kemudian rebahan di kasur berlapis sprei gambar bunga.

"Diculik temen lo, lagi."

Karina yang duduk di ujung kasur sambil cek linimasa instagramnya melanjutkan, "Gue difollow mantan lo masa, Jun"

Juna bangun dari posisinya, sekarang menyenderkan kepala ke bahu Karina buat ngintip layar handphone sahabatnya itu.

"Ganggu lo?"

Karina geleng-geleng, "dm gue minta nomor baru lo"

"Ya itu namanya ganggu" Juna mendengus, "block aja."

"Jun," Karina angkat bahu yang jadi sandaran Juna biar Juna mau nengok ke arahnya, "Mm?"

"Kalau udah sampe ke gue artinya emang anaknya bener-bener pengen ngomong sesuatu nggak sih?"

"Gue nggak mau ngomong sama dia."

Karina memegang bahu Juna pelan, menyuruh kawannya itu untuk duduk tegap agar bisa menatap mata Karina. "Kalau niatnya reach out lo buat nyelesein masalah gimana?"

"Gue nggak ada masalah lagi sama dia, Na."

Juna dan pendapatnya yang sulit untuk diubah, "kalo dia punya pendapat lain gimana, Arjuna?"

honesty;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang