dua belas.

1.9K 236 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Juna stress.

Stressnya campur aduk dengan perasaan kangen Karina dan laper yang nggak ada ujungnya. Di tengah rapat tentang campaign yang sedang digarap teamnya Juna melirik ponsel yang menyala, berharap notif dari Karina.


Ibu

Si adek minta dibeliin karpet bulu enaknya beli dmn kak


Juna menghela nafas pelan sambil mengusap pelipisnya, Karina ini kemana sih? Setelah Juna pulang dari Bandung nggak ada kabar sama sekali dari Karina. Pesan Juna semuanya searah, nggak terbalas. Mau telfon tapi Juna lebih sering capek duluan kalo selesai gawe dan ngerjain skripsinya, langsung bablas tidur kalo malem. Paginya waktu sampai kantor nggak ada balesan dari Karina, begitu terus sampai hari jum'at.

"Happy weekend all!" kata head managernya, mas Jefri, dengan girang waktu menutup meeting.

"Nggak ada traktiran mas?" tanya Mahendra yang sedang meregangkan otot.

"Mau makan apa lu pada?" 

"Juna mau makan apa lo?"

Mendengar namanya disebut Juna mendongak, "nggak ikut deh gue mas, ada urusan."

"Yang begini biasanya budak korporat merangkap budak cinta" ejek salah satu staff divisi desain yang ikut team meeting hari ini.

"BENER" sulut Mahendra dengan mulut kompornya.

Juna cuman nyengir, males menanggapi. Waktu yang lain mulai balik, Juna masih duduk di mejanya sambil mencoba menghubungi Karina lewat telfon.

Sekali, dua kali, masih belum diangkat. Baru waktu ketiga kali Juna telfon Karina baru angkat telfon.

"Nina,"

"Mmmm?"

Juna menghela nafas lega.

"Lagi apa?"

"Skripsi."

Senyum Juna perlahan mengembang mendengar suara Karina lagi, "lo di mana, Karina Arunindia?" 

"Nggak mau jawab, ntar lo susul."

"Nggak boleh?"

"Boleh tapi nanti."


---


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
honesty;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang