sebelas.

930 192 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lo dengerin gue nggak sih?" Tanya Karina disela keluhannya tentang kebaya yang ia kenakan. Warnanya JELEK, tapi Karina nggak bisa protes juga karena nggak ikut kontribusi repotnya persiapan pernikahan.

Juna diam, menggeleng tapi sesaat kemudian mengangguk. Ngapain sih, kan gemes.

"Lo.." Juna menggantungkan kalimatnya sambil menatap Karina yang memakai heelsnya.

"Jelek? Ketebelen ya make up gue?" Karina cemberut sambil bolak-balik melirik cermin. Padahal waktu Juna tinggal buat pindahin mobil tadi Karina masih pakai daster.

"Cantik" jawab Juna tanpa mengalihkan pandangan dari Karina.

Karina yang melihat tatapan Juna dari bayangan dicermin tersenyum miring, but not pretty enough for you.

"Hah?"

Karina menggeleng, "jangan deket-deket gue hari ini please nanti lo disuruh nikah sama gue."

Bener apa kata Karina, saudara-saudara mamanya banyak yang bilang buat nyusul segera. Karina diem aja, sedangkan Juna cengar-cengir nggak enak juga mau jawab gimana karena bahkan sampai ada yang doain.... Sebenernya dalam hati Karina ngaminin tiga kali.

Hadeh, mana realisasi agenda move on-nya.

Tapi kayanya bakalan susah kalau perhatian Juna ke Karina kaya sekarang gini, bela-belain nyusul Karina, nggak mau jauh-jauh dari Karina dan sekarang lagi habisin zuppa soup Karina yang nggak kuat buat abisin soalnya udah makan dua.

Yang paling susah mungkin menekan keinginan Karina yang pengen lihat Juna yang kaya gini untuk Karina aja. Sekarang, mau nggak mau Karina harus bisa pelan-pelan melepas Juna. Karena suatu hari nanti perhatian Juna nggak akan ke Karina lagi.

"Mau gue ambilin lagi?" tanya Juna karena Karina menatap Juna lama.

Karina menggeleng, menyodorkan tisu ke Juna dan menunjuk sudut bibir sahabatnya. 

"Juna gue mau cari ayah gue dulu sendiri," penekanan pada kata 'sendiri' membuat Juna berhenti makan, kepalanya kemudian mengangguk.

"Bawa HP kan?" tanya Juna melirik pouch Karina.

Karina mengiyakan kemudian berdiri dari tempat duduk. Matanya sibuk menatap tamu undangan satu persatu, nggak menoleh sama sekali ke arah pengantin.

"Ayah," panggil Karina waktu melihat pria baruh baya yang tengah menyesap teh panas yang sudah berubah jadi dingin karena pendingin ruangan yang kelewat kencang.

"Anak ayah!" seru ayahnya sambil menyambut Karina ke pelukannya, ayah Karina baik, hubungan keduanya juga baik. Beliaulah yang masih mati-matian support kuliah Karina. Hanya saja kecintaan beliau terhadap pekerjaannya membuat pasangan ayah anak itu harus saling jauh.

Walaupun jauh, seenggaknya ayah Karina masih selalu tanya kabar tiap minggu, selalu kirim uang, dan selalu mengingat ulang tahun Karina.

"Kok duduk deket ac? ke sana aja ayok," ditariklah ayah Karina untuk pindah ke meja di mana Juna sedang ngecek ponselnya.

honesty;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang