Chapter 5

1.9K 407 68
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

🦊

Renjun menghela napasnya dengan berat. Ini sudah terhitung 24 jam sejak Jaemin kembali ke apartemen dan sampai sekarang ia masih tidak terlihat oleh Jaemin, padahal ia selalu berada di sebelah Jaemin.

Berbagai cara sudah ia lakukan, mulai dengan berteriak tepat di telinganya, mendorongnya, menindihnya saat dia berbaring, mencolok kedua matanya, dan memberi tanda lainnya bahwa dirinya masih berada di dekat Jaemin.

Namun semua itu sia-sia, karena semua yang ia sentuh tembus pandang, semua yang ia teriaki hanya terdengar seperti angin lalu, dan saat ia menindihnya pun tidak benar-benar bisa menindihnya.

Renjun yang awalnya sedih berubah menjadi frustasi. Ia tidak mengerti kenapa Jaemin tiba-tiba tidak dapat melihatnya sepulang dari luar, ia juga tidak mengerti kenapa ia tidak dapat menyentuh Jaemin. Padahal saat Jaemin dapat melihatnya ia dapat bersandar di pundak Jaemin, bahkan ia dapat makan dengan bantuan Jaemin. Dan banyak pertanyaan lainnya yang tidak bisa Renjun jawab.

Melihat Jaemin seharian ini benar-benar menyakiti hati Renjun. Bagaimana tidak, dia seharian hanya tiduran di kamar tanpa memejamkan matanya seolah sosok Renjun akan datang saat matanya terpejam. Keluar pun hanya untuk makan mie mentah karena terlalu malas memasak dan minum kopi, lalu kembali ke kamar. Kedua mata indah itu yang awalnya penuh dengan air mata pun sudah mengering dan terlihat sangat kosong, bengkak, dan memerah.

Renjun tidak tega, ia harus melakukan sesuatu. Tapi apa yang bisa ia lakukan?

Tiba-tiba nama Winwin terlintas di pikiran Renjun. Merasa mendapatkan sedikit harapan, ia pun pergi meninggalkan apartemen Jaemin menuju rumah Winwin.

 Merasa mendapatkan sedikit harapan, ia pun pergi meninggalkan apartemen Jaemin menuju rumah Winwin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setibanya di depan rumah Winwin, Renjun langsung memasuki rumah Winwin. Bukan bermaksud tidak sopan, hanya saja Renjun merasa percuma mengetuk pintu karena sudah pasti pintu itu tidak akan bisa mengeluarkan suara.

VRACHIÓLI || 잼런 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang