.
.
"Ana-yaa.."
"Kita itu berbeda."
Kalimat yang di ucapkan Jung kemarin hari itu terus berputar dalam lamunan ku.
Entahlah, kalimat itu seolah memberitahu
kan ku akan sesuatu hal yang harus aku cari tahu.Lamunanku pecah setelah mendengar dering handphone ku yang terus berbunyi sembari menampilkan layar telpon masuk. Aku pun mengangkat telpon itu tanpa menyadari siapa orang yang menelpon ku itu.
"Halo?" Aku memulai percakapan dalam telpon ini.
"Hai.." Pemilik suara berat nan manly yang kuduga adalah seorang pria.
Setelah mendengar suara seorang pria yang tidak aku kenali, aku pun mulai tertarik untuk melihat nama kontak orang yang menelpon ku itu.
Namun bukanlah sebuah nomor dengan nama kontak seseorang itu yang aku temukan di layar handphone ku ini, melainkan sebuah nomor bertulisan 'Nomor tidak dikenal'.
Aku pun beralih untuk menanyakan siapa orang yang menelpon ku ini.
"Siapa kau?" Ucapku datar namun terdengar penasaran.
"Bisakah kita bertemu?" Bukan menyebutkan namanya, pria ini malah beralih untuk menanyakan hal pertemuan.
"Emm?" Aku menjawab bingung akan pertanyaan nya itu.
"Akan kah kita bertemu?"
"Akankah Tuhan menakdirkan kita untuk bersama?"
Pria itu hanya terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan aneh yang tidak terjawab oleh ku itu.
Karena merasa ini hanyalah sebuah candaan, aku pun tertuju untuk mengakhiri panggilan ini, sebelum akhirnya pria itu pun kembali membicarakan hal-hal yang tidak jelas lagi.
"Kau adalah wanita yang baru saja pindah rumah tepat di depan rumah ku." Ucap sang pria itu lagi, membuatku tertuju untuk tidak jadi mengakhiri panggilan ini.
"Siapa kau? Apa kita saling kenal?"
"Tidak." Pria itu menjeda kata-katanya. "Hanya saja, aku tau kita akan di takdirkan untuk bersama."
"Anatha.. kedatangan mu kedesa inilah yang membuat kita akan di takdirkan untuk bersama."
"Terimakasih sudah datang.." Pria itu mengucapkan kalimat terakhirnya dalam telpon, sebelum akhirnya pria itu pun mengakhiri panggilannya secara sepihak.
Aku yang terus bingung dengan kata-katanya, terus mencoba untuk mencerna ucapan anehnya itu.
Tidak lama setelah aku mencoba untuk mengerti kata-kata aneh dari pria tidak di kenal itu, kini aku pun mengerti apa hal yang dirinya maksud.
Mengingat isi sebuah buku yang menceritakan tentang desa ini, aku pun teringat akan hal 'Desa terkutuk'.
Aku yang hanyut dalam pikiranku, pun merasa ketakutan sendiri.
Terlebih lagi, aku tinggal sendirian di rumah ini. Jung memutuskan untuk pergi dan tinggal di sebuah apartemen yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat ini setelah pembicaraan ku yang membingungkan itu dengannya kemarin.
Karena takut akan hal-hal aneh akan terus terjadi, aku pun memutuskan untuk pergi meninggalkan desa ini dan tinggal bersama Jung untuk sementara.
Aku sudah mencoba berkali-kali untuk menelpon Jung, tapi pria itu tidak mengangkatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
About The Heller
Fiksi Penggemar"Ana-yaa.." "Kita itu berbeda." . "Anatha.." "Perbedaan diantara kitalah yang membuat kita di takdirkan untuk bersama." . Don't forget voment nya yaa ^^