[2] SFU

241 43 11
                                        

Jungkook mengecup pelan kening gadis manis bersurai cokelat gelap itu dengan singkat—menenangkan sang gadis yang terlihat begitu khawatir. Jungkook tersenyum, ia selalu menyukai bagaimana gadis cantik bernama Mika itu tersenyum lembut padanya, bagaimana gadis itu selalu memarahinya karena kecerobohan kecil yang ia perbuat. Jungkook menyukai semua hal tentang gadis itu—bahkan untuk hal paling kecil sekalipun, Jungkook menyukainya.

Pipi Mika tampak memerah—bibirnya mengerut lucu kala Jungkook hanya terkekeh memandanginya. "Sebentar lagi kita akan sampai" Jungkook berucap, membuat Mika semakin kalut menggigit bibir bawahnya sendiri—sebab ini pertama kalinya Jungkook membawanya ke Busan, untuk bertemu kedua orang tua Jungkook.

Sebab Jungkook telah meminang sang kekasih hati yang tengah mengandung anaknya kini. Betapa berbunga-bunga taman hatinya kala mendengar bahwa ia akan segera menjadi seorang ayah, menjadi seorang suami dari sosok yang paling ia cintai.

Tanpa mengingat cinta pertamanya, yang masih menunggunya.

Six Feet Under

Jungkook mengetuk pintu rumah sang ibu dan ayah dengan tak sabar—wajahnya terlihat begitu sumingrah kala mendengar bahwa pintu akan dibuka. Ia mengeratkan genggaman tangannya pada sang gadis yang kini tengah bersembunyi dibalik punggung lebar miliknya—mencoba menetralkan detak jantung yang begitu keras.

Senyuman sumingrah itu lantas luntur dalam waktu sepersekon kemudian ketika pintu berhasil terbuka lebar, Jungkook lantas membeku ditempatnya—tidak, bukan karena udara bulan Desember di Busan terlampau dingin baginya, melainkan seseorang yang tengah berdiri dihadapannya kini—membuat waktu seakan berhenti bergerak, hatinya lantas jauh lebih berantakan daripada rambutnya yang tertiup oleh angin.

Genggamannya pada sang gadis melemah—Mika menyadarinya, namun ia tak tahu apa alasan Jungkook yang perlahan melepaskan tautan kedua tangan mereka.

Jungkook bahkan tak berkedip barangkali hanya sekali—menatap bagaimana seseorang dihadapannya kini telah banyak berubah—kendati bibir tebal dan bagaimana kedua obsidian berwarna cokelat gelap tersebut masih terlihat sama bahkan setelah sekian tahun tak saling menatap.

"Kau kembali?" Jungkook terhenyak—suara lembut itu masih terdengar sama, Jungkook tak tahu bagaimana bentuk hatinya sekarang, ia merasa begitu bingung kendati rasa sakit jauh lebih mendominasi dirinya. Kepalanya masih sibuk mengacak-acak memori lamanya bersama sang cinta pertama.

Jimin tersenyum manis, ia berjalan maju untuk mendekat dan menatap wajah Jungkook yang kini jauh menjadi lebih dewasa, tak ada lagi pipi gembil yang sangat nyaman untuk dikecup, kini hanya ada rahang tegas dan kokoh khas seorang Jeon Jungkook.

Pun langkahnya terhenti, senyuman manisnya hilang dari wajahnya yang berseri ketika ia menyadari ada presensi lain dibalik tubuh sang pujaan hati. Jimin mengalihkan pandang pada sang gadis yang kini berjalan dari balik punggung Jungkook ke samping sisi tubuh si pria yang masih bergeming, hatinya mendadak begitu nyeri kala melihat perut membuncit si wanita yang tampak begitu manis.

"Ah maaf, silahkan masuk. Nyonya Jeon sedang sakit, jadi aku menginap disini" Jungkook melebarkan kedua matanya kala mendengar bahwa sang ibu tengah sakit, Jimin lantas masuk kedalam dan pergi ke arah dapur untuk menyiapkan teh hangat untuk keduanya.

Hatinya mendadak mendung, air panas yang kini telah saling memberontak didalam panci panas pun tak pula dapat menginterupsi dirinya yang tengah menjelajah pikirannya sendiri. Hingga suara familiar dengan nada yang begitu rendah menyapa gendang telinganya dan membuyarkan tiap-tiap lamunannya.

Six Feet Under || KM [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang