Lima🧊

18 9 9
                                    

"Dari sekian banyaknya perempuan, kenapa harus lo ya Bell yang jadi babunya kak Galang" Ujar Suci perempuan ini pun sesekali menyesap es kelapa milik Abell.

"Kesian deh gua sama Kak Galang, cowo seganteng dia dapet babu modelan kaya lo"

Abell menatap Suci sebal. "Aku juga ga mau kali jadi babunya dia," Ucap Abell sambil menghabiskan sisa-sisa es kelapanya.

"Mungkin aku terlihat lemah di hadapannya, makannya dia mau jadiin aku babunya" Ujar Abell pasrah dengan nasibnya

"Ya makannya lawan dong! jangan diem aja!" Ucap Suci dengan emosinya.

"Aku masih sayang nyawaku ya, ga lucu aku mati muda gara-gara aku lawan kak Galang."

"Ah! lemah banget, deh, lo" Suci berjalan meninggalkan Abell

"Suci ... mau kemana?" Teriak Abell

"Pulanglah, mau ngapain lo di situ? bantuin abangnya jualan es kelapa?"

Abell pun buru-buru lari menyusul Suci. "Tungguin dong,"

"Yailah nanti di depan juga gua belok, lo lurus"

"Ya tapi kan seenganya tungguin gitu," Abell berusaha menyamakan jalannya dengan Suci Pasalnya perempuan ini berjalan sangat cepat dari dirinya.

"Bacot lo yee," Ucap suci berbalik menatap Abell,

Abell hanya bisa menatap balik Suci. "Apa liat-liat,"

Suci berbalik dan melanjutkan jalannya, "Suci tungguin dong" Teriak Abell menyusul Suci.

Sambil menikmati angin malam yang sejuk
mereka berdua berjalan beriringan sambil mengamati lalu lalang kendaraan yang melintas di jalan Raya.

"Ati-ati lo gua balik duluan." Ujar Suci berbelok di depan persimpangan.

Abell pun hanya menatap Suci yang mulai menjauh, kembali sendiri lagi Abell melanjutkan perjalanannya menuju tempat dimana dia menunggu angkutan umum datang.

"Udah mau malem ga ada angkot yang lewat," batin Abell menengok ke kana-ke kiri.

Abell yang tengah menunggu angkutan umum sendirian terlihat semakin bosan karena lama menunggu

"Nungguin angkot ya Neng," Ujar penjual pentol yang melihat Abell yang sedari tadi tidak kunjung pergi.

"Iya, Pak," Jawab Abell mendekati sang penjual pentol yang sudah terlihat berumur 40 tahun, melihat Sang penjual pentol Abell jadi teringat oleh ayahnya yang sama sekali tidak ia ketahui siapa ayahnya.

"Sini makan pentol Bapak dulu," Ajak si bapak menawarkan dagangannya.

"Engga pak, makasih Abell masih kenyang"

Si bapa penjual tersenyum, "Gapapa atuh Neng, gratis ko."

Abell membalas senyuman si bapa, "Gapapa pak, Abell masih kenyang tadi minus es kelapa."

"Yaudah atuh kalo ga mau" Akhirnya si bapa penjual pentol pun menyerah

Kembali dalam keheningan Abell kembali menunggu angkutan umun yang sudah ia tunggu selama 30 menit itu belum juga ada angkutan umum yang datang.

Hanya terdengar suara percikan pentol yang masuk kedalam wajan mengenai minyak panas. dan sedikit aroma wangi pentol yang baru matang membuat penciuman Abell mulai membuta-babikan.

Terdengar suara motor menghampiri Abell. "Naik" Ucap si pengendara yang belum menunjukan wajahnya.

Abell merasa heran, dia hanya diam saja, "Kamu ngomong sama aku?" Tanya Abell pada pengendara itu.

My Cool Boy [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang