[SE-KS] Jathin'gar

4 2 1
                                    

Awan cirus menghiasi langit. Pelabuhan Gate mulai tidak terlihat dari kaca kapal. Di sebelah Alvin, aku masih tak percaya akan keajaiban ini. Bahkan kusuruh ia mencubit lenganku. Benar-benar sakit.

Kami berempat saling rebut kaca, mengusahakan diri memandang langit dunia. Burung-burung angsa berkepak riang. Dua peri kecil bersayap kupu-kupu saling kejar mengejar. Keduanya tampak terkejut tatkala kami saling bertatapan, lalu terbang menjauh. Aku sendiri pun membelalak. Mereka cantik sekali.

"Para pixie. Kita beruntung bisa melihat mereka di langit Gate," sahut Crystalynn. "Mereka sebenarnya sangat pemalu. Tapi mau bagaimana lagi? Area netral ini wahana bermain yang asyik untuk para peri terbang seperti mereka."

"Area netral?" sahut Cecilia.

"Tempat di mana tidak ada satu penguasa pun yang memilikinya. Lagi pula, jalur ini termasuk dalam jalur umum untuk semua kalangan."

Ini menarik. Aku hanya sedikit tahu soal peri-peri kecil di film fantasi. Mereka selalu terlihat menawan dan menggemaskan. Terkadang usil.

"Di mana mereka tinggal?" Aku mengajukan pertanyaan.

Alvin yang mendengar soalanku reflek mengedarkan pandang. Ia kemudian menunjuk ke sisi kiri, entah aku pun tidak tahu pasti arah mana yang ditunjuknya. Yang jelas, tampak samar-samar sebuah daratan melayang di antara awan. Daratan itu bagaikan bongkahan negara yang terbang dan menetap. Tanah yang dikelilingi sesuatu yang hijau.

"Elven Sil'v, negeri para peri."

Sekali lagi, aku terperangah. Memang, sih. Daratan yang Alvin maksud kelihatan biasa saja dari kejauhan. Tapi, kulihat dua pixie tadi memang terbang ke arah negeri peri itu.

"Kalian berdua tahu banyak hal, ya," ucapku keheranan. Kupikir, mereka sama-sama awam perihal dunia ajaib.

Crystalynn berucap dengan nada agak sombong, "Ayahku menjadi Ketua Dewan Alkimia di Jathin'gar. Selagi di rumah, dia selalu bercerita perihal Jathin'gar dan sekitarnya."

"Kau bilang 'Ayahku?' Kau tidak menganggapku sebagai bagian dari keluarga Benedict, ha?" potong Alvin seketika. Aku bisa tebak, beberapa saat nanti akan ada perdebatan sengit ... lagi.

"Aku mewakili jawabanmu."

"Dan aku tak butuh diwakili."

"Santai saja." Sang adik terkekeh tanpa beban. Sedang Alvin menutupnya dengan dengusan, sebal.

Oke, aku salah tebak. Lupakan soal perdebatan tadi.

"Kalian selalu bertengkar seperti ini?" Cecilia mungkin penasaran. Ia si pendiam yang rasa ingin tahunya tinggi.

"Kami hanya menengkari sesuatu yang tidak sejalan, kok," Crystalynn memberi jawab.

Alvin sedikit kurang setuju atas pernyataan sang adik. "Bukannya kita tak pernah sejalan?"

"Pernah," timpalnya, lalu melanjut, "ketika kau memutuskan untuk pergi ke Oslo, melakukan riset tentang hidrogen peroksida. Itu aku sangat setuju karena-"

"-karena kau yang membuatkan surat perintah palsu dari sekolah. Dan aku mau tidak mau harus berangkat ke kota super sibuk itu, mempelajari sesuatu yang membosankan, kemudian pulang dengan kondisi kamarku yang penuh barang-barang berwarna merah muda."

"Itu surat sungguhan. Kepala sekolah yang membuatnya."

"Yaa, dan bodohnya ... Ayah percaya."

Baiklah, ini akan menjadi perdebatan yang panjang. Aku bisa pastikan Cecilia yang duduk di sebelahku hanya terdiam sampai pada titik di mana dirinya harus izin ke toilet. Mungkin perutnya mual mendengar kakak beradik di hadapannya saling beradu argumen. Yaa, sebenarnya aku juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GladioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang