🌹DELAPAN BELAS 🌹

65.1K 3.9K 82
                                    

Andin berjalan keluar cafe dan celingukkan mencari taxy. Sebenarnya, Andin tadi berbohong kepada keluarganya jika ia sudah memesan taxy. Padahal belum.

Andin sengaja membiarkan mereka pulang duluan. Andin beralasan harus ke toilet dulu karena desakan alam. Akhirnya, Papa, Mama, dan Maurin duluan pulang.

Andin sengaja melakukan itu supaya nanti mereka tidak curiga jika Andin belum dapat taxy. Dan Papa ngotot ingin mengantar Andin. Bisa berabe semuanya nanti, jika Papa sampai tahu tempat tinggal Andin sekarang.

Andin kembali melihat handphone dan jalanan. Sedangkan tidak jauh dari tempat berdirinya. Seorang laki-laki dalam mobil menatap tajam Andin dengan pandangan yang berbeda. Banyak sekali rasa yang terpancar dari mata laki-laki itu. Siapa lagi kalau bukan Alang.

Alang mengendarai mobilnya dan berhenti di depan Andin. Andin mengernyit melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Andin tidak bisa melihat orang yang mengendarainya karena kaca mobil yang gelap.

Alang keluar dari mobil dan membuat Andin diam terpaku di tempatnya. Jantungnya kembali berdisko di dalam sana. Andin menatap Alang yang menghampiri dirinya. Alang tidak mengalihkan matanya sedetikpun dari wajah Andin.

Saat Alang sampai di depan Andin. Mereke berdua diam. Namun, tak lama Alang bersuara.

" Masuk!" perintah Alang dengan satu kata saja. Alang membuka pintu mobil samping kemudi.

Andin mengalihkan matanya kemudian menggeleng. Andin berusaha terlihat tenang padahal hatinya jumpalitan di dalam sana. Banyak sekali rasanya perasaan yang ingin ia sampaikan untuk Alang.

" Nggak usah, Mas," jawab Andin pelan dan serak. Andin mencengkram tas nya berusaha mencari kekuatan.

" Saya bilang masuk, masuk. Kamu bisa tidak membantah?" Alang bersuara tegas dan tajam. Dirinya kesal dan marah mendengar penolakan Andin.

" Taxy aku udah hampir nyampe, Mas," lagi dan lagi Andin beralasan.

" Saya tidak peduli. Kamu masuk sendiri atau saya paksa, Andin?" tanya Alang geram. Bulu kuduk Andin meremang. Andin menatap Alang yang menahan kesal sepertinya.

Andin bingung. Apa yang harus di lakukannya. Andin tidak bisa memberitahukan dimana ia tinggal. Andin tidak mau mengambil resiko. Bagaimana jika suatu hari Alang kesana dan ketemu dengan Kenzo. Andin tidak bisa membayangkannya. Andin belum siap. Andin belum punya rencana.

" Kalau di pikiran kamu takut aku tahu apartemen kamu. Percuma. Bahkan jika aku mau, sekarang juga aku bisa mencari tahu tentang kamu, Andin."

Andin kaget mendengar ucapan Alang. Andin kembali berpikir. Ucapan Alang memang benar. Andin semakin takut. Alang bisa saja sewaktu-waktu mencari tahu tentangnya. Otomatis Kenzo juga akan terserat.

Ya Allah,bagaimana ini. Apa yang harus ku lakukan?

" Masuk! Aku tidak punya waktu melihat kamu diam di sini. Cepat!" Ujar Alang tegas dan penuh penekanan di akhir kalimat nya.

Mendengar sentakan Alang, langkah kaki Andin mengayun masuk ke dalam mobil. Entah apa yang merasuki Andin.

Andin sudah duduk manis di kursi depan. Andin kembali mencengkram tas di pangkuannya. Tatapan matanya mengikuti Alang yang masuk ke dalam mobil.

Andin mengalihkan wajahnya fokus ke depan. Andin takut ketahuan kalau ia memperhatikan Alang yang sudah menjadi Suami Kakaknya. Ini tidak baik untuk dirinya.

Alang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Andin sudah entah keberapa kali menahan nafas sejak mobil di jalankan. Bahkan, untuk memulai percakapan terlebih dahulu, Andin tidak berani. Menatap Alang di sampingnya pun, Andin juga tidak berani.

" Apartemen kamu dimana?"

Andin tersentak mendengar pertanyaan Andin. Andin menghirup nafas sebelum menjawab.

Semoga baik-baik saja.

" Bintaro,"

Kembali hening. Tidak ada suara percakapan lagi. Andin benar-benar ingin berbicara panjang lebar dengan Alang. Namun, itu tidak mungkin terjadi. Mereka tidak sedekat itu untuk sekarang.

Sibuk dengan pikirannya sendiri, Andin tidak sadar kalau sudah sampai di lobi apartemennya. Sudah berapa lama Andin berpikir dan melamun.

" Sudah sampai!" Andin melihat sekelilingnya. Ternyata memang benar, sudah sampai.

Andin membuka seatbelt nya. Entah karena gugup atau gimana, Andin kesusahan membuka Seatbelt tersebut.

Andin panik dan berusaha melepasnya. Tiba-tiba, Andin terpaku ketika Alang sudah berada di depannya dengan jarak yang sangat dekat sekali. Jika Andin bergerak sedikit saja, wajah Andin akan beradu dengan wajah Alang.

Andin menahan nafas nya saat menghirup wangi tubuh Alang. Masih sama. Tidak berubah. Pandangan Andin berkaca-kaca. Hatinya menjadi sentimentil.  Wangi ini. Parfum ini. Alang masih memakainya. Wangi kesukaan Andin. Dahulu, ya dahulu sekali. Dan masih menjadi kesukaan Andin sampai sekarang.

Andin ingat kalau wangi ini, Andin yang memilihkannya untuk Alang. Dan tidak pernah berganti sampai sekarang

" Sudah,"

Andin mengerjapkan matanya. Alang sudah kembali duduk di kursinya. Andin menghembuskan nafas yang sudah di tahannya sejak tadi. Andin tidak sasar jika Alang sempat menatap wajah Andin dari jarak yang hanya beberapa centi itu.

Andin juga tidak tahu kalau Alang merasakan hal yang sama. Apa yang dirasakan Andin, Alang juga merasakannya.

Jantung Alang juga tidak kalah berdebar nya di dalam sana. Alang menahan diri untuk tidak memeluk tubuh Andin dan mendekapnya.

Walaupun sebentar, Alang juga menyempatkan menghirup wangi Andin. Walau hanya sebentar saja.

Alang mencengkram setir mobil menahan perasaan menggebu di hatinya.

Tidak. Tidak. Tidak boleh Alang. Loe tidak boleh melakukan itu. bisik hati Alang.

" Terima kasih, Mas. Sudah nganterin aku." Andin menatap Alang dari samping dengan senyum tipis.

" Hhm. Jangan memasang senyum yang ku benci itu," balas Alang tajam. Andin terdiam kemudian mengangguk pelan. Alang merutuk mulutnya yang sembarangan berbicara.

Pandangan Alang tetap fokus ke depan tanpa melirik Andin di sebelahnya.

" Aku masuk dulu, Mas. Sekali lagi terima kasih,"

Andin membuka pintu. Sebelumnya, Andin kembali menatap wajah Alang dan merekam dalam ingatannya.

Andin sudah berdiri di samping pintu mobil Alang. Andin menutup pintu mobil, lalu melangkah masuk ke dalam apartemen tanpa melihat ke belakang lagi.

Alang mengikuti tubuh Andin sampai menghilang dalam gedung apartemen. Alang menyandarkan kepalanya dan mendesah berat.

"Kenapa terasa sangat sulit sekali." Alang bergumam perih sambil memejamkan matanya.

Tbc!!

15/01/21

Nahh kann..., Udah ketemuu ??

Siapa yang nungguin Alang sama Andin berdua an??

Coba komentar mau apalagii???

VVOTEEE DAN KOMENTAR YANG BANYAKKK YAHHH

Kakak Iparku, Ayah Anakku (Ready Ebook Di Playbook/Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang