🌹EMPAT PULUH SATU🌹

67.8K 3.7K 179
                                    


H

ampir mendekati ending nih gaes😂😂

Maurin sedang berkunjung ke rumah orang tuanya. Semalam, lagi dan lagi Alang tidak pulang ke rumah. Maurin tahu kalau Alang jarang pulang, pasti ia menginap di apartemen.

Maurin tidak pernah masuk sekalipun ke dalam apartemen Alang. Pernah sekali, Maurin mendatangi Alang. Namun, hanya sampai di pintu. Alang tidak membiarkan Maurin masuk. Bahkan, Alang tidak mempersilahkan Maurin masuk, dan malah langsung mengusir Maurin.

" Kamu kenapa, Maurin?" tanya Mama lembut. Mereka saat ini sedang duduk di sofa ruang tamu. Maurin menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Maurin rasanya lelah sekali menjalani hidup seperti ini.

Mencintai satu lelaki. Tetapi, laki-laki itu tidak pernah mencintai dirinya balik. Bahkan, Maurin pernah mengemis cinta Alang. Namun, Alang tetap tidak pernah membalas cintanya sama sekali.

Maurin tidak tahu apa yang akan di lakukannya lagi. Apalagi, sekarang Andin sudah pulang dan berada di jakarta. Kemungkinan besar bisa saja mereka itu balik lagi bersama. Dan Maurin tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Maurin tidak akan pernah melepaskan Alang. Alang cuma milik dirinya.

" Maurin," panggil Mama sekali lagi. Maurin tersentak kemudian melihat Mamanya yang menatap dirinya.

" Hah. Apa Ma?" tanya Maurin kembali. Mama menatap Maurin lekat-lekat.

" Mama tanya kamu kenapa? Kamu ada masalah? Kamu ribut sama Alang?"

Maurin meringis kemudian menatap Ratih dengan wajah lelahnya.

" Maurin capek, Ma," bisik Maurin pelan.

" Mama nggak paham maksud kamu gimana."

" Maurin capek dengan kehidupan ini, Ma. Mas Alang nggak pernah mencintai Maurin, Ma. Bahkan melirik Maurin saja, Mas Alang tidak pernah, Ma. Mas Alang juga jarang sekali pulang ke rumah kami," jelas  Maurin Pelan dan menunduk sedih.

Ratih tidak terkejut lagi dengan keluhan dan aduan Maurin.

" Kalau gitu kamu paksa Alang supaya pulang ke rumah kalian. Kalian ini suami istri. Mama pusing dengan rumah tangga kamu yang nggak pernah bahagia, Maurin." desah Ratih lelah juga melihat kondisi rumah tangga Maurin.

" Maurin harus bagaimana, Ma. Maurin nggak bisa jauh dari Mas Alang. Maurin mencintai Mas Alang, Ma." Maurin menengadah supaya air mata nya tidak jatuh. Ratih ikutan sedih melihat kondisi anaknya. Hati seorang Ibu mana yabg tidak sakit melihat kondisi rumah tangga sang anak tidak bahagia.

" Mama nggak bisa berbuat apa lagi, Maurin. Mungkin, ini juga karma buat kita. Mama sama kamu. Pernikahan kamu nggak bahagia, karena mengambil Alang dari Andin. Mama juga sedih karena Andin sangat jauh dari jangkauan Mama. Mama egois selama ini." Ratih berucap pelan mengenang sikap nya selama ini sama Andin.

Maurin Menatap Ratih kesal.

" Ma. Seharusnya sekarang itu yang Mama khawatirkan itu Aku, Ma. Bukan Andin. Aku ini anak Mama."

" Andin juga anak Mama kalau kamu lupa. Tetapi, Mama selama ini terlalu pilih kasih dan lebih perhatian sama kamu. Sedangkan Andin. Mungkin Andin benar-benar tidak pernh merasakan kasih sayang, Mama. Mama sedih Maurin. Kamu tidak berada di posisi Mama. Kamu tidak akan ngerti," bela Ratih untuk Andin.

Maurin mengepalkan tangannya tidak terima saat Ratih membela Andin. Maurin semakin benci kepada Andin. Sejak Andin pulang, semua perhatian orang-orang tertuju kepada Andin. Bahkan, sekarang Mamanya juga. Maurin tidak terima

" Terus Mama sekarang lebih bela Andin dari pada aku,Ma?" tanya Maurin dengan nada bergetar. Ratih menatap Maurin.

" Bukan begitu, Maurin. Kamu jangan kekanakan begini. Andin itu anak Mama juga. Andin itu adik kamu juga Maurin. Kamu ini kenapa sih? Mama capek dengan sikap kamu yang maunya sendiri kayak gini,"

" Mama tau alasan aku kenapa begini?"

" Alasan apa. Alasan kamu nggak suka Andin? Andin itu adik kamu. Ingat itu!"

" Aku tetap akan membenci Andin." tutur Maurin mendesis. Tatapan nya tajam ke depan.

Ratih lagi-lagi mendesah untuk kesekian kalinya.

" Kamu udah dewasa, Maurin. Kamu sudah menikah. Seharusnya pikiran kamu juga dewasa dong. Itu hanya masa lalu. Walaupun kamu merasa Pala tidak sayang kamu, sebenarnya Papa itu selalu menyayangi kamu dan Andin. Tidak pernah pilih kasih." Ratih memijat keningnya sebentar

" Demi kamu juga. Mama kasih perhatian lebih buat kamu tanpa Mama sadari kalau adik kamu kekurangan kasih sayang Mama. Kamu berpikiran Papa lebih menyayangi Andin. Makanya Mama kasih kamu perhatian lebih. Tetapi, kayaknya Mama salah manjain kamu selama ini. Kamu tidak pernah bisa menerima Andin. Mama kadang gagal jadi orang tua buat kalian." Ratih menatap Maurin dengan pandangan berkaca-kacca. Hatinya sangat sedih dan sakit sekali di dalam sana. Namun, Maurin tidak pernah mengerti posisinya.

Maurin mengepalkan tangan mendengar ucapan Ratih. Maurin Membenarkan semua ucapan Ratih. Namun, entah kenapa hati Maurin sangat keras sekali, kalau ia tidak akan pernah menganggap Andin sebagai adik nya.

Maurin bangkit dari duduknya, dan bersiap-siap untuk pergi.

"Aku pergi dulu, Ma. Aku kesini minta solusi. Namun, Mama malah menceramahi aku. Semoga nanti Mama kembali seperti Mama yang aku kenal."

Maurin meninggalkan Rati yang termenung sendiri di sofa. Ratih menitikkan air mata nya. Ratih menengadah dan memejamkan mata pedih. Ratih tidak tau lagi harus bagaimana menasehati Maurin.

Ratih merasa ini salahnya juga karena selalu menuruti keinginan Ratih dari kecil sampai dewasa. Salah Ratih juga karena  terlalu memanjakan Maurin. Ratih merasa dirinya salah mendidik anak. Hati Ratih hancur saat ini, akibat kesalahannya sendiri.

Tbc!
29/01/21

Nah part ini kusus buat si maurin yah.

Gimana gaes? Ada nggak yang kasihan sama si Maurin?

Siapa yang mau bela maurin, ayok komentar??😂😂

Yang senang Maurin dapat kultum dari mamanya siapa?

Siapa coba yang senang ratih bela maurin??

Aku mah netrall😂😂😂😝😝

VOTE VOTE VOTE DAN KOMENTAR YAHH.

Kakak Iparku, Ayah Anakku (Ready Ebook Di Playbook/Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang