Setiap manusia memiliki penyesalan dalam hidupnya. Kadang ada saat dimana kehidupan adalah keinginan paling menyedihkan melebih keinginan untuk mati.
Saat kau sudah tiada, entah mati dalam keadaan baik atau tidak diduga semuanya tetaplah kematian. Ketika kau mati, kau akan berhadapan dengan takdir bahwa kau ada diantara mereka tapi mereka tidak mengetahui keberadaanmu. Itulah yang aku rasakan saat ini.
Semua orang sibuk dengan kematianku dan merasa kehilangan. Tanpa disadari aku ada diantara mereka, menyaksikan ketulusan menyedihkan mereka dan kemunafikan yang ada di balik topeng-topeng manusia itu.
Kau percaya arwah ?
Akankah benar-benar ada ?
Jika ada bagimana bentuknya ? Dan,
Jika tidak ada kemana manusia setelah jantung berhenti berdetak, paru-paru berhenti mengakases O2 dan otak berhenti berproses.Dulu saat aku masih hidup aku adalah manusia yang tidak mempercayai arwah. Begitulah aturannya, seorang jaksa selalu dituntut akan rasionalitas dengan bukti yang nyata bukan hanya spekulasi apalagi mengenai hal-hal yang masih dalam bentuk dongeng belaka. Aku menyebutnya dongeng, yah cerita yang diturunkan secara turun temurun. Apapun kepercayaan setiap manusia, setiap aliran selalu didogma oleh suatu cerita yang aku sendiri tidak tahu kebenaran dan keaslianya.
Jika kalian bertanya dan mengatakan aku terlalu sesat terserah saja. Toh aku akui, aku memang sesat walau memiliki satu jenis identitas kepercayaan, aku rasa itu hanya identitas. Di negara ini, manusia harus berkata, tapi tidak benar-benar lebih dari berbicara.
Hidup adalah hidup mau bagaimana lagi, saat kau menjadi arwah ada beberapa hal yang harus kau lakukan. Hal-hal itu adalah penyesalanmu, sama seperti aku saat ini. Selama ±3 tahun aku sudah menjadi arwah, tahu mengapa aku menjadi arwah ? karena kasus yang aku tangani terakhir kali ditutup. Padahal aku yakin 100% bisa menyelesaikan kasus itu, lalu bagimana aku dapat pergi dan tidak menjadi arwah lagi. Aku harus menemukan sesorang yang dapat melihatku dan menemukan solusi.
Namaku adalah Lu'na biasa dipanggil jaksa An'na, berusia 29 tahun. Aku tidak mati saat berusia 26 tahun tidak, tidak begitu. Umur adalah sesuatu yang dihitung saat kau masih bernapas tidak saat ini. Lebih tepatnya aku mati pada usia 29 tahun, tepat sehari sebelum persidangan melalui kecelakaan mobil.
Kecelakaan yang cukup menguntungkan saat dimana hanya aku saja korbanya. Dulu aku adalah seorang pekerja keras, untuk menjadi jaksa aku harus belajar mati-matian. Seorang siswi SMA Negeri yang berasal dari panti asuhan kumuh, untungnya di sana kami dibesarkan dengan baik. Dengan makanan yang layak, tidur yang layak dan kasih sayang yang cukup layak. Aku selalu bersyukur untuk apapun itu karena aku tahu jika aku tidak bersyukur maka tidak ada habisnya kekuranganku untuk hal ini ini dan itu.
........................................................
"Butuh bantuan ?" kata seorang siswi SMA sambil mengulurkan tangannya, kepada siswa SMA.
"terima kasih," siswa itu kemudian berterima kasih pada siswi itu. "nam,."
"An'na" Belum sempat siswa itu melanjutkan kalimatnya. Seorang gadis lain memanggilnya, tanpa aba-aba siswi tadi berlari menuju temanya yang melambaikan tangan.
.......................❤❤❤❤❤❤.....................
±500 words
Maaf yah guys author masih baru. Terimakasih sudah membaca,....
Author tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun, jika merasa terancam mohon tinggalkan cerita ini.Tata
-mai