11 (M)

2.9K 221 9
                                    

Wulan disambut antusias oleh teman-teman satu kelasnya terutama Salma, seharian penuh sahabatnya itu terus menempel bahkan ke toilet pun Salma tetap ikut dan menunggu di luar.

"Astaga gue lupa ada titipan untuk kepsek, lu duluan aja ke rumah pohon entar gue nyusul" Salma berlari meninggalkan Wulan yang tertawa melihat wajah paniknya.

Mengikuti arahan salma, Wulan langsung menuju ke rumah pohon dan menunggu Salma yang katanya ada sesuatu yang ingin dia tanyakan ke Wulan karena pertanyaan ini terlalu rahasia maka dari itu harus di tempat sepi.

"Kamu disini?" Tanya Wulan yang tidak menyangka ternyata ada Arin yang sedang bersantai menatap ke arah perkebunan dibelakang sekolah.

Arin tidak menjawab tapi tangannya memberi isyarat agar Wulan cepat naik dan duduk disampingnya, tanpa ragu ia membaringkan tubuhnya dengan menjadikan paha Wulan sebagai bantalan.

Wulan bisa merasakan jika Arin sedang banyak pikiran tapi di satu sisi tidak mudah baginya untuk berbagi dengan orang lain, namun Wulan akan menunggu hingga Arin mau berbagi masalahnya tanpa harus di minta.

"Salma seharian ini udah kayak lintah nempel kamu terus, dia kemana?"

"Ada urusan, bentar lagi juga nyusul" jari Wulan menyusuri setiap bagian wajah Arin dengan jemarinya.

"Hidung kamu mancung" pujinya jujur.

"Kamu iri? Punya kamu bahkan lebih dari kata mancung" Arin menggapai wajah Wulan dan melakukan hal yang sama dengan jemarinya.

"Cium!" Itu perintah bukan permintaan tapi Wulan akan menurutinya dengan senang hati.

Ciuman itu membuat keduanya terbuai hingga melupakan keadaan sekitar ternyata sudah ada Salma yang melotot kearah mereka.

"ASTAGA mata suci gue!" Berbeda dengan Wulan yang kaget dan salah tingkah justru Arin malah santai tidak peduli dengan kehadiran Salma, jika saja Wulan tidak menahannya jelas ia akan melanjutkan adegan yang katanya menodai mata suci Salma.

"Ck! situs bokep langganan lo ngirim salam" kesal Arin dengan kehadiran Salma padahal ia masih ingin bermesraan dengan Wulan.

"Nona Arinda Sagara seharusnya anda menjaga aib sahabat anda sendiri" Snack dalam tas yang Salma bawa melayang kearah Arin tapi tetap saja tidak ada satupun yang mengenai sasaran karena Wulan menahannya dan memarahi Salma yang melemparkan makanan seperti itu, tidak baik katanya lalu dibalas dengusan oleh Salma.

"Katanya tadi mau tanya sesuatu yang penting?" Ucap Wulan tanpa melihat kearah Salma karena ia masih mengumpulkan bungkusan snack yang berceceran.

"Sudah terjawab live pula suit suit suit" goda Salma menaik turunkan alisnya dengan senyum mengejek

"Btw sejak kapan? Kok gue gak tahu? Jadi berasa gue bukan sahabat kalian anjir"

"Sejak kapan apanya? Pacaran? Wulan bukan pacar gue, dia lebih dari itu" Salma bisa melihat wajah sedih Wulan berubah bahagia mendengar ucapan Arin yang menganggap hubungan mereka lebih dari pacaran.

"Heh heh heh apaan peluk-peluk nggak boleh!" Wulan yang ingin maju memeluk Arin cemberut "Lo pikir gue setan! Haram hukumnya mesra-mesraan depan jomblo" Wulan beralih memeluk Salma dengan tawa bahagia karena sahabatnya itu tidak menentang hubungannya dengan Arin.

"Rin? Om Andra tahu? Gini gue cuma mau bilang hubungan lo berdua akan ditentang banyak pihak tapi itu semua tidak akan berarti apa-apa ketika kalian dapat dukungan dari keluarga, Lo berdua ngertikan maksud gue? Bukan cuma bokap lo Rin tapi ibu Asih harus tahu juga, entah kenapa gue merasa hubungan kalian sangat serius padahal kita bertiga masih SMA"

The Dark Side Of ArindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang