6 (M)

4.3K 293 9
                                    

Seminggu kemudian tepat di hari keberangkatan ibu Asih dan anak-anak panti ke Bandung hanya ada Wulan, Salma dan Pengacara Sagara Corp yang mengantar ke bandara, Arin tidak ikut karena menemani Natasha berziarah ke makam ibunya.

Bohong jika Wulan tidak sedih dengan absennya Arin hanya saja kenyataan kembali menamparnya dengan keras.

"Ingat Wulan kamu bukan siapa-siapa dibandingkan Natasha Wijaya"

"Sorry telat, mereka udah berangkat?"

"I-itu-itu suara Arin, dia datang" batin Wulan bahagia.

"Sepenting apa sih Natasha? sampai-sampai lo lebih utamain dia dibandingkan sahabat lu sendiri?" kesal Salma melihat Arin datang sangat terlambat.

"Gue udah janji sama dia gak mungkin gue batalin gitu aja, lagian gue juga baru tahu kalau jam keberangkatannya di percepat"

"Masa bodoh, sana lu ke Natasha gak usah balik-balik lagi dari kemarin Natasha terus yang lu pikirin" Arin menutup mata dan mencoba meredam emosi hingga terdengar helaan napas panjang darinya.

"Huft oke maaf, gue turutin apapun permintaan lu hari ini"

"Ckckck lu pikir gue semurah itu? Belanja sepuasnya dan lu yg bayar semua, satu lagi lu gak boleh protes berapa pun nominal belanjaan gue dan Wulan" Arin mengangguk setuju, apapun agar Salma tidak bawel.

"Maaf aku gak bisa ikut, izin keluar aku cuma sebentar, permisi" Wulan menolak keinginan Salma, tidak merasa pantas menerima apapun dari Arindra Sagara.

Tanpa mendengar protes sahabatnya Wulan langsung pergi begitu saja tidak tahan di tatap sedemikian lekatnya oleh Arin.

Arin bukan tidak menyadari perubahan Wulan yang seolah menjaga jarak darinya namun ia juga tidak ingin mencari tahu alasan Wulan menjauhinya. "Ck dasar aneh tapi gue kangen?!" batin Arin.

Memang benar Wulan hanya izin sebentar ke manager tempatnya bekerja, ia pergi begitu saja bukan semata-mata untuk menghindari Arin.

"Kamu pulang sama siapa? Mau kakak antar?" Itu suara Ayana manager tempat Wulan bekerja, dia sangat baik kepada Wulan bahkan sudah menganggapnya seperti adik sendiri.

"Makasih kak tawarannya tapi sekarang aku tinggal di asrama tepat di samping sekolah, itu gedungnya masih kelihatan dari sini" tunjuk Wulan ke arah asrama sekolahnya.

"Kalau begitu kakak balik duluan, kamu hati-hati tinggal sendiri selalu patuhi aturan asrama dan istirahat yang cukup, sekalian ini vitamin jangan lupa di minum biar badannya tetap sehat dan kuat walaupun sekolah sambil bekerja" Ayana berpamitan sambil mengacak rambut Wulan.

"Iya kakak hati-hati juga di jalan"
Setelah berganti pakaian Wulan kembali ke asrama, seluruh tubuhnya sudah meronta ingin di istirahatkan.

Tepat setelah keluar dari cafe ia melihat mobil pak Rudi di depan gerbang sekolah.

Guru itu turun dari mobil dan berbincang sebentar dengan satpam sekolah, entah apa yang mereka bahas terlihat satpam membuka pintu gerbang untuk pak Rudi lalu pergi entah kemana meninggalkan pos tempatnya berjaga.

Karena curiga Wulan terus mengawasi pak Rudi dari jauh, betapa kagetnya Wulan melihat Natasha dipapah keluar dari mobil.

Natasha terlihat tidak sadarkan diri atau mungkin mabuk? Pikir Wulan.

"Astaga bagaimana ini? Arin, iya Arin harus tahu"

Setelah menelpon Arin, Wulan diam-diam kembali mengikuti pak Rudi yang ternyata membawa Natasha ke ruang UKS.

"Pak tolong lepasin jangan sentuh saya lagi!"

"Maaf sayang tapi bapak rindu tubuh indahmu ini, bapak janji ini tidak akan sesakit pertama kali kita bercinta, sini bapak bantu kamu pakai baju pasien, kita main dokter-dokteran pasti lebih nikmat"

The Dark Side Of ArindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang