13

1.5K 161 7
                                    

Di lain tempat seorang wanita berbadan tinggi bak model ternama sedang terlibat perbincangan serius dengan bos pemilik tempat hiburan malam ternama di Jakarta.

Wanita cantik berusia 27 tahun itu nampak tidak setuju dengan keputusan sepihak yang diambil oleh pria tua didepannya.

Terjadi perdebatan diantara keduanya, hingga akhirnya sang bos itu menggunakan usianya yang sudah renta agar sang cucu melunak.

"Cuma kamu satu-satunya harapan kakek, di usia renta ini tidak ada yang tau kapan kakek akan mati"

"Ckckck selalu seperti itu pasti bawa-bawa umur, seolah akan mati besok padahal tubuh masih sangat bugar. Serahkan saja ke anak itu, Gillian mau bebas kek"

"Tempat hiburan malam, minuman keras, judi, dan segala hal yang akan membawa dampak buruk untuk nama baik perusahaan ayahnya, Menurutmu dia akan menerimanya dengan mudah?"

"Harus, karena semua itu memang miliknya. Kenapa harus Gill yang repot mengurus bisnis malam ini? Kalau anak itu tidak mau Gill akan memaksanya"

"Jangan cari masalah, kamu pikir kehidupan mewah kita saat ini karena siapa? Bukan hanya itu kamu bahkan kakek tidak akan pernah bisa melihat dunia ini jika bukan karenanya. Kamu selalu bilang tidak ingin terlibat politik balas budi ini, Gillian asal kamu tahu ini bukan hanya sekedar politik balasbudi tapi politik balas nyawa" tegas sang kakek kepada cucunya.

"Jadi Gillian Dirgantoro dengarkan baik-baik jika anak itu menolak, kamu yang harus menghandle semuanya, tapi pastikan satu hal ketika kakek sudah tiada, kamu dan semua anak buah kakek harus patuh bahkan rela berkorban nyawa demi keselamatannya karena dialah cicit yang selama ini dimaksudkan oleh Joko Atmaja junjungan keluarga kita"

"Arindra Atmaja cicit yang akan menanggung bahaya karena kebengisan ups maaf kebaikan buyutnya di masa lalu, tahukah dia kalau ibu dan kakaknya tewas bukan karena kecelakaan biasa?"

"Kematian mereka adalah kegagalan kita dalam menjaga keselamatan keluarga besar Atmaja, dari awal anak itu pasti sudah curiga dengan kematian ibu dan kakaknya tapi belum bisa berbuat banyak dengan statusnya sebagai siswi SMA"

Gillian sekarang memahami satu hal kenapa keturunan Atmaja harus ada yang berprofesi sebagai aparat negara agar mereka sulit terjangkau oleh musuh, sayangnya Sagara family malah memilih menjadi keluarga pebisnis atau lebih tepatnya Arindra terpaksa harus melanjutkan profesi kakaknya demi membantu sang ayah.

-----------------------------------------------------------

"Jalan-jalan yuk!"

"Balik ke sekolah!"

"Etdah sesekali lo harus merasakan yang namanya bolos biar tahu nikmatnya kenakalan masa remaja, lagian ini juga udah jam 11.46 siswi macam apa yang ke sekolah jam segitu?"

"Kurang nakal apalagi gue sama Wulan?!" Butuh waktu sepersekian detik untuk Salma memahami maksud Arin.

"Mesum-- bukan itu maksud gue dodol!" Salma beralih mencari dukungan Wulan.

"Le, ayolah kita jalan-jalan please?" Bujuknya, siapa yang tidak akan gemas melihat tingkah Salma saat ini yang terlihat seperti kucing kecil meminta makanan.

Belum juga Wulan mengatakan apapun Arin sudah mengiyakan keinginan mereka berdua.

"Jalan! suka-suka kalian mau kemana" Pasrah Arin melihat ekspresi memohon Wulan ditambah Salma yang masih saja menggoyangkan tubuhnya seperti anak kecil.

"Yeeaayy jalan-jalan! Sayang Arin banyak-banyak" Girang Salma dan Wulan yang saling berpelukan saking senangnya.

Hari itu mereka habiskan untuk bersenang-senang mengunjungi berbagai tempat, jika saja Arin boleh memilih dia lebih baik menghabiskan waktunya belajar selama seharian penuh daripada menunggu dua orang didepannya yang sedang main kejar-kejaran layaknya anak umur 7 tahun.

Arin menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi panjang yang sedang ia duduki sambil memejamkan mata, ada banyak masalah yang menggangu pikirannya akhir-akhir ini.

"Mau rokok? Lo kelihatan stress berat" Cukup lama Arin menatap wanita asing yang tiba-tiba duduk disampingnya.

Beruntung tadi ia sempat mengganti seragam sekolahnya sebelum pergi jadi tidak akan ada masalah jika ia merokok ditempat umum seperti ini.

"Thanks!"

"Untuk sebatang rokok?! Yah sama-sama"

"Apapun tujuan lu ingat satu hal-- keluarga gue yang tersisa dan dua perempuan di depan adalah alasan satu-satunya gue bisa bunuh orang"

Terdengar suara tawa kecil dari wanita itu sebelum akhirnya ia berdiri mengucapkan kalimat yang membuat Arin bingung sekaligus penasaran.

"See u next time little Atmaja!"

Hingga wanita itu menghilang dari jarak pandangnya, Arin masih tetap tidak mengalihkan perhatian dari kartu nama yang sepertinya wanita itu sengaja tinggalkan untuknya.

Hanya ada 3 orang yang tahu bahwa Arin merokok dan mustahil ada orang lain lagi kecuali orang itu selalu menguntitnya, itulah kenapa Arin bisa langsung menebak bahwa wanita tadi adalah orang yang sama yang selama ini selalu mengawasinya dari jarak jauh.

Sebatang rokok yang masih bertengger di bibirnya diambil paksa oleh seseorang siapa lagi pelakunya kalau bukan Wulan? Rokok itu berakhir tragis dibawah sepatu Salma yang ikut memberinya tatapan tajam.

"Ini tempat umum loh bisa-bisanya kamu merokok se-santai itu?!"

"Aku nggak pakai seragam sekolah"

"Eh monyet! Kagak pakai seragam bukan berarti nggak akan ada yang ngenalin lu ARINDRA SAGARA!"

"Tamannya sepi cuma ada kita bertiga---- oke maaf" Melihat tatapan dua orang didepannya seolah akan memakannya hidup-hidup, lebih baik ia mengalah bukan?

"Perempuan tadi siapa?"

"Yang mana?"

"Yang ngasih kamu rokok!"

"Entah? Mungkin hanya orang gabut yang tidak tega melihat ada orang lain kebosanan duduk sendirian di Taman" Wulan masih memberikan tatapan penuh selidik, terlihat ada kecemburuan juga disana.

"Aku mau pulang!" Jelas Wulan marah entah karena ia merokok ditempat umum atau karena wanita yang memberinya rokok.

"Mampus lu nyet! Lagian mesra amat sama orang asing" ejek Salma melihat Wulan berjalan cepat ke arah mobil tanpa menunggunya.

"Mesra apanya! Cuma nerima tawaran rokok nggak lebih"

"Alah gue juga lihat kali lu berdua dempetan terus orang itu bantuin bakar rokok dibibir lu, kenapa nggak bakar sendiri aja Maemunah?"

"Dia marah cuma gara-gara itu?"

"Dih nggak peka amat jadi perempuan, siapa sih yang nggak cemburu lihat pacarnya sedekat itu sama perempuan lain, cakep banget pula tuh cewek. Apalagi gue sama Wulan tahu banget gimana lu kalau berhadapan dengan orang baru"

"Terus gue harus ngapain sekarang?"

"Ngapa lu jadi dodol gini sih? Kejarlah Maemunah, dibujuk kek apa kek sampai dia lupa sama cemburunya. Segimananya elu kalau cemburu-lah maunya diapain biar marahnya ngilang gitu loh"

"Masalahnya gue belum pernah cemburu"

"Ya Tuhan gini amat dah sohib gue, ayo antar gue balik, gue nggak mau jadi bahan amukan Wulan" tidak ada lagi pengganggu di apartemen Arin karena Salma memilih pulang kerumahnya sendiri walaupun sudah dibujuk untuk menginap satu malam lagi ia tetap menolak dengan alasan tidak ingin ada ditengah-tengah sepasang kekasih yang sedang terbakar cemburu nanti dirinya yang akan kena imbas jadi lebih baik menghindar.

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Dark Side Of ArindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang