Sepuluh

93 46 11
                                    

Iva segera pergi, tapi sebelumnya dia membungkuk hormat. Iva merasa dirinya rendah, perasaannya hancur atas perlakuan dari Bowo tadi. Iva rasanya ingin sekali menghilangkan diri dari dunia ini. Walau hanya begini, tapi menurut Iva itu sudah termasuk pelecehan. Iva segera pergi ke kamar mandi meluapkan emosinya dengan menangis.

.
.
.

Hari ini sepertinya tidak berpihak pada Iva, setelah kejadian tadi pagi Bowo tidak memperbolehkan Iva keluar terkecuali dia yang memerintahkan Iva untuk membeli sesuatu. Di samping itu juga cuaca hari ini tidak mendukung, hujan deras dengan petir yang saling menyambar, membuat Iva menghela napas berat. Iva lelah karena dirinya baru saja istirahat setelah mengerjakkan pekerjaan sedari pagi tanpa istirahat, ini semua adalah ulah Bowo karena merasa dirinya ditolak oleh Iva tadi pagi.

Pikiran Iva melayang ke mana-mana saat ini, kejadian tadi pagi serta kejadian-kejadian yang ia alami selama dirinya berada di sini. Namun, kejadian saat dirinya di pasar tadi membuatnya terpikir terus menerus.

"Mau beli apa lagi bik?" ucap Iva pada bik Ati, dia adalah seorang pekerja senior di sana. Bik Ati juga sama seperti Tina yabg tidak memperdulikan sikap yang lainnya. Menurut Iva Bik Ati dan Tina adalah keluarga keduanya selama di sini.

"Nggak ada deh, Va," ucap Ati seraya mengecek belanjaan.

"Kalau daging bik?"

"Astagfirullah, iya bibik lupa, kamu yah Va yang beli, bik Ati tunggu di luar." Iva hanya mengangguk dan membeli daging, namun saat akan berbelok dirinya menabrak seorang pria berbadan tegap.

"Kalau jalan hati-hati!!" ucap dinginnya.

"Maaf." Iva memandang mata jernih dan gelap itu, namun perkataan lelaki itu membuatnya mematung.

"Jangan menyerah untuk saat ini, takdir yang sebenarnya baru akan kamu hadapi," ucapnya lalu berjalan meninggalkan Iva yang masih terdiam.

Setelah tersadar Iva langsung pergi ke penjual daging dan membeli daging untuk majikannya. Tapi, pikirannya masih tertuju pada ucapan pria misterius itu, Iva tak mengerti apa maksudnya.

"VA!!"

"IVA!!" seru Tina seraya  menepuk-nepuk pundak Iva untuk membuat Iva tersadar.

"Ada apa, mbak?"

"Kamu dari tadi dipanggil tuan." Iva seketika panik mendengar ucapan Tina, dia bergegas menuju ke tempat tuannya setelah Tina memberitahu tempatnya.

"Tuan memanggil saya?" ucap takut Iva.

"KENAPA LAMA SEKALI, HAH!!" murka Bowo.

"Sudahlah, belikan aku rokok!!" Iva mengangguk paham.

Iva segera bergegas keluar sambil membawa payung, mini market terdekat berada di depan komplek dan rumah Bowo hampir berada di ujung komplek. Iva berjalan dengan hati-hati selain petir masih menyambar, jarak pandang dan jalan licin juga menjadi alasan Iva untuk berhati-hati.

Setelah sampai di mini market Iva menghela napas lega. "Mbak, beli rokok!!" Iva pun menyebutkan merknya setelah membeli rokok Iva segera pergi saat akan menggampai pintu mini market ada tangan yang menahannya.

"Loh, kamu yang tadi pagi!!" pekik Iva secara tidak sengaja membuat pria itu melotot dan membungkam mulut Iva.

Setelah di rasa tenang ia melepaskan tangannya pada mulut Iva. "Jadi, ada apa?"

"Elfreldo Jorell." Lagi-lagi Iva bertemu dengan laki-laki aneh. Tapi, sekarang Iva paham apa maksudnya.

"Terus?" Iva menaikkan alisnya sebelah.

Bukannya menjawab pria bernama El itu langsung menyeret Iva menuju mobilnya, memang di mini market ini ada penutup atap di parkiran jadi tidak perlu khawatir basah. Iva awalnya tak paham maksud pria itu, dia hanya diam membuat Iva semakin bingung.

"Ckk, masuk!!"

"Dasar cowok aneh," gumam lirih Iva sambil mendudukan dirinya.

"Gue denger lo," dingin El, membuat badan Iva kaku.

"Maaf," ucap Iva dengan senyum terpaksa.

"Apa sih maksud kamu nyuruh aku masuk?"

"Alamat?"

"Perumahan pelita," jawab singkat Iva dan memalingkan wajahnya ke jendela.

Dasar nyebelin, baru aja ketemu udah gini sifatnya, sok akrab banget, NGESELIN!!, teriak batin Iva.

Sebenarnya Iva ingin sekali mengucapkannya, namun dirinya masih memiliki sikap sopan, jadi hanya dipendam walau sangat ingin memukul. Bagaimana tidak tiba-tiba ada orang yang seolah-olah tahu takdirnya, lalu memaksanya untuk pulang bersama.

Memangnya siapa dia!!, kesal batin Iva.

"Di depan berhenti!!" El menurut dan memberhentikan mobil, tanpa berkata Iva langsung keluar dan menggunakan payungnya, lalu menutup pintu mobil dengan keras membuat El terjingkat kaget.

"Menarik," gumam El. Setelah itu, dirinya melajukan mobilnya meninggalkan komplek itu menuju rumahnya sendiri.

Iva memasuki rumah dengan menggerutu, ia berjalan menaruh payung, lalu membawakan rokok untuk Bowo. "Ini tuan rokoknya." Iva menaruh di meja kerja Bowo dan Bowo hanya menjawab dengan deheman. Iva berjalan ke arah dapur dengan perasaan yang masih dongkol.

"Ihhh!! kesel banget!!"

"Kenapa sih, Va?"

"Nggak papa, mbak," jawab Iva kepada Tina. Lebih baik dirinya tidak menceritakan hal ini pada Tina.































Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuk yang mau meluk Jendela Kamar versi buku.

Bisa banget😇

MURMER lagi😎

Tertarik? pesan dengan

Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇

Format pemesanan:

Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :

Kirim form di atas ke nomor +62 857-0724-8868

Yuk buruan order😇😇😇😇

👇👇👇👇👇👇👇👇

Jendela Kamar (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang