Tiga

103 53 17
                                    

Saat ini Garry hanya dapat berharap, bahwa segalanya akan berubah menjadi lebih baik. Ia berpikir bahwa tidak mungkin ia akan terus berdiam diri di dalam rumah hanya karena penyakitnya. Garry ingin seperti anak pada umumnya, yang bebas keluar tanpa ada yang perlu dikhawatirkan. Garry ingin semuanya berubah, hingga ia dapat menemukan kebahagiannya sendiri. Hanya itu harapan Garry untuk saat ini.

.
.
.

"Apa Bapak nggak bisa rubah keputusannya? Iva mohon, pak!! Iva masih punya impian," ucap Iva kepada Bapak dan ibunya.

Hari ini adalah hari Iva untuk berangkat ke kota, ia akan terus berusaha agar Ayahnya ini mengubah keputusan yang telah diambilnya. Walau Iva sudah beberapakali berbicara hal sama dengan rayuan yang berbeda pula, namun ayahnya masih bersikeras bahwa Iva akan baik-baik saja.

"Nggak akan!!" sentak Bapak Iva.

"Sekarang kamu siap-siap, juragan sedang dalam perjalan kemari!!!" titah Bapak Iva membuat Iva mau tidak mau mengikuti ucapan ayahnya.

"Tapi pak-"

"Nggak usah banyak protes Iva, sekarang ikuti kata Bapak !!!" bentaknya membuat Iva tersentak kaget.

Iva kemudian bersiap-siap dengan membawa keperluannya. Iva tidak membawa banyak barang hanya beberapa baju dan yang lainnya. Lagi pula Iva hanya bekerja sebagai asisten rumah tangga, pikirnya.

Setelah selesai Iva berjalan ke depan, mengahmpiri ayahnya dan ibunya yang sudah menunggunya. "Kamu langsung masuk!!" titah juragan itu, perlahan Iva masuk ke dalam mobil yang terlihat besar itu. Di dalam mobil sudah ada beberapa anak gadis yang kemungkinan nasibnya sama sepertinya.

Sedangkan di luar mobil. "Bagaimana juragan?"

"Sesuai dengan kesepatakan." Juragan itu memberikan sejumlah uang, lalu masuk ke dalam mobilnya. Tak berselang lama, mobil itu berjalan menjauhi rumah kecil Iva, Sedangkan Iva hanya bisa menatap nanar dari jendela menghadap rumah yang sudah ia tinggali selama ini.

Apa ini memang keputusan tepat? batin Iva.

Kata yang selalu ada dalam hatinya semenjak ia mengetahui dirinya akan dibawa oleh juragan desa. Juragan Janu, itulah namanya. Ia terkenal dengan kepongkahan dan kesombongannya karena merasa dirinyalah orang terkaya di desa. Memang betul adanya, namun jika di luaran sana pasti masih banyak orang yang lebih kaya dari juragan Janu ini.

"Hai!!" sapa gadis yang berada di samping Iva membuat Iva menoleh ke asal suara.

"Hai!!"

"Perkenalkan namaku SARIANTI, biasa dipanggil Sari," ucapnya.

"Hai Sari!! perkenalkan namaku IVA ROSALIND, panggil aja Iva," sahut Iva.

"Owh hai!! kamu di sini karena masalah keluarga?" tebak Sari.

"Iya begitulah, ini karena adikku sakit," kikuk Iva.

"Begitu, kamu masih beruntung, aku di sini karena dijual ayahku," ucap Sari dengan nada sendu.

"Sabar yah, Sar," iba Iva.

"Tidak apa-apa, aku malah bersyukur bisa terlepas dari jeratan pria bangkotab itu," geram Sari dan Iva hanya mampu meringis. Setelahnya tidak ada percakapan lagi diantara keduanya. Sari memilih tidur, sedangkan Iva memilih melihat pemandangan sekitar.

🌞🌞🌞

"GARRY, AYOK BANGUN!!" teriak Arni dari luar kamar.

"Eung, iya mah," jawab Garry lemah dengan suara khas orang bangun tidur.

Arni yang mendengar putranya menjawab pun, berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan sarapan suaminya. "Mau makan apa, pah?"

"Roti aja, mah," jawab Hendri.

"Papah, mau lembur lagi?" tanya Arni seraya mengoleskan selai di roti.

"Kayanya enggak deh, mah," jawab Hendri.

"Pagi mah!! pah!!"

"Pagi Gar!!" jawab serentak kedua orang tua Garry.

"Mau sarapan apa, Gar?"

"Nasi goreng."

"Gimana kuliah kamu?" Garry yang ditanyai oleh ayahnya pun menoleh ke arah ayanya yang masih sibuk memakan rotinya.

"Baik kok, pah," jawab Garry dan diangguki kecil oleh Hendri.

"Jangan lupa nanti Dokter Pandu akan ke sini!!" ucap Hendri.

Dokter Pandu adalah Dokter yang merawat Garry sejak masih bayi, ia sudah mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh Garry lakukan. Penyakitnya memang mustahil untuk sembuh, namun tidak ada salahnya untuk terus mencobanya. Apalagi Arni dan Hendri sudah mengetahui penyakit ini sejak Garry bayi, jadi penangannya lebih mudah dari pada yang susah terlambat.

"Okey, mah, pah, aku ke kamar dulu, ada kelas." Setelah mengatakan itu Garry menuju kamarnya dan memulai kelas online paginya.


























Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuk yang mau meluk Jendela Kamar versi buku.

Bisa banget😇

MURMER lagi😎

Tertarik? pesan dengan

Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇

Format pemesanan:

Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :

Kirim form di atas ke nomor +62 857-0724-8868

Yuk buruan order😇😇😇😇

👇👇👇👇👇👇👇👇

Jendela Kamar (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang